Ada 3 green house hidroponik dengan kapaitas kurang lebih 3000 lubang tanam. Saat ini Hidroponik Lembur Hejo fokus membudidayakan 5 jenis sayuran, terdiri dari Pakcoy, Salada Hijau, Salada Merah, Kangkung dan Sawi Pagoda.
Dengan dibantu 2 orang fasilitator yakni Deni (29) dan Vandi (25), setiap harinya mereka merawat dan mengecek sirkulasi pipa air, nutrisi dan kadar PH. Hidroponik ini non-pestisida namun masih ada terdapat hama yang menjadi tantangannya.Â
Untuk mengatasinya, ia mengakalinya dengan meracik pestisida alami dengan memanfaatkan bumbu dapur seperti bawah putih dan bawang merah juga daun sirsak. Efeknya pun cukup berhasil.
"Karena ini non-pestisida kimia jadi solusi untuk mengatasi hama itu kita buat pestisida yang alami. Kita pakai bawang putih, bawang merah juga daun sirsak dan cukup berhasil."tuturnya.
Untuk target market, saat ini pembeli masih para warga kampung dan warga perumahan di wilayah daerah terdekat juga reseller yang tergabung dalam Komunitas Koperasi Tani Hidroponik Sejarahtera (KOTAHIRA) yang datang langsung dan mereka jual kembali.Â
Kedepannya, jika kapasitas sudah bertambah ia akan mencoba untuk menawarkan menjadi vendor bagi rumah makan maupun restoran hotel.
Harga yang ditawarkan pun sangat kompetitif. Dengan kualitas sayuran segar dan non-pestisida ini, mereka mematok harga untuk sayuran Pakcoy Rp.17.000/kg, Selada Hijau Rp.22.000/kg, Salada Merah Rp.25.000/kg, Kangkung Rp.16.000/kg dan Sawi Pagoda Rp.30.000/kg.
Selain sayuran yang menjadi komoditi ekonomi, Hidroponik Lembur Hejo ini pun menerima pelatihan hidroponik (workshop) maupun kunjungan edukasi dari instansi pendidikan ataupun lainnya dan pesanan pembuatan media tanam/staterkit.
Harapan kedepannya, Deby mengungkapkan akan terus memperbaiki dan menambah kapasitas produksi hinga 10 ribu lubang dan merealisasikan penghijauan di kampung ini yang mana setiap rumah bisa memanfaatkan lahan yang ada dengan menanam sayuran agar kampung yang ia cintai ini bisa menjadi kampung wisata hidroponik.