Mohon tunggu...
Tankulava
Tankulava Mohon Tunggu... Guru - Rifai el-Carbon

Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN-SU

Selanjutnya

Tutup

Analisis

ORGANISASI: Kenapa Aku Harus Terlibat..?

31 Agustus 2020   04:48 Diperbarui: 31 Agustus 2020   15:26 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By: Rifai el-Carbon


A. Pengertian Organisasi

Organisasi menurut bahasa Yunani: (organon - alat) adalah suatu kelompok orang-orang yang berkumpul dalam suatu wadah untuk tujuan yang sama. Organisasi adalah kumpulan dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Secara etimologi organisasi adalah perkumpulan sedangkan secara terminologi organisasi adalah kumpulan dua orang atau lebih bekerja berhimpun  untuk tujuan yang sama. Organisasi adalah kalimat universal dengan beberapa sifatnya, yaitu: sosial, pergeraka, kekeluargaan, keilmuan, agama dan masih banyak lainnya. Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut:

  • Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui dimana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.
  • James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
  • Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
  • Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek, seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat.  Dari kebanyakan orang masih tidak menyadari betapa pentingnya organisasi dalam kehidupan sehari-hari. Dimana seorang makhluk yang bernama manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa adanya bantuan orang lain.

Manusia memiliki sifat dasar sosial, dimana manusia tidak bisa hidup tanpa adanya hubungan sosial dengan orang lain. Meskipun dianggap sebagai makhluk yang sempurna diantara beberapa makhluk lainnya. Tentu saja merupakan hal yang wajar, walau sesempurna apapun makhluk yang bernama manusia tentu masih memiliki kelemahan dan kekurangan.

Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki bisa menjadi penghias di sela-sela kehidupan sehari-hari, jika memahami khazanah kehidupan. Seperti  argumentasi M. Quraish Shihab mengenai Surah Al-Alaq ayat ke-3 dalam tulisannya di tirto.id 22 Mei 2018

"Manusia diciptakan Allah dari al-Alaq. Dari segi pengertian kebahasaan, kata 'alaq antara lain berarti sesuatu yang tergantung. Memang, salah satu periode dalam kejadian manusia saat berada dalam rahim ibu adalah ketergantungan hasil pertemuan sperma dan ovum yang membelah dan bergerak menuju dinding rahim lalu bergantung atau berdempet dengannya. Yang berdempet itu dinamai zigote oleh pakar-pakar embriologi."

"Kata 'Alaq dapat juga berarti ketergantungan manusia kepada pihak lain. Ia tidak dapat hidup sendiri. Kehendak dan usaha manusia hanyalah sebagian dari sebab-sebab guna memperoleh apa yang di dambakan, sedang sebagian lainnya yang tidak terhitung banyaknya berada di luar kemampuan manusia. Apa yang didambakan itu tidak dapat tercapai kecuali jika sebab-sebab yang lain itu terpenuhi semuanya dan bergabung dengan sebab-sebab yang berada dalam jangkauan upaya manusia"

B. Dalil OrganisasiI

Islamjuga mengajarkan dalam kitab sucinya bahwa ada beberapa tujuan tertentu dalam penciptaan manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Hujrat ayat 13


يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَا رَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Yaaa ayyuhan-naasu innaa kholaqnaakum min zakariw wa unsaa wa ja'alnaakum syu'uubaw wa qobaaa`ila lita'aarofuu, inna akromakum 'indallohi atqookum, innalloha 'aliimun khobiir 

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti."  (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13).

Rasulullah Saw juga bersabda

عَنِ النعُّْمَانِ بْنِ بشَِيرٍ قاَلَ قاَلَ النبَّىُِّ -صلى الله عليه وسلم- عَلىَ الْمِ نْبرَ مَنْ لمَْ يشَْكُرِ 

الْقلَِيلَ لَمْ يشَْكُرِ الْكَثِيرَ وَمَنْ لَمْ يَشْكُرِ الناَّسَ  لمَْ يَشْكُرِ اللََّّٰ وَالتحََّدثُُّ بنِعِْمَ ةِ اللَِّّٰ شُكْرٌ

  وَترَْكُهَا كُفْرٌ وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفرُْقةَُ عَذاَبٌ

Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan petuah di mimbar, 

“Siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, ia akan sulit mensyukuri yang banyak. Siapa yang tidak mau berterima kasih pada manusia, berarti ia tidak bersyukur pada Allah. Membicarakan nikmat Allah adalah bentuk syukur. Enggan menyebutnya adalah bentuk kufur. Bersatu dalam satu jama’ah adalah rahmat. Sedangkan perpecahan adalah azab.” 

(HR. Ahmad, 4: 278. Syaikh Al-Albani menyatakan bahwa sanad hadits ini hasan, perawinya tsiqah sebagaimana disebutkan dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 667)[1] 

Lalu bagai mana pandangan ulama mengenai organisasi. Sudah barang tentu dari gambaran firman Allah beserta sabda Rasulullah diatas para ulama memandang organisasi adalah suatu hal yang urgen. Bukan hanya perlu untuk diketahui, namus mesti diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari keurgenan sebuah organisasi para kebanyakan ulama membuat sinopsis melalui praktek shalat yang dilakukan secara berjamaah. Dimana filosofi dari shalat berjamaah tersebut membuahkan pancaran kehidupan sehari-hari. Yaitu adanya imam sebagai pemimpin tertinggi dan makmum sebagi rakyat. Ketika si imam membuat kesalahan maka shalat akan batal dan jika si imam lupa atau khilaf bisa diingatkan oleh makmu agar shalat tersebut menjadi sempurna bernilai tinggi ketimbang shalat sendirian.

Tidak hanya sampai di situ, organisasi merupakan salah satu pilar utama dalam terwujudnya negara republik Indonesia yang tercantum pada sila ke-3 Pancasila. Yang pada akhirnya diundangkan dalam UU 16 tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.Sesudah memaparkan beberapa referensi betapa pentingnya organisasi tersebut tentunya akan menjadi pertanyaan besar bagi kita apasih feedback atau keuntungan dan manfaat yang akan didapatkan dengan terlibat dalam organisasi. 

C. Manfaat Berorganisasi 

Nah disini penulis akan merangkum  manfaat yang didapatkan, yaitu:

1. Ilmu

images-45-5f4c1c8c097f360ca7283372.jpeg
images-45-5f4c1c8c097f360ca7283372.jpeg

Disaat hendak ingin melakukan sesuatu tentu harus memiliki ilmu dasar untuk melakukan hal tersebut. Ilmu memiliki jangkauan yang sangat luas sehingga tidak keseluruhan ilmu dapa kita kuasai, melainkan beberapa yang menjadi fokus utama serta minat terhadap ilmu tersebut. BegituBegitu juga dengan orang lain yang hanya menguasai beberapa ilmu.

Dari situlah Kelebihan seseorang dapat ia salurkan kepada orang lain yang belum mengetahui dan orang yang kurang memahami.

Seogianya dalam sebuah organisasi tidak mungkin fakir pengetahuan. Meskipun begitu suatu organisasi memiliki kekhususan masing-masing. Jika dalam suatu kumpulan organisasi tersebut tidak memiliki satupun yg faham akan ilmu yang akan mereka pelajari tentu jalan keluar terbaik dari masalah tersebut berkolaborasi dengan organisasi lain seperti sharing, diskusi, dan membuat kajian ilmiah dalam forum yang khusus.

Dalam bangku sekolah tidak semua diajarkan guru atau dosennya, melainkan teori-teori penting dan mendasar, selanjutnya seorang murid diberikan kebebasan dalam memahami serta mengimplementasikan teori-teori tersebut. Jadi untuk menambah wawasan yang lebih luas organisasi menjadi sarana terpenting dalam memperdalam serta meperluas wawasa ilmu yang didapat dari bangku sekolah atau perkuliahan.

2. Pengetahuan

images-46-5f4c3552097f36249b5cfac2.jpeg
images-46-5f4c3552097f36249b5cfac2.jpeg

Di sini penulis membedakan antara ilmu dan pengetahuan meskipun sejatinya kedua hal tersebut haruslah selaras. Dalam kajian filsafat ilmu keduanya harus bekerja sama agar mendapat suatu kebenaran, karena ketika hanya salah satu yang dipergunakan maka kebenaran itu tidak mendapatkan hasil yang fundamental dan otentik. Filsafat ilmu juga membahas bahwa ada beberapa cara pandang untuk mencapai sebuah kebenaran rasio-empirisme merupakan cara terbaik untuk mendapatkan sebuah kebenaran karena memiliki kelemahan dan cacat yang sedikit dibanding yang lainnya.  Dalam penafsiran yang sederhana ilmu bersifat teoritis dimana bisa didapatkan melalui alat Indra manusia. Sementara pengetahuan bersifat empiris yang didapat dari hasil pengalaman.

Disaat terlibat dalam sebuah organisasi sudah tentu pengetahuan akan bertambah serta menjadi luas. Sebab kebanyakan organisasi  lebih kepada action atau lebih tepatnya lebih banyak bergerak untuk melakukan sebuah perubahan yang baik. Spesifiknya setiap organisasi memiliki permasalahan internal dan eksternal. Jika memang terlibat secara langsung sebagai militansi atau istilah akrabnya dikenal sebagai organisatoir akan mendapat pengalaman tentang penyelesaian masalah yang dihadapi. Berbeda jauh dengan simpatisan organisasi yang hanya ingin mendapatkan kenikmatannya saja.

Layaknya seperti organisasi, setiap manusia juga memiliki masalah tersendiri yang mana permasalahan tersebut tidak jauh dari kemampuannya sendiri untuk menghadapi dan mengatasinya. Dengan beberapa pengalaman yang ia dapatkan dari organisasi tersebut tentu tidak akan menyulitkannya untuk mencari solusi Atau menjadi motivator terbaik dengan memberikan solusi untuk penyelesaian masalah orang lain.

3. Public Speaking

images-51-5f4c35b2097f36249b5cfac4.jpeg
images-51-5f4c35b2097f36249b5cfac4.jpeg

Secara etimologi, kata public berasal dari bahasa Inggris yang berarti “masyarakat umum” sedangkan speaking adalah berbicara atau berpidato.[2] Istilah public speaking berawal dari para ahli retorika, yang mengartikan sama yaitu seni (keahlian) berbicara atau berpidato yang sudah berkembang sejak abad sebelum masehi.[3] Dalam sejarahnya yang panjang, istilah public speaking lebih dikenal dengan sebutan retorika atau dalam bahasa Inggris rhetoric bersumber dari bahasa Yunani rhet yang berarti orang terampil dan tangkas dalam berbicara. Pengertian retorika berkembang meliputi kemahiran melahirkan suatu gagasan, pandangan, pendapat, kelancaran berbicara, kepiawaian mempengaruhi orang banyak dengan kata-kata, daya kreasi dan improvisasi.[4]

Emm Griffin menjelaskan sebagaimana Aristoteles bahwa retorika adalah sebuah kemampuan seseorang dalam setiap fakta keadaan yang digunakan untuk mempengaruhi.

Retorika sering digunakan untuk mengambil keputusan dalam argumen, debat legislatif, rapat politik, khotbah agama dan sambutan dalam perayaan spesial.[5]

Keahlian dalam berbicara memang sangatlah dipentingkan, mengingat agar pesan yang disampaikan bisa dengan mudah dicerna oleh audiens. Dalam ilmu Mantiq kemampuan ini dinamakan dengan balaghah dimana seseorang tidak hanya mampu menarik perhatian audiens namun ucapannya tersebut memiliki makna tersendiri dan audiens bisa terhanyut dalam lautan retorikanya. Contohnya Sayyidina Muhammad SAW yang memiliki public speaking paling baik. Sehingga beliau bukan saja sebagai utusan tuhan beliau juga pemimpin pertama yang memiliki kharismatik. Sehingga setelah wafatnya pun beliau ucapan, timah laku, dan sikap beliau menjadi tauladan bagi umat manusia yang tidak terbatas halang lingkup umat Islam. Sebagai mana di gambarkan Michael H. Hart dalam bukunya The 100, A Rangking of The Most Influential Persons In History.

Pada zaman prasejarah sebelum masehi, semasa hidupnya filsuf alam yang bernama Socrates. Public Speaking ini dekenal denga shopies, dimana pada masa itu orang-orang yang lihai dalam retorika dipanggil ke istana untuk menjadi guru privat para birokrat kerajaan atau sebagai juru bicara mereka. Namun kaum shopies ini berbeda dengan kaum filosof. Kaum shopies ini hanya bisa berkata bijak dihadapan para rakyat, namun tidak pernah berbuat atau mencapai sebuah kebijaksanaan melainkan hanya ungkapan yang membuat rakyat semakin berharap.

Nah, didalam sebuah organisasi tentu para kadernya akan dilatih menggunakan retorika, sehingga mampu berargumentasi, menyampaikan aspirasi serta. Memberikan komentar dan saran, serta meyakinkan seseorang dengan retorika dan keilmuan yang ia punya. Dengan rangkaian kalimat yang tidak membuat orang lain tersinggung.

Public Speaking juga harus dibarengi dengan mentalitas dan emosional control. Dengan berkecimpung di dunia organisasi seseorang akan melatih mentalnya menghadapi orang banyak serta mengontrol emosi sehingga dirinya menjadi seorang publik speaking yang baik.

4. Relasi

images-48-5f4c344ed541df541420e706.jpeg
images-48-5f4c344ed541df541420e706.jpeg
Dalam pandangan ilmu pengetahuan, manusia memiliki beberapa pendapat dan argumen yang disesuaikan dengan metodologi yang dikembangkan. Penganut teori behaviorisme berpendapat bahwa manusia sebagai homo mehanibcus (manusia mesin). Dasar pemikiran ini bahwa segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai proses belajar manusia terhadap lingkungan.

Sedangkan penganut teori psikoanalisis berpendapat bahwa manusia merupakan makhluk homo volens yang memiliki keinginan-keinginan dan memiliki perilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Id merupakan pembawaan sifat fisik biologis sejak lahir dan menjadi sumber energi yang memberikan kekuatan terhadap ego dan superego.

Ego adalah lingkup rasional yang berupaya menjinakkan keinginan dari id, dimana ego berupaya mengatur hubungan antara keinginan subjektif individual dan tuntunan objektif realitas sosial. Sedangkan superego berfungsi sebagai aspek moral dalam kepribadian dan selalu mengingatkan ego agar senantiasa menjalankan fungsinya sebagai pengontrol id.[6] Sedangkan manusia dalam pandangan teori kognitif berpendapat bahwa manusia adalah homo sapiens yaitu manusia sebagai makhluk yang bereaksi secara aktif dengan lingkungannya karena manusia merupakan makhluk yang berfikir.[7]

Relasi sangatlah penting dalam kehidupan. Dimana relasi ini lebih akrab dikenal dengan arti hubungan dan kerja sama. Manusia sangatlah membutuhkan hubungan antar sesama manusia maupun antara hamba dengan tuhannya. Sebab dalam penafsiran lain relasi adalah pengakuan terhadap sesuatu. Secara psikologis setiap manusia akan berbuat apa saja demi mendapatkan pengakuan dari orang yang ia tuju.

