Mohon tunggu...
rifai mukin
rifai mukin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengawas Sekolah

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunch of Flowers

27 Februari 2024   08:30 Diperbarui: 27 Februari 2024   08:31 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bunch of Flowers

Seorang pria turun dari mobil mewah yang diparkir di depan pemakaman umum di pelataran parkiran dan berjalan sedikit tergesa-gesa menuju pos penjaga kuburan.

“Selamat sore,” sopir itu mengucapkan salam kepada sorang lelaki.

“Selamat sore tuan, apakah ada yang dapat saya bantu?” Tanya lelaki penjaga kuburan.

“Tentu, mau bapak menemui seseorang yang ingin bertemu denganmu?”

Saya adalah sopir seorang wanita yang menemuimu, dia meminta dengan harapan agar bapak dapat menemuinya sekarang, wanita dalam mobil itu sedang dalam keadaan sakit. Dokter memvonisnya, hidupnya tinggal beberapa bulan saja. Sopir itu memberikan penjelasan kepada penjaga kuburan itu.

“Tentu sekali,” iapun bergegas menemui wanita dalam mobil mewah itu.

Setelah memberi salam, penjaga kuburan itu mendapati wanita kaya yang berada dalam mobil mewah yang terlihat sangat kurus dan seperti kurang merawat tubuhnya, mungkin karena sakit berat yang membebani pikirannya. Wanita itupun memberikan senyum dan membalas salam penjaga kuburan dengan begitu sangat ramah. Penjaga kuburan itu menganggukkan kepalanya, menghormatinya, sopir itupun memberikan rasa hormat, walau ia hanya seorang penjaga kubur.

Seorang wanita yang lemah dan berwajah sedih membuka pintu mobilnya dan berusaha tersenyum kepada petugas kuburan itu, berkata, "Saya Ny. Ricard. Saya yang selama ini mengirim uang setiap dua minggu sekali kepada Anda. Saya mengirim uang itu agar Anda dapat membeli seikat kembang dan menaruhnya di atas makam anak laki-laki saya semata wayang." Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan dan kebaikan hati Anda. Saya ingin memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yang telah membantu saya.

“O ya maafkan saya, Nyonya-kah yang selalu mentransfer uang itu? Pria itu menjawab, "Nyonya, sebelumnya saya minta maaf beribu maaf kepada Nyonya. Memang, saya selalu membeli kembang dari uang yang dikirim Nyonya, tetapi saya tidak pernah menaruh kembang itu di pusara anak Nyoya." Terlihat raut wajah Nyoya yang tidak menyenangkan.

Wanita itu dengan gusar bertanya, "Apa, maaf?" "Ya, Nyonya." Saya pikir orang mati tidak akan pernah melihat keindahan seikat kembang, jadi setiap kembang yang saya beli, saya berikan kepada orang-orang di rumah sakit, orang miskin yang saya temui, atau orang-orang yang sedih. Pria itu memberikan penjelasan panjang lebar, "Orang-orang yang demikian masih hidup, sehingga mereka dapat menikmati keindahan dan keharuman kembang-kembang itu, Nyonya." Setelah terdiam sebentar, wanita itu mengisyaratkan agar pengemudinya cepat pergi.

Tiga bulan kemudian, seorang wanita yang cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke pos penjaga kuburan. Selamat pagi. Masih ingatkah Anda saya? Saya Nyonya. Ricard, dan saya datang untuk mengucapkan terima kasih atas bimbingan yang Anda berikan beberapa bulan sebelumnya. Anda benar bahwa memberikan perhatian dan kebahagiaan kepada mereka yang masih hidup lebih bermanfaat daripada menangis atas kematian mereka. Ketika saya mengirimkan kembang-kembang secara langsung ke rumah sakit atau panti jompo, mereka tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi saya juga bahagia.

Sampai saat ini, para dokter belum mengetahui alasan penyembuhan saya, tetapi saya percaya bahwa kebahagiaan dan pengharapan adalah obat untuk kesembuhan saya. Jangan mengasihani diri sendiri, karena itu akan membuat kita terjebak dalam kesedihan. Ada prinsip yang mungkin kita ketahui, tetapi seringkali kita lupakan bahwa dengan membantu orang lain, kita sebenarnya membantu diri kita sendiri, demikian cerita Nyonya yang kaya raya itu kepada penjaga kuburan.

Nyonya itu masih berdiri disamping kuburan anaknya dengan tersenyum manis, dia mengadakan tangan dan berdoa untuk anak laki-lakinya dan mengucapkan terima kasih kepada penjaga kuburan yang telah menyadarkan ia dari arti sebuah pengharapan dan doa juga ketulusan menerima takdir. Berbagi kepada sesama walau dalam himpitan adalah sebuah kebahagian yang indah.

Sebelum meninggalkan kuburan anaknya, nyonya itu memberikan sesuatu kepada penjaga kubur dan meminta, agar tidak menolak pemberiannya, sebagai ungkapan rasa syukur.

Lamahora, 21 April 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun