Mohon tunggu...
Fiksiana

HATIKU BUKAN PUALAM - (1)

25 Oktober 2015   14:42 Diperbarui: 25 Oktober 2015   14:46 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

 

***

 

Siang ...

Duduk sendiri di sudut KFC Royal Plaza, pandangan Resti menembus jendela kaca di depannya. Masih terjadi kemacetan yang menjadi ciri khas kotanya. Pandangannya beralih ke pena yang dipegangnya sambil membaca puisi yang baru selesai ditulisnya.

 

SAMPAI TERLUPA DI DERMAGA MANA ENGKAU MENEPI

 

Semua hanya kilasan beradu rindu semu yang tiada bertepi

Indah rindumu terbingkai fatamorgana

Kepalsuan rasa aroma dusta, pilu tiada bertepi di cakrawala biru

Entah di hijau, di kuning atau di merah kau labuhkan

Sampai terlupa di dermaga mana engkau menepi

Ujung kecewa menari- nari di sudut hati, bersemayam dan menetap, menuai lara.

 

 

Entah kenapa puisi itu dengan lancar ditulisnya. "Aaaah ... mungkin karena hatiku yang lagi porak poranda, sehingga rasa itu tertuang dengan mudahnya pada kalimat- kalimat yang kutulis" gumam Resti sambil mengaduk segelas milo dingin dengan sedotan yang dipegangnya.

 

***

 

Diingatnya pertemuan terakhirnya dengan Dion, pujaan hatinya. Meski hatinya masih begitu tulus mencintainya, tapi harus ada keputusan yang harus dilakukannya. Supaya sandiwara yang dilakonkan Dion selama ini segera berakhir. Ternyata selama ini dirinya telah diduakan. Ternyata selama ini ada wanita lain selain dirinya. Dan itu terjadi di masa dua tahun pertunangan mereka berdua. Itu sungguh menyakitkan. Keputusan yang diambilnya kemarin, memutuskan pertunangan mereka berdua, itu sudah pertimbangan final yang tidak bisa ditolerir lagi. Keputusan yang diawal sangat tidak disetujui oleh ayah ibundanya dan oleh ayah bunda Dion sendiri. Dan juga oleh Dion sendiri.

"Sayang, apakah harus seperti ini keputusan yang kamu ambil". "Maafkan aku yaa ....sayang ... aku telah khilaf ...." ucap Dion ketika ia mengungkapkan keinginannya memutuskan pertunangan mereka berdua.

Hatinya sangat terpukul ketika Dion mengakui perselingkuhan yang telah dilakukannya. 

"Keputusan yang aku ambil ini sudah bulat Dion, mungkin maaf akan selalu ada untukmu, tapi tidak mungkin lagi kita dapat bersama", ucap Resti memandang Dion yang terduduk lesu dihadapannya. "Kepercayaan dan ketulusan hatiku telah engkau cabik-cabik menjadi serpihan yang tiada terbentuk sekarang ini" ucap Resti dengan mata berkaca-kaca. Ada kemarahan yang luar biasa di sinar matanya yang berkaca- kaca itu. 

Dion terdiam sambil mengusap-usap wajahnya berkali- kali. Hatinya bergidik melihat sinar kemarahan di mata Resti yang sebenarnya masih sangat dicintainya.  Ada sesal yang tiada habis- habisnya kenapa perselingkuhan itu dilakukannya. Dengan Dina sahabat Resti.

"Kenapa aku sambut godaan Dina yang memang diam- diam menyukaiku", ucap hati Dion penuh sesal.

Kini, sesal kemudian memang tiada berguna. Keputusan Resti  memang harus diterimanya dengan rela. Meski ada sejuta sesal yang tiada akan ada habisnya. Harus kehilangan Resti.

Wanita pujaan hatinya.

 

***

 

Resti menghela nafas panjang. "Harus kehilangan kamu Dion itu sungguh tiada pernah terpikirkan dalam kehidupan aku", bisik hatinya. 

"Karena kamu Dion, mimpiku ternyata tidak jadi indah ... ".  Diliriknya jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, pukul 14:35. "Sebaiknya aku pulang, sore ini aku ingin pulang lebih cepat dan merebahkan tubuh yang lelah ini", ucapnya dalam hati sambil melangkahkan kakinya menuju basement dimana mobil honda Jazz merah miliknya diparkir.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun