"Dear Diare, hari ini aku seneeeeeng banget..setelah 2 hari kamu nemenin aku akhirnya kita berpisah juga, bukan apa2..aku capek ceboknya say."
Begitulah twit dari akun @vincentrompies satu jam yang lalu. Tulisan ini bukan mau membahas tentang diare si seleb tersebut, akan tetapi saya jadi teringat dengan saya sendiri yang mengalami hal serupa dua hari belakangan ini. Meski serupa, tapi tak sama.
Serupa tapi tak sama, maksudnya??
Maksudnya adalah sama-sama mengalami masalah pencernaan yang berakibat encernya feces dengan tingkat frekuensi tertentu, tapi namanya berbeda. Baik, saya perkenalkan kedua nama tersebut.
Nama : Diare. Hobi : BAB 4x - lebih sehari dengan feces encer disertai dehidrasi.
Nama : Disentri. Hobi : BAB 6-8x sehari dengan feces encer disertai lendir dan darah tanpa dehidrasi.
Berbeda, bukan? Entah Anda sudah mengetahui perbedaan mendasar ini untuk masalah mencret sekalipun. Beda nama, beda penanganan. Nah, itu memang sudah pasti.
Iklan-iklan yang mempromosikan obat sebagaimana kita ketahui lebih menyinggung tentang diare, bahkan dikemasan obat tersebut "menyuruh" kita agar sambil meminum oralit. Ya, karena diare memang disertai dehidrasi. Begitu banyaknya mineral elektrolit dalam tubuh yang terkuras dari tubuh dikeluarkan bersama si "encer" ini.
Namun, berbeda dengan disentri yang tanpa disertai dehidrasi. Tentu karena penyebabnya berbeda, yaitu disebabkan karena Entamoeba histolytica yang kemudian penyakit ini disebut disentri amoeba. Distribusi geografisnya kosmopolit, tropis-sub tropis, pedesaan > perkotaan. Nah, untuk yang terakhir ini saya kurang sependapat bahwa di pedesaan lebih banyak daripada perkotaan (ah, mungkin buku literatur yang saya pelajari sewaktu semester 2 perlu direvisi, tuh. hahaha..) mengingat bahwa pengetahuan personal hygiene bisa dialami oleh siapapun meski ia orang kota sekalipun, lagipula orang kota yang sering LALAI mengenai kehigienisan makanan dan minuman yang ia konsumsi.
Seumur-umur saya belum pernah mengalami disentri, baru deh ketika merantau pada tahun 2007 mengalami yang namanya disentri. Kenapa saya tahu itu namanya disentri? Karena kemarinnya saya mendapat mata kuliah parasitologi yang membahas tentang rhizopoda patogen. Saya ingat waktu itu semester 2. Saya merasa beruntung waktu itu, hari sudah malam, mana ada dokter atau klinik buka, ke rumah sakit jauh betul (untuk ukuran saya yang waktu itu "sakit perut", jarak 6 km serasa menjadi 1000 km) segera setelah tahu gejala dan tanda klinisnya, langsung meluncur ke apotek membeli metronidazol.
Sebetulnya ada banyak macam obat untuk disentri amoeba, tapi metronidazol saja sudah ampuh, yang lain hanya alternatif jika metronidazol kebetulan tidak ada di apotek. Dan berikut beberapa tanda apabila Anda positif terkena disentri amoeba:
- 6-8 x sehari
- volume banyak
- bau menyengat
- warna merah tua
- tidak melekat pada wadah (closet)
- darah (+) ; lendir (+)
Ada beberapa tanda lagi, tapi hal ini sangat laboratoris pemeriksaannya. Namun terkadang ketika kita sakit mana sempat ingin memeriksa secara rinci. Kita ingin langsung sembuh saja, kan? Betul juga kata si Vincent, capek bener ceboknya. Bukan maksud mengentengkan penyakit atau menganggap remeh pemeriksaan laboratoris, sih. Baik, saya beritahu saja, biasanya pada sampel feces positif adanya tropozoit, minus bakteri, reaksi asam.
Nah, yang terpenting adalah tindakan pencegahan. Diantaranya adalah:
- air minum dimasak
- hindari adanya kontaminasi makanan atau minuman dari lalat, lipas, tikus, kecoa.
- kebersihan badan (terutama tangan saat menjamah makanan), juga peralatan makan.
- pembuangan tinja yang baik dan benar, sehingga seminim mungkin jauh dari jangkauan sumber air minum (ini kalau yang punya sumur, pertimbangkan jarak jamban juga septic-tank nya)
Sekian. Semoga Bermanfaat :]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H