Mohon tunggu...
Rieka Yusuf
Rieka Yusuf Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Memiliki ketertarikan dalam jurnalistik, media, kiasan, dan origami.

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Keterampilan Softskill dan Hardskill dalam Literasi Digital

30 Juni 2020   15:33 Diperbarui: 30 Juni 2020   16:04 2812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi literasi digital (Sumber: https://ngpl.ca/digital-literacy/ )

Literasi Digital menurut Paul Gilster merupakan kemampuan dalam memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital. Literasi digital bukan bentuk teknologi, melainkan kemampuan atau pengetahuan dalam memahami suatu teknologi, yang berkaitan dengan akses informasi. 

Karena bentuknya yang abstrak atau bentuk pemahaman, analisa teknis pada literasi digital dikaji berdasarkan keterampilan yang dimiliki untuk memperoleh literasi digital. Menurut Bawden, literasi digital terdiri dari empat komponen utama, yaitu kemampuan kemampuan dasar literasi digital (underpinning), latar belakang pengetahuan informasi (background knowledge), kompetensi utama literasi digital (central competencies), serta sikap dan perspektif informasi. 

Selain itu, Kenton dan Blummer (2010) juga menyatakan bahwa literasi digital bukan hanya sekedar kemampuan untuk menggunakan perangkat lunak atau mengoperasikan perangkat digital,  namun juga mencakup kemampuan lain yang lebih kompleks seperti kemampuan kognitif, motorik, sosiologi, dan emosi.

Melalui pemahaman-pemahaman di atas, dapat dikatakan bahwa karakteristik literasi digital tidak hanya mengacu pada keterampilan menggunakan perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi meliputi perangkat keras dan perangkat lunak. Namun, literasi digital juga memerlukan proses memperoleh, membaca, memahami, hingga menciptakan pengetahuan. 

Oleh karena itu, kajian teknis literasi digital akan berfokus pada keterampilan yang harus dimiliki pengguna internet dalam memperoleh informasi. Keterampilan atau kemampuan tersebut dibagi menjadi dua kategori, yaitu hardskill dan softskill. Hardskill berkaitan dengan keahlian utama atau kemampuan teknis suatu ilmu. Sedangkan softskill merupakan kemampuan seseorang dalam mengatur dirinya dan kemampuan berhubungan dengan pihak lain.

1. Hardskill
Keterampilan ini berhubungan dengan keahlian menguasai piranti atau alat-alat yang berkaitan dengan teknologi informasi atau sumber digital. Kemampuan mengoperasikan komputer, perangkat mobile, akses internet, mesin pencaharian, dan sebagainya jadi modal utama seseorang dalam memperoleh literasi digital. Kemampuan demikian juga bisa didapatkan melalui pendidikan formal atau sekolah. 

Hal ini didukung oleh Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 pasal 1 ayat (5) yang menyatakan bahwa peserta didik SMP/SMA/SMK berdasarkan kurikulum 2013 mendapat layanan bimbingan teknologi informasi dan komunikasi/keterampilan komputer dan pengelolaan informasi (TIK/KKPI) dari guru TIK/KKPI (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2015: 2). Dalam pembelajaran tersebut, ada lima materi yang menunjang kompetensi di era digital, yaitu: teknik komputer, jaringan komputer atau internet, analisis data, dampak sosial informatika, hingga pemrograman.

Kemampuan lain yang juga diperlukan adalah pengoperasian mesin pencaharian atau search engine. Mesin pencaharian ini merupakan program komputer yang digunakan untuk mencari informasi yang diunggah. Dalam mencari informasi dari sumber digital, kemampuan menggunakan search engine adalah hal penting. Salah satu yang terkenal adalah Google. Google menjadi mesin pencaharian yang paling sering digunakan di Indonesia bahkan dunia. Dengan menginput kata kunci berkaitan informasi yang akan dicari, algoritma Google akan membawa kita pada artikel atau website yang berisi informasi tersebut.

Berkaitan dengan pencarian informasi melalui sumber digital, dibutuhkan juga pengetahuan umum mengenai new media. Istilah media baru digunakan untuk membedakan dari media lama atau media tradisional yang jelas lebih dulu ada. Hal ini berkaitan dengan perkembangan teknologi yang mengubah platform suatu media menjadi serba digita. 

Sebagai contoh, koran pada puluhan tahun yang lalu berbentuk lembaran kertas dan orang perlu membeli atau berlangganan untuk mendapatkannya. Meskipun saat ini koran masih bisa ditemukan, namun digitalisasi membuat koran kini bisa ditemukan versi daring melalui aplikasi atau website resmi suatu media. Dalam hal teknis keahlian dan kemampuan mengakses new media berkaitan dengan penggunaan platform; alat atau perangkat yang diperlukan, bisa dengan komputer, telepon pintar, atau gadget lainnya; akses internet yang dimiliki; dan pengetahuan terkait bentuk-bentuk new media yang digunakan, apakah buku elektronik, jurnal elektronik, majalah elektronik, audio, video, dsb.

2. Softskill
Softskill pertama yang diperlukan dalam memperoleh literasi digital adalah identifikasi atau menentukan pemanfaatan teknologi yang digunakan beserta tujuannya di berbagai bidang. Misalnya di bidang politik atau pemerintahan, untuk mempermudah pendataan atau sensus penduduk, dengan memanfaatkan teknologi dibuatlah sensus digital. 

Dilansir dari liputan6.com, melalui website https://sensus.bps.go.id masyarakat bisa melakukan sensus penduduk secara digital. Berdasarkan tujuannya, sensus ini diharapkan akan memangkas proses panjang dari pelaksanaan sensus langsung yang dilakukan oleh pihak pemerintahan. Meski memiliki tujuan, namun masih ada masyarakat yang kontra terhadap sensus secara digital. Terutama masyarakat yang tidak terlalu bergantung dengan kehidupan digital ataupun internet bahkan merasa pengisian data secara daring terkesan merepotkan.

Pemanfaatan teknologi berbasis digital juga merambah pada bidang ekonomi. Keberadaan marketplace besar dimanfaatkan berbagai pihak untuk memperoleh keuntungan dengan cara yang efisien. Dilansir Katadata.co.id, data e-Marketer menunjukkan bahwa transaksi e-commerce Indonesia mencapai Rp25,1 Triliun pada 2014 dan naik menjadi Rp69,8 triliun pada 2017, dengan kurs rupiah Rp13.200 per dolar Amerika. Begitu pula pada 2018, nilai perdagangan digital Indonesia akan terus naik menjadi Rp144,1 triliun. Pemanfaatan dengan berbagai tujuan di bidang ekonomi ini tentu membutuhkan literasi digital. Para pelaku usaha maupun konsumen membutuhkan kemampuan dan pengetahuan mengenai e-commerce dan bagaimana mengaksesnya. Tentu, kegiatan tersebut juga diiringi penggunaan negatif oleh oknum tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, kemampuan serta pemahaman mengenai dunia ekonomi digital juga diperlukan.

Kemudahan dalam berkomunikasi sebagai dampak dari perkembangan teknologi juga diiringi pertumbuhan sosial basis digital atau biasa digunakannya media sosial berbagai platform. Berdasarkan riset yang dilakukan We are Social Hootsuite yang rilis pada Januari 2019, pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi. 

Sementara pengguna media sosial mobile (gadget) mencapai 130 juta atau sekitar 48% dari populasi penduduk. Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang, media sosial yang penggunaannya tidak terkontrol menjadi salah satu faktor mudahnya penyebaran hoaks. Pemahaman mengenai media sosial, serta mengelola informasi yang didapat dari media sosial sangat dibutuhkan. Jika tidak diiringi dengan literasi digital yang baik, kemungkinan terburuk seperti misinformasi ataupun disinformasi akan menjadi racun bagi kehidupan sosial masyarakat.

Selain politik, ekonomi, dan sosial, bidang yang paling dengan kebutuhan literasi digital adalah pendidikan. E-book dan e-journal merupakan salah dua bentuk e-resource yang menjadi komponen penting dalam literasi digital. Sumber digital dapat diakses dan ditampilkan dengan menggunakan media berbasis komputer yang dijadikan sebagai alternatif pilihan bagi siapapun untuk memperoleh informasi kredibel selain dari media tekstual seperti buku. 

Tentunya kemampuan dan pengetahuan sumber digital ini sangat penting dimiliki oleh pengguna internet, apalagi bagi para pelajar maupun mahasiswa dalam memperoleh bahan ajar. Kemampuan pendukung dalam memperoleh relasi dalam dunia pendidikan dari sumber digital ini juga bisa dilakukan bagi mereka yang ingin mempublikasikan hasil penelitian, misalnya dalam bentuk jurnal online. 

Tentunya, bagi mereka yang membutuhkan bahan ajar fitur-fitur yang tersedia terkait sumber digital sangat diperlukan. Selain Google Scholar  yang sudah terkenal bagi pengguna Google, skala nasional juga terdapat perpustakaan digital yang disediakan oelh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Dengan mendaftar dan memperoleh nomor anggota, melalui fitu e-resource, berbagai basis data jurnal yang bahkan berbayar seperti EBSCO, SAGE, Ebrary, ProQuest, dsb. dapat diakses.

Tak hanya itu, salah satu akademisi perguruan tinggi swasta, Universitas Islam Indonesia bernama Ismail Fahmi berkontribusi dalam dunia literasi digital dengan menciptakan sebuah sistem analisis sosial media berbasis big data. Sistem tersebut dibuatnya saat disinformasi di media sosial menyebar lebih cepat enam tahun lalu, saat berbagai persoalan politik muncul setelah Pemilihan Presiden 2014. 

Purwarupa sistem bernama Drone Emprit tersebut menggabungkan teknologi machine learning dan computational linguistics, dengan cara kerja memantau aktivitas pengguna media sosial hingga menemukan sebuah pola yang bisa mengidentifikasi penyebaran suatu informasi. 

Dari pola tersebut dapat diketahui keterkaitan informasi dengan fenomena yang ada, apakah ada maksud tertentu, apakah hoaks, dan siapa penyebarnya. Tak hanya menyajikan data, analisis data berbentuk narasi juga disampaikan melalui website pers.droneemprit.id untuk mempermudah pemahaman khalayak terhadap data yang didapatkan. Apa yang dilakukan Ismail Fahmi adalah kontribusi untuk memerangi hoaks serta sebagai salah satu wujud konrek pengaplikasian literasi digital.

American Library Association Office for Information Technology Policy's Digital Literacy Task Force dalam Cordell (2013) menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan memiliki keterampilan literasi digital apabila memiliki beragam keterampilan kognitif dan teknis yang diperlukan untuk menemukan, memahami, mengevaluasi, membuat serta mengkomunikasikan informasi digital dalam berbagai format; mampu menggunakan beragam teknologi secara tepat dan efektif untuk mencari dan menemukan informasi, menafsirkan hasil pencarian dan menilai kualitas informasi yang diperoleh; memahami hubungan antara teknologi, pembelajaran sepanjang hayat, privasi pribadi, dan penata layanan informasi yang tepat; menggunakan keterampilan dan teknologi tepat guna dalam berkomunikasi dan berkolaborasi dengan rekan sejawat, kolega, keluarga, dan masyarakat umum; juga mampu menggunakan seluruh keterampilan tersebut untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakat dan komunitas.


Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa keterampilan yang paling berkontribusi dalam penerapan literasi digital berkaitan dengan faktor koginitif serta pola pikir juga tindakan pengguna internet. Bahwasanya dibutuhkan beberapa analisa serta evaluasi dalam memahami suatu informasi yang bersumber dari internet. Sebagai contoh ketika seseorang mendapat pesan broadcast mengenai suatu isu atau berita, ia perlu memverifikasi kebenarannya sebelum turut serta membagikan.

 Hal yang bisa dilakukan dalam menganalisis serta mengevaluasi informasi tersebut antara lain: berfikir kritis dalam mengidentifikasi maksud dan tujuan penulis pesan atau berita tersebut, apakah informasi yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan, salah satu indikatornya adalah penyertaan data pendukung argumentasi, dan waspadai kalimat-kalimat tendensius yang menyudutkan suatu pihak; bandingkan berita tersebut dengan berita lain, apabila ada kejanggalan atau perbedaan informasi secara signifikan perlu diwaspadai; evaluasi kredibilitas dan kualitas, hal ini bisa dikaji dari kredibilitas suatu media; kenali lingkungan eksternal dan internal media yang membentuk bagaimana informasi dan ide dapat muncul, apakah ada bias berita, pada poin ini sikap kritis harus dimunculkan kepada media yang menyampaikan infromasi tersebut, masih berkaitan dengan kredibilitas, perlu adanya analisa apakah ada kepentingan tertentu yang melatarbelakangi berita sehingga bisa dikatakan kurang objektif; dan pahami bahwa ada konteks ekonomi dalam setiap produksi berita maupun hiburan dalam media massa, hal ini menjadikan kita mampu memahami suatu informasi ataupun fenomena dari sudut pandang lain, bahwasanya selalu ada kepentingan ekonomi serta politik dalam kegiatan yang dilakukan media massa.


Terakhir softskill yang dibutuhkan berkaitan dengan kemampuan menyadari resiko atau dampak negatif penggunaan teknologi. Dalam mengakses, menggunakan, dan membagikan informasi digital, pengguna internet harus mampu mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan; memahami fungsi search dan find dalam internet secara efektif; memahami bagaimana penggunaan privacy tools; tidak mengunggah hal-hal beresiko menimbulkan permasalahan di masa depan; dan dapat mempertanggungjawabkan infromasi digital yang diakses, didapatkan, dan dibagikan.


Sedangkan untuk melakukan refleksi, seorang pengguna harus memahami bahwa perbedaan nilai dan pengalaman hidup seseorang, membentuk cara orang memanfaatkan media, dan membentuk cara orang menginterpretasikan berita; menyadari bahwa ada resiko dan potensi bahaya dalam penggunaan media digital; terapkan etika dan tanggung jawab sosial dalam setiap komunikasi melalui media digital; pahami bagaimana bentuk baru dari konsep "pribadi" dan "publik" dalam media digital; dan perhatikan aspek legal (berkaitan dengan copy right, hak intelektual, dan sebagainya). Sementara itu, ada beberapa kewajiban yang harus disadari warga digital (sebutan pengguna internet), meliputi: bahwasanya semua orang memiliki hak dan kewajiban; kehidupan di dunia maya merefleksikan dunia diri pengguna; menghormati ruang digital orang lain; apa yang dibuat menjadi miliknya dan berkewajiban untuk mengontrolnya; serta menyertakan sumber atau petunjuk informasi orisinal milik sendiri.


Dengan demikian, seorang yang mampu menyadari, merefleksikan diri, serta melaksanakan kewajiban sebagai pengguna sumber digital dapat mencegah kemungkinan buruk dari penggunaan internet. Keterampilan literasi digital tersebut dapat menjadi pedoman seseorang untuk memperoleh informasi. Agar informasi yang didapat juga harus dipertanggungjawabkan.

Sumber:

Bawden, D. 2001. "Information and Digital Literacy: A Review of Concepts". Journal of Documentation, 57(2). Hlm. 218--259.
Cordell, R.M., 2013, Information Literacy and Digital Literacy: Competing or Complementary?, Communications Information  Literacy, vol. 7. Hlm.177--183.


Hague, Cassie dan Sarah Payton. 2010. "Digital Literacy Across the Curriculum: a Futurelab Handbook. United Kingdom" dalam https://www.nfer.ac.uk/publications/FUTL06/ FUTL06.pdf, diakses pada 7 April 2020.


Kata Data (2019). Databoks: Transaksi E-Commerce Indonesia Naik 500 dalam 5 Tahun. Diakses melalui https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/11/16/transaksi-e-commerce-indonesia-naik-500-dalam-5-tahun pada 7 April 2020.


Kenton, J. & Blummer, B., 2010, Promoting Digital Literacy Skills: Examples from the Literature and Implications for Academic Librarians, Community and Junior College Libraries, vol. 16. Hlm. 84--99.


Maria Fatima Bona (3 September 2018). Sempat Dihapus, TIK Kembali Diajarkan pada 2019. Beritasatu. Diakses melalui https://www.beritasatu.com/nasional/508445-sempat-dihapus-tik-kembali-diajarkan-pada-2019 pada 7 April 2020.


Miftah, M.N., Rizal, E. and Anwar, R.K., 2016. Pola Literasi Visual Infografer Dalam Pembuatan Informasi Grafis (Infografis). Jurnal Kajian Informasi dan Perpustakaan, 4(1). Hlm. 87-94.


Sukaesih, S. and Rohman, A.S., 2013. Literasi Informasi Pustakawan: Studi Kasus Di Universitas Padjadjaran. Jurnal Kajian Informasi dan Perpustakaan, 1(1). Hlm. 61-72.


Surachman, A., 2012, Pengembangan E-Resources: Salah Satu Upaya Membangun Perpustakaan Digital. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Tyas Titi Kinapti (17 Januari 2019). 5 Macam-macam Search Engine dan Penjelasannya, Tak Cuma Google. Liputan6.com. Diakses melalui https://m.liputan6.com/tekno/read/3873221/5-macam-macam-search-engine-dan-penjelasannya-tak-cuma-google  pada 7 April 2020.


Yuti Ariani (13 Mei 2019). Siapa Penyebar Hoaks di Indonesia?. Tirto.id. Diakses melalui https://tirto.id/siapa-penyebar-hoaks-di-indonesia-dCr2 pada 7 April 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun