Aku turut masuk ke dalam, gelap. Beberapa berkas cahaya dari jendela di atas gedung memberikan sedikit sinar. Kulihat beberapa pengunjung tampak duduk di bangku-bangku, mereka terdiam, sunyi dalam pikiran masing-masing.
Aku berjalan agak ragu, kemudian di altar aku terpesona, sebuah salib berwarna keemasan, tampaknya memang dilapisi emas.
Ternyata bukan itu yang menjadi alasan calon suamiku membawaku ke tempat itu, ia menjentikkan tangannya padaku dan mengajakku berjalan ke arah kanan gedung. (Kebanyakan gereja di Eropa berbentuk salib, sehingga setelah gang yang panjang terhadap ruangan di sisi kiri dan sisi kanan yang juga kadang digunakan untuk misa kecil).
Ternyata di sebelah kanan ruangan terdapat sebuah bangunan aneh berwarna putih, semacam peti tetapi besar sekali. Apakah ini? Tanya saya padanya.
"Ini adalah makam tiga orang majus, beberapa bagian tubuh ketiga orang majus ini dimakamkan di sini," ujarnya. Saya terpana, terharu dan tak menyangka. Di Milan ternyata ada makam tiga orang majus! Jadi cerita alkitab yang selalu bergaung setiap natal di gereja itu, benar adanya, bukan fiksi, bukan sekedar  kisah yang indah untuk dijadikan produksi drama di gereja. Dalam hati saya berteriak, "Oh mereka eksis! Tiga orang tokoh pintar yang hebat, penuh dedikasi dan  melakukan perjalanan jauh karena jeli melihat kuasa Tuhan saat berbicara melalui alam semesta pada dua ribu tahun lalu itu ada! Oh, saya lega sekali!"
Pada salah satu kolom terlihat semacam relief yang menggambarkan lembu yang sedang mengangkut peti mati dari batu (sarcopagus). Ahli sejarah menyebutkan, lembu tersebut dikemudikan oleh santo Eustorgio yang membawa peti mati ketiga orang majus tadi dari Constantinopel.
Berdasarkan literatur pada abad ke tiga setelah masehi, atau sekitar 300 tahun setelah Yesus wafat, Ratu Helena yang adalah bunda dari Kaisar Konstantin dari Konstantinopel pernah berziarah ke Yerusalem pada dan mengumpulkan tulang-belulang para orang majus. Kabarnya ketiga orang majus ini turut berjalan ke Golgota dan menyaksikan penyaliban Yesus, Â mereka kemudian menetap disana dan meninggal di sana. Itulah mengapa Ratu Helena bisa mendapatkan tulang-belulang ketiga orang majus. Â Konstantin sang putera, kemudian menyerahkan hasil pengumpulan bundanya tersebut kepada Eustorgio saat ia bekunjung ke Konstantinopel sebelum menjabat sebagai Uskup Milan, sekitar tahun 344 Masehi.
Eustorgio kemudian membawa hadiah berupa peti mati berisi tulang-belulang tiga orang Majus dari Konstantinopel tersebut dengan menggunakan lembu. Setelah memasuki kawasan pintu Gerbang Milan yang bernama Porta Ticinese, lembu tidak dapat bergerak karena terjebak lumpur. Eustorgio menyatakan, inilah tempat dimana Tuhan berkenan dan kemudian ia menempatkan sarcopagus dan membangun gereja di lokasi tersebut, hingga kini gereja tersebut dinamai sesuai nama sang Uskup.
Sayangnya delapan abad kemudian atau pada tahun 1164, kota Milan diserang oleh pasukan Frederick I Barbarosa dari Jerman yang merampas juga sarkopagus ketiga orang majus tersebut dan menyerahkannya kepada Rainald von Dassel di Cologne, Jerman. Semua usaha untuk mengembalikan peti mati dan kerangka ketiga orang majus tersebut gagal.
Baru pada tahun 1904, Kardinal Ferrari, archbishop Milan kemudian berhasil memboyong sebagian dari kerangka ketiga orang majus, yaitu masing masing bagian fibula (tulang di bagian betis), tibia (tulang kering)Â dan vertebrata (tulang punggung) yang diserahkan oleh archbishop Cologne Mgr. Fischer pada sebuah pesta epifani yang masih terus dirayakan hingga sekarang.
Keluar dari gereja tersebut, sekali lagi aku memandangi menara gereja. Di ujung menara tersebut bukan bentuk salib yang saya lihat melainkan sebentuk bidang berujung delapan, sebuah simbol yang mengingatkan kembali pada bintang yang diikuti oleh para orang majus.