Mohon tunggu...
Rifa Ika Utami
Rifa Ika Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Rifa seorang mahasiswa dan memiliki minat di bidang digital, hiburan, dan film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kerugian Publik atas Dramatisasi Konflik Artis Pembawa Untung

6 April 2023   10:03 Diperbarui: 6 April 2023   10:09 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalian pasti pernah mendengar seorang artis yang berselisih atau mendapatkan masalah hingga akhirnya diundang ke sebuah acara televisi untuk klarifikasi? Itu merupakan salah satu cara mereka untuk mencari keuntungan berkepanjangan dibantu dengan tayangan infotainment yang menghiasi seluruh layar kaca dalam beberapa hari. Seperti yang pernah diungkap beberapa artis bahwa perselisihannya hanya sebatas mencari sensasi semata

Dukungan tayangan infotaiment, tentunya akan meraup berbagai keuntungan juga dengan rating dan share yang tinggi. Penempatan efek dramatis dan suara voice over yang mencekam para publik meskipun pemberitaan yang dibawakan tidak begitu serius, sudah menjadi situasi lazim yang sering kita temui di infotaiment. Bukankah hal tersebut berlebihan?

Siapapun yang masih menonton acara televisi, pastinya mengatakan iya. Meskipun kedua belah pihak, Artis dan infotaiment mendapatkan keuntungan yang cukup besar, publik yang menyaksikannya tidak lain merasakan kerugian dari adanya tayangan tersebut. Karakter masyarakat akan semakin terpengaruh dan secara tidak sadar akan menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Mulai dari gaya hidup, perilaku, bahkan konflik yang terjadi.

Sebagaimana yang telah disebutkan pada teori jarum hipodermik, menjelaskan media massa dapat menimbulkan pengaruh yang kuat seperti jarum suntik karena menganggap masyarakat pasif serta langsung menyerap informasi yang diberikan media massa. Kejadian serupa dialami oleh penduduk masyarakat pelosok desa dengan kualitas sinyal internet yang tidak memadai, membuat mereka hanya memperoleh pesan dan informasi dari media massa tnapa menyaring terlebih dahulu.

Jika melihat dari segi jurnalistik, kualifikasi produk jurnalistik belum ada seperti pada konten berita. Sehingga siaran pada infotaiment hanya berisi konflik artis, perceraian, kehidupan sehari-harinya, hingga memperbesar masalah yang kerap kali berdasarkan pada 'gosip' semata. Dari hal tersebut, program ini berpotensi mengalami pelanggaran.

Apabila masalah ini hanya dihindarkan dan dibiarkan begitu saja, maka para penonton akan berdampak menuju kemuduran, terutama pada mental serta psikis dari tayangan yang menarik mereka untuk mengikuti gaya hidup dan perilakunya. Media penyiaran sudah seharunya sadar untuk tidak mengedepankan sensasi artis sebagai satu-satunya cara dalam memperoleh sebuah rating tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun