Meski usia tidak muda lagi, Rena masih enerjik seperti remaja. Ia aktif untuk mencari berita untuk stasiun TV tempat ia bekerja. Ia pergi ke sana ke mari, pergi pagi pulang pagi meski kadang-kadang harus menginap di kantor.Â
Rena orang yang supel, hampir semua orang menyukainya, kecuali Prima, reporter berita luar negeri yang merupakan teman SMP Rena. Entah mengapa mereka bertengkar setiap hari. Apakah Prima pernah ditolak cintanya oleh Rena?.
Tidak ada yang dapat memungkiri bahwa Rena dan Prima sangat serasi, sama-sama doyan kopi, sama-sama doyan movie, Â sepertinya memang mereka ditakdirkan untuk bersama.
"Eh Prim, loe ikut ga ke partynya si Fajar", sahut Rena yang baru saja datang dan melihat Prima sedang asyik makan apel sambil nonton siaran ulang pertadingan Liverpool tadi malam.
"Tau sendiri kan Ren, gua paling ga bisa dateng ke party-party gituan, pake nanya lagi", Prima menjawab dengan kesal.
"Party gituan gimana maksud loe" jawab Rena
"Yang namanya party tu loe harus bersosialisasi, ngebaur, dansa, joget sama kelompok lu, lah klo sendirian kaya gua, yang ada diketawain tu sama temen-temen loe yang suka gosip" sahut Prima tanpa melihat Rena dan hanya fokus pada laptopnya.
" Huh, dasar ansos loe" Rena menjawab dengan melemparkan bola kertas ke dahi Prima.
"Bodo..." jawab Prima sembari mengambil bola kertas kecil tadi.
Tiba-tiba Pak Dewa datang menghampiri Rena
"Rena, jangan lupa ya, hubungi narasumber kita untuk liputan kita besok. Kamu sudah catat kan nomor teleponnya tahu sendiri kamu dapetin nomor itu susahnya kayak gimana", sahut Pak Dewa sambil  meneguk segelas americano favoritnya.