No. 28, Â Rien Anggra Handoko
Â
Menghitung dengan suara lirih
Ternyata sudah tujuh puluh tahun ya, usiamu
Masih tetap adakah semangat bagai bara api para pecinta negeri
Pekik merdeka, dentum peluru, darah, hidup dan mati
Demi menggenggam bumi pertiwi dalam dekapan
Seperti masa lalu
Masih tetap adakah yang mencintaimu sampai titik darah penghabisan
Berjuang untuk negeri, untuk bumi pertiwi tanpa pamrih
Tujuh puluh tahun telah berlalu
Masa kan tiada kembali lagi
Perjuangan belum berhenti untukmu negeriku tumpah darahku
Elok dirimu indah zamrud katulistiwamu
Kini terkikis bumimu oleh sulur- sulur yang melilit bagai ular
Menempel bak lintah
Kenapa tangan-tangan bijak tak telulur padamu, mencintaimu dengan tulus
Kemiskinan masih menjadi tamumu, keserakahan masih meraja di tubuhmu
Tanpa peduli pada wajah-wajah meringis
Tangis yang tertelan di dada
Penguasa bersorak saling tikam demi perut sendiri
Jeritmu negeriku, pasti didengar oleh jiwa-jiwa yang masih menggenggam nurani
Â
Kota Pahlawan - 16 Agustus 2015
Â
Karya ini orisinal dan belum pernah dipublikasikan
Â