Pedagang tengkulak membeli cabai rawit dari pengepul lokal dengan harga Rp 17.000 per kg. Tengkulak pasar menghabiskan Rp. 925 per kg, yang terdiri dari biaya tenaga kerja sebesar Rp. 250 per kg, biaya kemasan Rp. 300 per kg dan biaya penyusutan sebesar Rp. 375 per kg. Para tengkulak pasar kemudian menjualnya ke pengecer di Pasar Cikurubuk. Harga jual cabai rawit ke pengecer adalah Rp. 19.000 per kg.Â
Keuntungan yang diperoleh tengkulak adalah Rp. 1.075 per kg dan margin pemasaran Rp. 2.000 per kg. Pengecer membeli cabai rawit dari pedagang tengkulak pasar dengan harga Rp. 19.000 per kg.Â
Pengecer mengeluarkan biaya pemasaran sebesar Rp. 717 per kg. Pengecer kemudian menjualnya kepada konsumen dengan harga Rp. 24.000 per kg. Keuntungan yang diperoleh pengecer sebesar Rp. 4.283 per kg dan margin pemasaran Rp. 5.000 per kg.
Total nilai margin pemasaran cabai rawit adalah Rp. 9.000 per kg, total keuntungan Rp. 6.408 per kg dan total biaya Rp. 3.642 per kg. Nilai share keuntungan sebesar 89,20% sedangkan nilai share biaya sebesar 10,80%. Menurut Prayitno dalam Purnama et al., (2021) Jika persentase Pf (Produsen Share) adalah 70%, maka pemasaran dianggap tidak efisien. Pangsa harga yang diterima petani (farmer share) sebesar 62,5% sehingga rantai pasok cabai rawit di Desa Ciandum Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya dikategorikan tidak efisien.
Manfaat Rantai Pasok Cabai Rawit
Penerapan konsep rantai pasok atau Supply Chain Management (SCM) di perusahaan akan memberikan manfaat sebagai berikut (Wahyu Prasetio, 2018):
1. Kepuasan Pelanggan
Konsumen atau pengguna produk merupakan target utama dalam produksi cabai rawit. Konsumen atau pengguna dalam kegiatan ini merupakan konsumen yang loyal dalam jangka panjang. Pelanggan yang loyal adalah konsumen yang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan.
2. Meningkatkan Pendapatan
Semakin loyal konsumen maka semakin banyak pendapatan, sehingga mengurangi produk cabai yang terbuang percuma.
3. Biaya lebih rendah