Mohon tunggu...
rifai mukin
rifai mukin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengawas Sekolah

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nilai Kesuksesan

24 Februari 2024   10:01 Diperbarui: 24 Februari 2024   10:10 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebut saja nama sekolah itu SMA Negeri 1 Nubatukan. Ainayah adalah seorang guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Perkerti, Ustadzah Naya biasa disapa anak-anak didiknya. Cara mengajarnya selalu saja membuat decak kagum bagi anak-anak didiknya. Tiga pekan yang lalu materi ajar tentang tanggung jawab seorang pemimpin. Begitu lugas dan sederhana kisah tentang Ibrahim dibakar episode burung pipit dan cicak. Tapi pekan ini "Nilai Kesuksesan", Siapa yang tidak ingin sukses? Ada yang mau ingin sukses? Pertanyaan pemantik begitu kuat memicu selera belajar dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri Nubatukan.

Lihatlah orang-orang sukses di lingkungan kamu tinggal, kenapa dia sukses, bagaimana caranya dia sukses? Beberapa jawaban spontan dilontarkan anak-anak didiknya, karena dia rajin, karena dia sungguh-sunguh, karena dia pandai bergaul. Begitu banyak jawaban dari peserta didiknya. Santai saja dzah Naya menanggapai berbagai jawaban anak-anak didiknya, dengan senyumnya yang khas, dzah Naya mengeluarkan uang seratus ribu dari dompetnya yang berwarna dongker. "Ada yang mau uang ini?" Tanya dzah Naya.  So Tentu semua anak didinya bersorak dan mengacungkan tangannya. "saya dzah... saya dzah... saya dzah". Susana kelas jadi ramai dengan teriakan suara anaak-anak didiknya. Seratus ribu bukan angka yang kecil, lumayan besar bagi dan uang itu sangat penting.

Dzah Naya masih memegang selembar uang seratus ribu, di hadapan anak-anak didiknaya uang itu dilipat-lipat dan dikucek hingga tidak jelas bentuk uangnya. Dia kembali bertanya, "Hayoo, siapa yang mau uang ini?" Anak-anak didiknya tetap mengacungkan tangan dan tidak peduli dengan tindakan gurunya, dan teriakan suara mereka riuh dalam kelas, "saya dzah... saya dzah... saya dzah". Semuanya secara bersamaan mengajukan diri untuk mendapatkan uang itu.

Setelah melihat antusiasme anak-anak didiknya, aksi berikut selembar seratus ribu yang sudah terkucek itu dijatuhkan ke atas lantai dan menginjak-injaknya hingga uang jadi kemomos. Mata anak-anak didiknya melotot, heran dan bingung melihat ulah dzah Naya. Ada yang ingin bertanya, tapi khawatir, kalua tanyanya justru menyinggung perasaan Ustadzah Naya. Sehinga rasa penasarannya hanya disimpan saja. Tapi beberapa diantara mereka bersungut, "uang kok diinjak-injak". Tiba-tiba, "Hayoo, siapa yang masih menginginkan uang ini?" tanya dzah Naya.

Ternyata, banyak anak didiknya, tetap antusias untuk mendapatkan uang itu, meskipun uang itu terlihat kotor dan bahkan terkontaminasi dengan kotoran dari injakan sepatu dzah Naya. "Tanya  dzah Naya, "kalian tetap saja mau dengan uang ini? Tidakkah Kalian melihat betapa uang ini sangat kucel, jelek, kumal dan bau?" Anak didiknya yang tetap antusias meminta gurunya memberikan uang tersebut, "Jeleknya uang itu hanya bentuknya saja. Tetapi nilai uang itu tetap seratus ribu ustadzah." Beberapa anak didi meyakinkannya.

Kalian benar, kata dzah Naya. Uang itu masih berharga dan kalian ingin memilikinya, meskipun sudah tidak karuan. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah semua akan berhasil? Nilai uang ini dan jawabannya sama. Kamu mungkin jatuh, bangun, dan mungkin juga dilecehkan dalam proses menuju kesuksesan. Namun, haruslah ingat, bahwa nilai diri kalian (harga diri) tidak akan berubah. Semuanya tergantung pada apakah kalian dapat mempertahankan nilai yang ada dalam diri atau tidak. Sukses pasti datang kepada kamu, jika kamu mampu menghargai diri sendiri dan menentukan nilai diri dengan keyakinan, kerja keras, dan semangat pantang menyerah. Jika kita percaya dalam keyakinan bahwa sukses adalah hak saya, jalan kesuksesan pasti akan selalu terbuka, tidak peduli apa yang menghadang kita.

Oleh karena itu, tidak peduli seberapa berat perjuangan yang kalian hadapi, seganas apapun padang gurun yang harus kamu lewati, setinggi apapun gunung yang akan kamu daki, atau seluas apapun samudera yang kamu seberangi, tetaplah pelihara semangat. Katakanlah pada dirimu "Kemenangan adalah hak saya, kesuksesan adalah milik saya!" Azamkan dalam diri kalian dan teruslah bekerja keras untuk mewujudkan semua mimpi yang kamu miliki. Kamu memiliki harta yang tak ternilai dalam diri yaitu harga diri. Berjuanglah!

Sebagai bahan refleksi sebelum mengakhiri pertemuan ini, simaklah terjemahan ayat Al-Qur'an (Ath-Thalaq:3) "Dan Dia memberinya rezeki dari sumber yang tidak dia duga. Dan jika seseorang bertawakal kepada Allah, Dia akan memenuhi kebutuhannya. Sesungguhnya, Allah melakukan pekerjaan-Nya. Sungguh, Dia telah menetapkan aturan untuk semua hal."

Untuk mencapai kesuksesan di dunia akhirat, maka jangan abaikan hal-hal berikut:  

Ikhlas dalam Beribadah: Beribadah kepada Allah dengan benar adalah cara untuk menunjukkan pengabdian.

Rajin Belajar, Bekerja, dan Berusaha: Menggabungkan pengetahuan, upaya, dan doa dalam setiap tindakan.

Bersikap Jujur dan Amanah: Menjaga kepercayaan dan integritas dalam segala aspek.

Menjaga Diri dari Perbuatan Maksiat: Menjaga diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Selalu meminta petunjuk, kekuatan, dan perlindungan dari Allah SWT melalui doa dan tawakkal.

Lamahora, Januari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun