Perlu diketahui bahwa di era milenial ini terkhusus karena berlangsungnya pandemi Covid-19, manusia diharuskan bisa menunjukkan potensi dan kreativitas yang dituangkan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara apapun dengan tidak terpaku pada kondisi. Adapun potensi tersebut hendaknya dimulai saat kita menginjak dunia pendidikan, terkhusus di jenjang pendidikan SMK. Siswa SMK dituntut agar memahami bagaimana cara bersaing ilmu melalui kreativitas dan hasil kerja praktik sebelum terjun ke dunia kerja ataupun industri. Pendemi Covid-19 pun sudah berlangsung terhitung mulai Desember 2019 sampai saat ini dan walaupun telah berkurang dari status berbahaya yang secara tidak langsung mengubah berbagai aspek kehidupan, khususnya dunia pendidikan.
Pembelajaran yang awal mula pelaksanaannya dilakukan secara tatap muka atau luring, namun selama pandemi berlangsung, hal tersebut tidak diberlakukan. Pemerintahan khususnya kementerian pendidikan mengembangkan inovasi baru dengan pemberlakuan pembelajaran secara jarak jauh atau daring. Pembelajaran ini memanfaatkan teknologi yang ada sesuai kemampuan daerah masing-masing. Dengan adanya daring ini, diharapkan dalam keadaan apapun tidak mengurangi tujuan pembelajaran untuk para siswa dan sebisanya harus terwujud perubahan yang signifikan.Â
Sekolah pun seyogyanya memaksimalkan pembelajaran yang ada dengan cara apapun asalkan semua dalam keadaan selamat. Beberapa bulan kemarin, tepatnya bulan Januari 2022, pemerintah menerapkan peraturan baru terkait pembelajaran daring, yaitu inovasi pembelajaran daring yang di kolaborasi dengan pembelajaran luring. Sekolah mengambil kesimpulan ini dengan membagi siswa ke dalam dua kelompok di dalam satu kelas, setengah mengikuti daring dan setengah nya lagi mengikuti luring tetapi ini dilakukan secara bergantian atau istilahnya dilakukan dengan sistem blok. Hal tersebut tidak mengurangi esensi pembelajaran dan adanya pengalaman memperoleh ilmu dari peserta didik semakin berkembang walaupun dalam kondisi pandemi.
Salah satu kekurangan dari penerapan inovasi ini adalah tidak maksimalnya pembelajaran yang diterima siswa dikarenakan di satu sisi harus memahami pembelajaran, siswa juga harus memperhatikan protokol kesehatan yang cukup ketat. Untuk itu perlu dikembangkan model pembelajaran yang tepat dengan mengedepankan aktivitas peserta didik secara maksimal. Salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan dengan kondisi seperti ini adalah Project Based Learning (PjBL) atau bisa disebut sebagai Pembelajaran Berbasis Proyek yang disesuaikan dengan kondisi pandemi saat ini. Siswa dibantu belajar melalui platform google classroom dan aplikasi penunjang pembelajaran lainnya.
Model PjBL memiliki sintaks-sintaks yang harus dipelajari para siswa dan guru, antara lain: penentuan pertanyaan mendasar (Start with The Essential Question); penyusunan rancangan proyek (Design a Plan for The Project); penyusunan jadwal kegiatan (Create a Schedule); memonitor jalannya proyek (Monitor The Students and The Progress of the Project); penilaian terhadap proyek yang dilakukan (Assess the Outcome); dan evaluasi (Evaluate the Experience). Sintaks-sintaks tersebut dapat dikembangkan dan bisa disesuaikan dengan keadaan pandemi, dimana siswa belajar dari rumah mereka masing-masing. Besar harapan pada model pembelajaran ini adalah partisipasi peserta didik dalam pembelajaran tetap ada meskipun dalam kondisi belajar di rumah. Melalui sintaks--sintaks tersebut, peserta didik melakukan aktivitas mulai dari belajar, kemudian perencanaan sampai pada publikasi hasilnya. Melalui platform yang telah disediakan, siswa juga melakukan aktivitas untuk mempertanggungjawabkan tugas proyek yang dilakukan. Sehingga dalam model ini, setiap siswa bisa berperan aktif dalam pelaksanaan proyek tersebut. Setiap peserta didik bertanggungjawab besar terhadap keberhasilan proyeknya.
Kemudian pembelajaran ini juga bisa diaplikasikan pada pembelajaran luring ketika siswa melakukan kegiatan praktikum dengan membentuk beberapa kelompok yang nantinya akan mengerjakan sebuah project sesuai mata pelajarannya. Untuk mata pelajaran yang sesuai dengan PjBL dengan luring kebanyakan mata pelajaran yang perlu dilakukan di laboratorium ataupun bengkel. Salah satu mata pelajaran yang membutuhkan banyak kegiatan project adalah mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan. Dalam materi yang dibahas sudah menginjak topik terakhir, yaitu pembuatan produk massal.
Tentunya dalam pembuatan produk massal juga diikuti oleh sarana dan prasarana yang memadai pengerjaannya. Oleh karena itu, muncullah inovasi untuk project pembuatan jig and fixture yang berhasil disimpulkan untuk mempermudah pembuatan produk massalnya. Jig and fixture digunakan juga sebagai jembatan agar pengerjaan lebih efisien dan keselamatan terjaga (safety).
Hoffman (1996) menyatakan bahwa jigs and fixtures merupakan alat bantu pemegang benda kerja produksi yang digunakan dalam rangka membuat pengadaan komponen secara akurat. Jig merupakan alat khusus untuk mencekam, menyangga atau ditempatkan pada komponen mesin. Fixture adalah peralatan produksi yang menempatkan, memegang dan menyangga benda kerja secara kuat sehingga pekerjaan pemesinan yang diperlukan bisa dilakukan. Pada saat ini, jigs and fixtures tidak hanya sebagai penyangga dan pencekam tetapi digunakan juga untuk berbagai pengerjaan, seperti alat cetak untuk produksi. Semua alat yang dapat membantu, mempermudah produksi, dan mengefisiensikan pekerjaan dapat disebut sebagai jigs and fixtures. Adanya perkembangan industri 4.0 membuat jigs and fixtures berkembang sesuai kreativitas dengan berbagai macam jenis, bentuk, dan fungsinya.
Penggunaan jigs and fixtures pada dunia industri menuntut siswa-siswi SMK mengerti tentang kebutuhan industri. Hal tersebut membuat siswa-siswi SMK harus mengerti tentang teknologi yang biasa digunakan oleh industri, salah satunya jigs and fixtures. Pengenalan dan penerapan jigs and fixtures pada mata pelajaran PKK (Produk Kreatif dan Kewirausahaan) dapat membantu siswa dalam mempelajari serta mempersiapkan pada dunia industri. Pada mata pelajaran PKK, siswa diajak untuk berpikir kreatif dalam membuat peralatan produksi sebagai bekal jika nanti ingin mendirikan suatu usaha. Tahapan yang dipelajari mulai dari rancangan usaha, administrasi, hingga proses produksi. Pada tahapan proses produksi inilah yang nantinya jigs and fixtures diterapkan sehingga dapat memudahkan proses produksi dan siswa dapat berpikir kreatif dalam membuat jigs and fixtures.
Adapun prosedur dalam pembuatan jigs and fixtures, yaitu analisis kebutuhan, desain jig and fixture, revisi desain, pembuatan jig and fixture, uji coba pemakaian, evaluasi dan revisi, dan pemakaian akhir.
Analisis kebutuhan berkaitan dengan banyaknya kebutuhan rumah tangga yang masih mengandalkan sektor pasaran untuk pembelian produknya. Untuk itu, peluang usaha sampingan bagi tamatan SMK untuk menghasilkan produk yang bisa dijadikan sebagai karya wirausaha sangat terbuka luas dengan pemanfaatan jig and fixture ini. Adapun pemanfaatan jig and fixture ini dalam pembelajaran bisa digunakan sebagai pengelolaan produk yang akan dipasarkan secara massal, yakni gantungan baju dengan desain yang memiliki keunggulan dan perbedaan pada umumnya.