Mohon tunggu...
Riezki AkbarJulianto
Riezki AkbarJulianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional di UPN Veteran Yogyakarta

Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pertempuran Selat Denmark, Akhir Kuasa dan Awal Petaka Sang Legenda

8 Januari 2023   21:16 Diperbarui: 11 Januari 2023   09:38 1757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bismarck, Prinz Eugen meninggalkan Gotenhafen dan dikawal oleh Kapal Perusak (Destroyer). Sumber : renderosity.com by adlersgp 

Pada Artikel sebelumnya, saya sudah membahas Tentang awal kelahiran "Bismarck", sang legenda AL Jerman Nazi. Nah Kali ini, saya akan membahas sorti operasi pertama dari KMS Bismarck itu sendiri. Penasaran kelanjutannya? Silahkan simak artikel berikut.

Segera setelah mencapai pelabuhan Gotenhafen, Bismarck mendapatkan Inspeksi dan pengecekan besar-besaran demi mendukung kelancaran operasi yang sudah direncanakan sebelumnya. Komando Tinggi Angkatan Laut (Oberkommando der Marine, atau disingkat OKM) awalnya ingin Bismarck dipasangkan dengan saudaranya, "Tirpitz" untuk melakukan sorti misi penenggelaman kapal-kapal sekutu di wilayah samudra atlantik. Pada saat itu, Kapal Tempur Scharnhorst dan Gneisenau yang berbasis di kota Brest (wilayah Prancis yang diduduki Jerman) telah berhasil menuntaskan operasi penenggelaman kapal-kapal dagang sekutu dengan nama sandi "Operasi Berlin" di Atlantik. 

Scharnhorst dan Gneisenau tercatat berhasil menenggelamkan 22 kapal dagang sekutu dengan berbagai ukuran. Bismarck dan Tirpitz diberi mandat untuk melakukan operasi serupa dan dijadwalkan bertemu dengan Scharnhorst dan Gneisenau pada tanggal 25 April 1941. Namun, tiba-tiba terjadi masalah. 

Pengerjaan Tirpitz ternyata mengalami keterlambatan yang menyebabkan Tirpitz tidak akan siap memulai operasi hingga akhir tahun. Untuk lebih memperparah situasi, Gneisenau baru saja terkena serangan torpedo di brest. Pesawat pembom AL Inggris juga menambah kerusakan yang dialami Gneisenau. Sedangkan Scharnhorst memerlukan perbaikan boiler pasca menyelesaikan Operasi Berlin.

Bismarck Berlabuh di Pelabuhan Gotenhafen. Sumber : Imgur
Bismarck Berlabuh di Pelabuhan Gotenhafen. Sumber : Imgur

Laksamana Gunther Lutjens yang memimpin operasi tersebut ingin menunda operasi sampai setidaknya Tirpitz telah siap untuk diresmikan. Laksamana Lutjens juga ingin Scharnhorst dan Gneisenau siap ketika Bismarck dan Tirpitz memulai operasi ini. Tetapi Para Pejabat di OKM tidak peduli, mereka bersikeras untuk melanjutkan operasi yang diberi sandi "Operasi Rheinubung" ini. Dalam kondisi yang serba kepepet, Bismarck akhirnya dipasangkan dengan kapal Penjelajah Prinz Eugen dan disiapkan untuk melaksanakan operasi tersebut. Sesuai rencana, 4 U-boot (Kapal Selam) akan disediakan untuk mengintai seluruh aktivitas dalam Operasi Rheinubung.

Bahkan ketika senjata anti-pesawat Bismarck dirasa belum siap untuk melakukan operasi, OKM menilai Bismarck hanya akan menghadapi ancaman kapal permukaan dalam operasi ini dan memutuskan untuk memberi Lampu Hijau atas Operasi Rheinubung.

Adolf Hitler berfoto bersama Wilhelm Keitel (Kiri) dan Gunther Lutjens (Kanan) diatas Dek KMS Bismarck. Sumber : Imgur
Adolf Hitler berfoto bersama Wilhelm Keitel (Kiri) dan Gunther Lutjens (Kanan) diatas Dek KMS Bismarck. Sumber : Imgur

Pada 5 Mei 1941, Adolf Hitler beserta Wilhelm Keitel selaku Panglima OKM melakukan inspeksi terhadap kapal Tempur Bismarck dan Kapal Penjelajah Prinz Eugen di Pelabuhan Gotenhafen. Mereka diberi tur eksklusif untuk inspeksi menyeluruh terhadap Bismarck. Segera setelahnya, Hitler melaksanakan rapat tertutup dengan Laksamana Gunther Lutjens untuk membahas Operasi-Operasi militer yang akan datang. Meskipun begitu, Laksamana Lutjens tidak memberitahu tentang Operasi Rheinubung hingga beberapa hari kedepan.

Ilustrasi Bismarck, Prinz Eugen meninggalkan Gotenhafen dan dikawal oleh Kapal Perusak (Destroyer). Sumber : renderosity.com by adlersgp 
Ilustrasi Bismarck, Prinz Eugen meninggalkan Gotenhafen dan dikawal oleh Kapal Perusak (Destroyer). Sumber : renderosity.com by adlersgp 

Pada Pukul 02:00 tanggal 19 Mei, Bismarck beserta 2.221 kru yang bertugas bergegas meninggalkan Pelabuhan Gotenhafen menuju Samudra Atlantik untuk melaksanakan Operasi Rheinubung. Bismarck kemudian bertemu dengan Prinz Eugen pada pukul 11.25 yang berlayar secara terpisah dari Tanjung Arkona pada malam sebelumnya pukul 21:18. Kedua kapal tersebut dikawal oleh 3 kapal penghancur yakni Z10 Hans Lody, Z16 Frederick Eckoldt, dan Z23. Luftwaffe juga menyediakan pengawalan udara selama Bismarck berada di perairan Jerman. 

Pada malam 20 Mei, Kapten Lindemann memberi tahu awak Bismarck tentang misi dan tujuan dari Operasi Rheinubung melalui pengeras suara. Dalam pengumumannya, Lindemann menyatakan bahwa Bismarck dan Prinz Eugen akan melewati rute yang tidak biasa. Yakni ke utara melewati Norwegia untuk mengisi perbekalan, lantas berbelok ke barat melintasi Selat Denmark yang terletak diantara Islandia dan Greenland, untuk akhirnya berbelok ke selatan Menuju Samudra Atlantik Utara. Satu jam kemudian, Bismarck dan Prinz Eugen mendapat kontak kapal perang Swedia yang tengah membayangi mereka di sekitar perairan swedia. Kapal itu ternyata adalah Kapal Penjelajah Swedia, HSwMS Gotland yang membayangi Armada Jerman selama dua jam.

Lutjens dan Lindemann menganggap bahwa Kerahasiaan Operasi telah hilang setelah kedua Kapal dibayang-bayangi oleh Gotland. Namun, OKM bersikeras tetap melanjutkan operasi tersebut dengan alasan Inggris sepertinya belum mendapatkan informasi apapun tentang Operasi Rheinubung. Hal ini dikarenakan menurut pengintaian Armada Udara Jerman, kekuatan utama AL Kerajaan Inggris berupa 1 kapal Induk, 3 kapal Perang, dan juga 4 kapal penjelajah tetap berlabuh di Markasnya di Scapa Flow.

Prinz Eugen (Kiri) dan Bismarck (Kanan) berlabuh di Grimstadfjord, Norwegia. Sumber : 3dhistory.de
Prinz Eugen (Kiri) dan Bismarck (Kanan) berlabuh di Grimstadfjord, Norwegia. Sumber : 3dhistory.de

Bismarck dan Prinz Eugen berhasil mencapai Grimstadfjord, Norwegia pada Siang Hari tanggal 20 Mei 1941. Sehari setelahnya, sebuah pesawat Supermarine Spitfire milik Inggris berhasil mengintai Bismarck dan mengambil foto dari ketinggian 8.000m. Segera Setelah adanya laporan tentang kehadiran Bismarck dan Prinz Eugen di Norwegia, AL Inggris langsung memerintahkan dua kapal tempur Utama mereka yakni Sang Ikon AL Kerajaan Inggris "HMS Hood" dan juga "HMS Prince Of Wales" yang baru berusia 2 bulan untuk berlayar menyusul 2 kapal Penjelajah Inggris "HMS Suffolk" dan "HMS Norfolk" yang tengah berpatroli di selat Denmark. Saat Prince Of Wales Diberi perintah tersebut, ia sedang melakukan proses fitting senjata di Scapa Flow. Bahkan, banyak Teknisi Sipil yang akhirnya harus ikut berlayar dikarenakan harus menyelesaikan proses fitting Prince Of Wales secepat mungkin. Untuk mengawal kedua kapal perang kebanggan Inggris tersebut, 6 Kapal Perusak juga disertakan untuk menjaga Hood dan Prince Of Wales dari serangan Kapal Selam Jerman. Sedangkan, sisa armada utama Inggris yang lain ditempatkan di Scapa Flow dalam status siaga tinggi. 8 pesawat pembom juga turut dikirim untuk menyerang Bismarck yang tengah bersauh di Norwegia. Namun, operasi tersebut gagal akibat cuaca buruk.

Bismarck dan Prinz Eugen meninggalkan Norwegia menuju Selat Denmark, 22 Mei 1941. Sumber : behance.net
Bismarck dan Prinz Eugen meninggalkan Norwegia menuju Selat Denmark, 22 Mei 1941. Sumber : behance.net

Pada malam hari tanggal 21 Mei Pukul 19:30, Bismarck dan Prinz Eugen meninggalkan Bergen, Norwegia menuju samudra arktik. Bismarck memimpin di depan sedangkan Prinz Eugen ditempatkan di belakang Bismarck. Pada tengah malam, Hitler akhirnya mendengar tentang Operasi Rheinubung dari perwira Kriegsmarine, Erich Raeder. Meskipun merasa kesal karena ia tahu rencana ini memiliki resiko besar yang akan membuatnya kehilangan kapal tempur kesayangannya yang baru berusia sekitar setahun. Tetapi Hitler tak mampu berbuat apapun, dikarenakan Bismarck dan Prinz Eugen telah berlayar jauh di luar jangkauan wilayah Kriegsmarine menuju samudra Arktik. Dengan berat hati, ia pun menyetujui rencana tersebut melalui surat Izin yang dikirim via telegraf kepada Laksamana Gunther Lutjens.

Difoto dari Prinz Eugen, Bismarck Mengarungi samudra Arktik menuju selat Denmark. Sumber : worldwarphotos.info
Difoto dari Prinz Eugen, Bismarck Mengarungi samudra Arktik menuju selat Denmark. Sumber : worldwarphotos.info

Pada tanggal 23 Mei 1941 pukul 19:22, Bismarck beserta Prinz Eugen mendapat kontak di radar mereka yang ternyata merupakan kapal Penjelajah Inggris "HMS Suffolk". Lutjens memberi izin kepada Prinz Eugen untuk menembakkan meriamnya kearah Suffolk. Tetapi Suffolk malah mundur dan menghilang dari pandangan kedua kapal perang Jerman. 

Pada pukul 20:30 HMS Suffolk bergabung dengan HMS Norfolk untuk kembali mencoba mendekati Bismarck dan Prinz Eugen, Tetapi mereka mendekati Bismarck dan Prinz Eugen dengan jarak yang terlalu dekat. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Seketika itu Juga Bismarck melepaskan 5 tembakan meriam utamanya kearah musuh. Meskipun 3 dari 5 tembakan meriam tersebut nyaris mengenai Norfolk dan menyebabkan hujan Serpihan Amunisi diatas dek Suffolk. Namun, guncangan dari salvo meriam utama 38cm Bismarck yang sangat menggelegar itu justru merusak Radarnya sendiri. Hal ini menyebabkan Bismarck ditarik posisinya ke belakang, dan Prinz Eugen mengambil alih posisi Bismarck untuk memimpin di depan. Sejam kemudian, Suffolk dan Norfolk berhasil menghindar dari kejaran kedua kapal perang berat Jerman tersebut dengan dibantu hujan badai serta kabut tebal yang menyelimuti Selat Denmark.

Pada pagi hari tanggal 24 Mei 1941, pukul 05.05 Cuaca sudah agak cerah. Bismarck dan Prinz Eugen tengah berlayar mengarungi Selat Denmark saat para kru "hydrophones" yang bertugas diatas Prinz Eugen mendengar suara baling-baling dari 2 kapal yang tidak dapat diidentifikasi. Meskipun Jaraknya jauh, Kedua kapal "asing" ini berhasil diketahui arah berlayarnya dan ternyata mereka mendekati Bismarck dan Prinz Eugen dengan kecepatan tinggi. Benar saja, Pada pukul 05.45 Para Kru Pengawas dari Anjungan Observasi Bismarck dan Prinz Eugen melihat kepulan asap dari cakrawala. Dengan sigap, Laksamana Lutjens segera memerintahkan awaknya untuk bersiaga menuju stasiun tempur masing-masing. Di lain pihak, Laksamana Lancelot Holland selaku Komandan Armada AL Kerajaan Inggris yang bertugas diatas HMS Hood salah mengira bahwa Armada musuh yang berada di posisi depan adalah Bismarck. Laksamana Holland segera memerintahkan HMS Hood untuk melakukan salvo meriam utamanya ke arah Prinz Eugen yang ia sangka sebagai Bismarck.

Kapal Tempur-Jelajah
Kapal Tempur-Jelajah "Hood" milik AL Kerajaan Inggris. Sumber : nationalinterest.org

Pada Pukul 05:52, dalam jarak 26 km HMS Hood menembakkan salvo meriam pertamanya kearah Prinz Eugen diikuti Salvo meriam dari HMS Prince Of Wales dengan target yang sama semenit kemudian. Albert Schneider, seorang Perwira meriam pertama Bismarck dua kali meminta izin kepada Laksamana Lutjens untuk membalas tembakan tersebut. Tetapi Laksamana Lutjens masih ragu-ragu.

Kapten Bismarck, Ernst lindemann kemudian berkata "aku bersumpah tidak akan membiarkan kapal yang ada dibawah komandoku ditembaki musuh tanpa membalas". Lantas, ia pun meminta izin kepada Laksamana Lutjens untuk memerintahkan Bismarck melakukan salvo tembakan meriam balasan, namun Laksamana Lutjens masih tampak gamang untuk melakukan serangan dikarenakan jarak Bismarck dengan armada musuh masih cukup jauh.

KMS Bismarck menembakkan meriamnya kearah HMS Hood. Sumber : wikipedia
KMS Bismarck menembakkan meriamnya kearah HMS Hood. Sumber : wikipedia

Akhirnya pada pukul 05:55 dibawah perintah Kapten Ernst Lindemann yang bersikeras ingin membalaskan dendamnya, Bismarck pun mulai melakukan serangan balasan. Kapal-kapal inggris mendekati Bismarck dan Prinz Eugen secara berhadapan sehingga mereka hanya bisa menggunakan meriam depan untuk menyerang, sedangkan Bismarck dan Prinz Eugen bisa melakukan salvo tembakan meriam secara menyeluruh karena mendekati Armada Inggris secara parallel. 

Ilustrasi HMS Hood dan HMS Prince Of Wales yang sedang dihujani Meriam Kapal Perang Jerman. Sumber : Navywings.org.uk
Ilustrasi HMS Hood dan HMS Prince Of Wales yang sedang dihujani Meriam Kapal Perang Jerman. Sumber : Navywings.org.uk

Satu menit kemudian, Prinz Eugen berhasil mendaratkan pukulan pertamanya. Amunisi dari Prinz Eugen berhasil mengenai salah satu amunisi Proyektil di HMS Hood dan meledakkannya sehingga memicu kebakaran besar. Meskipun begitu, kebakaran dapat dipadamkan dengan cepat dan Hood kembali menembakkan Meriamnya kearah Prinz Eugen. Tetapi Pada saat itu juga, HMS Prince Of Wales berhasil mencetak pukulan pertamanya pada Bismarck. Hujan Salvo Meriam dari Prince of Wales nantinya akan mengenai Bismarck sebanyak 3 kali.

1 Amunisi berhasil merusak Pesawat Amfibi berikut sistem Peluncur Ketapel Pesawat Amfibi milik Bismarck, 1 Amunisi yang tidak berhasil meledak mampu menembus Haluan Kapal tepat di ruang penyimpanan Bahan Bakar, dan 1 amunisi lainnya berhasil meledak dan membanjiri ruang Generator serta Merusak Pintu Kedap Air menuju Ruang Ketel Uap Bismarck. 

Sementara setelah Bismarck menembakkan tiga sampai empat salvo tembakan meriam. Perwira Meriam Albert Schneider yang berada di Kubah meriam A telah menemukan jarak jangkauan ke HMS Hood dan segera memerintahkan seluruh meriam laras 38cm Bismarck untuk ditembakkan kearah HMS Hood. Laksamana Lutjens-pun memerintahkan seluruh meriam Prinz Eugen untuk ditembakkan kearah Prince Of Wales. 

Hal ini dilakukan untuk menjaga agar kedua kapal musuh tetap berada dalam hujan salvo tembakan meriam Kapal-Kapal Jerman. Di lain Pihak, Laksamana Holland memberi perintah untuk membelokkan Hood sejauh 20 derajat ke kiri untuk membuat Hood sejajar parallel dengan Bismarck dan Prinz Eugen.

Peta Navigasi yang menunjukkan Arah p ergerakan Kapal Tempur Inggris dan Jerman dalam Pertempuran Selat Denmark. Sumber : wikipedia
Peta Navigasi yang menunjukkan Arah p ergerakan Kapal Tempur Inggris dan Jerman dalam Pertempuran Selat Denmark. Sumber : wikipedia

Pada pukul 06:00, Bismarck melepaskan salvo meriam kelima. Beberapa salvo tersebut melintas tepat diatas Hood. Menurut keterangan awak HMS Hood, suaranya seperti suara kereta api ekspress yang lewat dengan kecepatan tinggi lantas menembus samudra dan menghempaskan puluhan ton air laut ke udara di sekeliling HMS Hood. Nahasnya, dari total 5 salvo meriam 38cm dari Bismarck tersebut, Salah satunya berhasil menembus perisai baja armor HMS Hood dan mendarat tepat di gudang amunisi Proyektil yang berisi ratusan ton bahan bakar padat "Cordite" yang digunakan sebagai propelan Pendorong Amunisi Meriam. Gudang Propelan ini terletak di bagian buritan HMS Hood.

Tampak dari KMS Prinz Eugen, HMS Hood Meledak dan terbakar hebat. Sumber : Wikipedia
Tampak dari KMS Prinz Eugen, HMS Hood Meledak dan terbakar hebat. Sumber : Wikipedia

Boom!!!!! Sebuah Ledakan besar terjadi disusul terbelahnya HMS Hood menjadi dua bagian. Ledakan yang terjadi pada Gudang Amunisi tersebut tampak menjalar ke bagian bahan bakar, dan akhirnya menyebar ke seluruh kapal dalam sekejap mata. Ledakan tersebut menciptakan awan berbentuk jamur yang membumbung tinggi ratusan meter ke udara.

Ilustrasi tenggelamnya HMS Hood. Sumber : ww2site.eu
Ilustrasi tenggelamnya HMS Hood. Sumber : ww2site.eu

Dari dalam awan jamur tersebut, samar-samar tampak bagian buritan HMS Hood mulai Tenggelam diikuti bagian Haluan yang sempat mengapung selama 3 menit sebelum menjulang tinggi secara vertikal lantas ikut tenggelam ke dasar laut. Hood lenyap dari pandangan dalam kurun waktu kurang dari 5 menit. Nyaris semua dari 1419 awak kapal HMS Hood gugur dalam tugas, hanya 3 orang awak HMS Hood yang berhasil diselamatkan.

Segera setelah HMS Hood Tenggelam. Jarak antara HMS Prince of Wales dengan kedua kapal perang Jerman pun semakin dekat. Prince of Wales yang sedang mengarah ke Hood yang sedang tenggelam harus melakukan manuver untuk menghindari Hood. Hal ini berhasil mengganggu bidikan meriam Prince of wales dan semakin mempermudah kapal-kapal tempur Jerman untuk mengenainya. 

Bismarck mengarahkan tembakan Meriamnya kearah HMS Prince Of Wales setelah berhasil menghabisi HMS Hood. Sumber : worldwarphotos.info
Bismarck mengarahkan tembakan Meriamnya kearah HMS Prince Of Wales setelah berhasil menghabisi HMS Hood. Sumber : worldwarphotos.info

Bismarck berhasil mendaratkan 4 Tembakan Salvo Meriamnya ke dek Prince of Wales, sedangkan Prinz Eugen berhasil mengenainya sebanyak 3 kali. Satu Amunisi 38cm Bismarck berhasil menembus menara Superstruktur bagian atas Prince of Wales yang menyebabkan terbunuh dan terlukanya beberapa awak kapal di Anjungan Pengarah, Platform Pertahanan Udara, dan juga Anjungan Radar. 

Sebuah Amunisi 20.3cm dari Prinz Eugen bahkan berhasil menembus dek Prince Of Wales dan hampir meledakkan Gudang amunisi Meriam bagian depan. Salah 1 Amunisi 38cm dari Bismarck juga berhasil menembus perisai Baja armor Prince Of Wales, Hanya saja masih tertahan oleh Lapisan Baja Anti-torpedo. Berbagai Salvo Amunisi Meriam dari Jerman ini berhasil membuat 5 dari 10 Meriam Prince Of Wales macet. Meriam-meriam ini mengalami malfungsi akibat kegagalan sistem pengisian amunisi otomatis sehingga mengurangi efektivitas meriam sebanyak 26%.

HMS Prince of Wales. Sumber : Wikipedia
HMS Prince of Wales. Sumber : Wikipedia

Tak lama kemudian, Kapten John Leach selaku Komandan HMS Prince Of Wales memberi perintah mundur. HMS Prince Of Wales pun memutar arah untuk menjauh dari kedua kapal perang Jerman yang menjadi lawannya sembari menembakkan 5 meriamnya yang masih berfungsi. Di lain pihak, Laksamana Gunther Lutjens juga memberi perintah untuk menjauhi Prince Of Wales meskipun ia tahu bahwa Prince Of Wales berada dalam jarak yang sangat dekat dengan mereka. Bahkan, KMS Prinz Eugen sudah bersiap meluncurkan torpedonya ke arah Prince Of Wales saat perintah mundur dikeluarkan oleh Laksamana Lutjens.

Baik Bismarck dan Prinz Eugen maupun Prince Of Wales sama-sama menjauh sampai musuh mereka sama-sama menghilang dari pandangan. Para awak Bismarck menganggap bahwa mereka telah menang. Sorak-Sorai Gembira menyeruak diatas Bismarck tepat setelah pertempuran dianggap Usai. Para Awak Bismarck merasa bangga berhasil menenggelamkan kapal Tempur Ikonik kebanggaan AL Kerajaan Inggris tersebut. Akan Tetapi, Tanpa mereka sadari Salvo Meriam dari HMS Prince Of Wales telah membuat lubang cukup besar di haluan Bismarck yang memicu kebocoran tanki bahan bakar. Melepaskan ribuan ton bahan bakar minyak ke Samudra per menit dari Haluan Kapal dan meninggalkan Jejak yang sangat jelas dibelakang Bismarck. Lubang inilah yang nantinya menjadi awal malapetaka bagi sang Ratu Atlantik tersebut.

Ingin tau kelanjutan kisahnya? Nantikan di artikel saya selanjutnya.

Sekian dan Terima Kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun