Bogor | Komunitas GEMALI (Gerakan Muda Literasi Islam) berkolaborasi bersama Rumah Kajian menggelar Diskusi Terbuka yang bertajuk “Membongkar Pemikiran HOS Tjokroaminoto : Hijrah Untuk Merdeka”.
Agenda yang dihadiri oleh lintas Mahasiswa ini dilaksanakan pada Jum’at, 01 November 2019 dan bertempat di Kedai Tepi Jalan, Perumahan Budi Agung, Kedung Badak, Bogor. Dihadiri oleh lebih dari 50 peserta yang terdiri dari mahasiswa UIKA, UNIDA, UNJ, IUQ, STTIF hingga mahasiswa IPB dan dari beberapa kalangan umum.
Kegiatan ini dimulai pada pukul 16:10 dengan pendaftaran dan pendataan peserta hingga pembukaan acara oleh Hawari Izzul Haq selaku Master of Ceremony (MC). selain itu peserta juga menyanyikan lagu Totalitas Perjuangan bersama-sama. Sebelum memulai diskusi, Ketua Pelaksana memberikan sambutan kepada para peserta.
Bian Prisli menyampaikan terima kasih kepada para peserta sekaligus berharap agar Diskusi Terbuka ini dapat menambah wawasan untuk semua peserta. “Semoga dengan adanya diskusi ini dapat menambah wawasan untuk kita semua,” tuturnya.
Diskusi dimulai dengan salam dan sapa sekaligus memperkenalkan para pembicara oleh moderator, Muhammad Rifai Malik, kepada para peserta. Terdapat 3 orang pembicara pada diskusi ini yaitu Rizqi Fathul Hakim (Ketua PB SEMMI Bidang Kajian Strategis & Kebijakan Publik yang juga sebagai Wakil Ketua DPD KNPI Kota Bogor Bidang Kajian Strategis dan Litbang), Muftyasha Hanief Fathan (Koordinator Komunitas GEMALI & Jurnalis PPMI), dan R. Ahmad Fajrul Islam (Ketua Konferensi Mahasiswa Tentang Studi Islam & Kepala Bidang Kebijakan Publik KAMMI UIKA Bogor).
“Bagaimana cara Tjokro di dalam SI dalam menggait masa? Apa warna baru yang dicetuskan Tjokro sehingga anggotanya sedemikian signifikan meningkat mengingat SI adalah peralihan dari SDI, yang mana organisasi dagang berubah haluan dari perkumpulan saudagar batik menjadi organisasi politik?” tanya moderator pada Rizqi Fathul Hakim.
Diskusi terus berlanjut dan moderator terus mengajukan pertanyaan. Dalam pertengahan diskusi, Fathan menjelaskan bahwa setuju bahwa Tjokro adalah seorang radikal sebagai mana pemberitaan di media Internet serta literasi lainnya.
“Tjokro adalah seorang yang radikal yang menentang penjajahan Belanda dan ia orang pertama penggagas Zelfbesture (menuntut pemerintahan sendiri) untuk bangsa Indonesia!” tegasnya.
Namun Fathan menilai, bahwa Tjokro adalah seorang pejuang yang menuntut sebuah kemerdekaan atas penjajahan Belanda terhadap bangsa Indonesia (kala itu Hindia Belanda).
Ia juga memiliki sikap tegas dalam menentang penjajahan Belanda juga sebagai guru yang memberikan arah berfikir maju pada murid-muridnya namun memberikan keleluasaan memilih dalam menentukan sikap dan tujuan, mengenai ini ia satu pendapat dengan apa yang di jabarkan oleh Rizqi.
Setelah moderator membuka diskusi kembali setelah break dan sholat maghrib sesi tanya jawab berlanjut. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta masih mengenai sepak terjang Tjokro dalam perjuangan, pemikiran para murid, sosialisme menurut Tjokro hingga siapa penerus perjuangan Tjokro.
Mulai dari latar belakang Tjokro, pendidikan, hingga sikap terhadap kolonialisme. Isu komunisme, peralihan SDI menjadi SI hingga penjabaran makna Trilogi Sarekat Islam (Semurni-murninya tauhid, Setinggi-tingginya ilmu dan Sepintar-pintarnya siasah) telah dibahas oleh para pembicara dan di akhir diskusi, moderator membacakan puisi tentang Tjokro sebagai penutup diskusi.
Acara di tutup dengan do’a oleh MC juga sesi foto bersama dibarengi perfomance acoustic dari Imam Hanief.
(Rifai Malik)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H