Manusia memiliki kelebihan dan kekurangan meskipun tergolong makhluk yang sepurna. Pentingnya relasi ini disaat kita tidak faham dan mengerti sesuatu, kemudian ada tempat kita untuk meminta pertolongan. Begitu juga disaat kemampuan kita yang terbatas sudah tidak memadai, kemudian bisa meminta bantuan kepada orang lain. Bayangkan jika manusia hidup sendiri. Pada akhirnya akan mati kesepian. Bahkan manusia pertama yang berada di surga pun merasa kesepian. Karena sudah menjadi sifat dasar manusi memili insting sosial.

Maka, dengan berorganisasi relasi akan bertambah banyak. Dan akan belajar serta memahami sifat manusia yang beragam rupa. Setidaknya dalam organisasi tersebut ia mendapatkan ilmu  disipliner, memenejemen diri, serta sifat toleran

Dari berbagai pendapat di atas, pandangan manusia disempurnakan oleh pendapat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa manusia merupakan makhluk homo theopani atau makhluk berketuhanan yang diberikan kemuliaan dan kesempurnaan, hal ini disebabkan manusia diberikan potensi akal pikiran, dengan akal pikiran tersebut manusia dapat berfikir dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Selain dibekali akal pikiran manusia diberikan potensi nafsu, dengan potensi nafsu jika tidak dimanfaatkan dengan baik maka akan menciptakan kejelekan.[8]

Manusia merupakan makhluk Allah yang diciptakan sempurna dibandingkan dengan makhluk lain yang ada di bumi ini, kesempurnaan dan keistimewaan manusia tersebut merupakan karunia yang telah Allah berikan melalui potensi jasmaniah (tubuh), ruhaniah (spiritual), nafsiyah (jiwa) dan aqliyah (pikiran)[9], potensi tersebut yang dapat mengantarkan manusia sebagai makhluk berakal dan berfikir.

Selain potensi tersebut, menurut al-Maraghi manusia diberikan empat macam hidayah yaitu, hidayah al-ilham (instink), hidayah al-aql (intelegensi), hidayah al-hawâs(indra), hidayah al-adyân wa al syarâi (hukum-hukum agama).[10] Dengan dibekali akal fikiran, manusia dapat berilmu pengetahuan yang dapat menciptakan sesuatu yang baru dan bermanfaat dan dengan dibekali akal.

Mudah-mudahan bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi kita semua umumnya

Berikan komentar dan masukan terbaikmu, karena itu membuat saya lebih baik dalam penulisan dan pencarian refrensi kedepannya

Baca juga Hikmah Rukun Islam di:

https://www.kompasiana.com/rifai24594/5f36b5fad541df71fd5f2f74/hikmah-dibalik-rukunislam-dalam-tinjauan-dunia-kesehatan 

Wassalam

Salam litearsi

Daftar Pustaka 

Keith Davis, Human Relations at Work, (New York, San Francisco, Toronto, London: 1962).

Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. 1976. Understanding Practice and Analysis. New York: Random House.

D, Ratna Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1984. Sociology. Edisi keenam. International Student Edition. Tokyo: Mc.Graw-Hill Book Company Inc.

Stephen P.Robbins. Teori Organisasi Struktur, Desain, dan Aplikasi, (Jakarta: Arcan: 1994),

Jhon M. Echols & Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2003),

Dinaya Maya Julijanti& Dewi Quraisyin, Buku Ajar Public speaking, (Madura: Prodi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Trunojo Madura, 2012),

Istiana Rakhmawati, Keterkaitan Public speaking dalam Komunikasi Dakwah.

Em Griffin, Communication A First Lokk at Communication Theory, (New York: Mc Graw Hill, 2012).

Aas Siti, 2019, KONSEPSI RELASI SOSIAL. DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN. Vol. 3

No. 1

Umar, Nasaruddin. Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: Paramadina, 2001).

Darwis Hude, Logika Al-Qur’an (Jakarta: Eurobia, 2013).

Umiarso, Zamroni, Pendidikan Pembebasan Dalam Perspektif Barat dan Timur, (Jakarta: ArRuz Media),

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun