Mohon tunggu...
Riefka Aulia
Riefka Aulia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

http://riefkaulia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jadilah Pembaca Aktif!

8 Agustus 2011   01:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:00 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kok jarang nge-post di kompasiana sih?"

"Malas, ngga ada yang komen."

Begitu tanggapan dari seorang yang saya kenal yang juga menulis di sini. Oh well, bisa saya maklumi bagi pendatang baru di kompasiana yang sangat mengharapkan komen atau nilai. Karena tumbuh kembang mereka tergantung dari hal ini, seperti saya pada waktu pertama kali gabung juga sih. (LOL)

Tapi terlepas dari itu semua, ada sesuatu yang aneh pada tipikal pembaca di negeri ini. Oh, tunggu, pantaskah saya bilang negeri? Mungkin. Karena rata-rata yang saya temui begitu. Mereka pembaca pasif! (Mereka lho, bukan warga kompasiana. Ah, saya yakin warga kompasiana selain penulis aktif juga termasuk pembaca aktif)

Dan seharusnya jika Anda ingin isi tulisan itu terus nempel di otak, maka tak ada jawaban lain selain: jadilah pembaca aktif!

Sekarang saya tanya, buku yang Anda miliki baik fiksi maupun non-fiksi penuh dengan coretan tangan Anda? Maksud saya, buku itu Anda corat coret dengan komentar, kesimpulan dan ide baru? Tidak perlu dijawab dengan lantang, cukup dalam hati saja, ya? Memang lebih baik begitu, sekalian introspeksi diri. Sekarang yang akan saya bahas adalah tulisan di blog, yang wujudnya tidak bisa Anda pegang layaknya buku tapi sangat nyata! Sekalipun layar Anda saat  membaca tulisan ini adalah touch screen, apa bisa begitu Anda corat coret di sebelah paragraf ini sebagaimana layaknya halaman buku di margin yang kosong dengan pulpen atau pensil?

Tidak, kan? Nah, kalau begitu apa gunanya kolom komentar yang tersedia di bawah tulisan tiap postingan? Bukan maksud hati saya narsis atau apa bahwa tulisan ini ingin diperhatikan, tapi ini untuk kebaikan bersama. Tidak ada pengaruh bagi saya mau Anda kosongi kolom komentar itu atau tidak ada nilai, karena menulis sudah jadi rutinitas. Ibarat orang yang tidak bisa BAB maka jadi racun bagi tubuhnya. Sama seperti saya jika sehari saja tidak menulis, seperti ada racun yang harus segera dikeluarkan, yah minimal menulis di twitter lah (LOL). Keuntungan bagi penulis, ia bakal tahu sejauh mana kemampuannya menyampaikan gagasan. Dari segi pembaca, ia bakal tahu sejauh mana kemampuannya memahami.

Saya pernah tahu tiga hal tentang konsep membaca aktif yang diterapkan pada tulisan demi tulisan di buku, mungkin Anda juga tahu, tapi tidak pernah ada konsep untuk tulisan di blog, kan? Dan bagaimana solusinya? Fleksibellah!

Pertama, komentarilah. Ini terkait Anda setuju atau tidak dengan isi paragraf itu. Iya, paragraf! Jika tulisan itu di buku, kita dengan mudah menulisnya di margin yang kosong itu, kan? Tapi tidak bisa kita terapkan jika itu di blog. Maka, tulislah itu di kolom komentar. Paragraf dua tentang bla bla bla saya kurang setuju karena sejatinya bla bla bla bla. Terserah bagaimana Anda menanggapi isi tulisan itu, kan? Dan terserah bagaimana perspektif Anda.

Kedua, simpulkan. Dari berbagai paragraf yang Anda baca, uneg-uneg yang setuju atau tidak sudah ditulis. Nah, sekarang adalah menyimpulkan dari keseluruhan isi tulisan itu. Baik itu tulisan fiksi maupun nonfiksi, otak kita sudah terbiasa dengan konklusi yang secara tidak kita sadari mengatakan seperti ini: Oh berarti kesimpulannya, bla bla bla. Atau mungkin kita mengatakan seperti ini setelah akhir tulisan: Oh jadi itu, bla bla bla (sambil mengangguk perlahan). Macam-macam bentuknya, hanya saja kita tidak menyadarinya. Dari yang tidak kita sadari itu, entah kenapa rasanya berlanjut pada betapa sulitnya untuk mengangkat tangan lantas memegang pulpen atau mengetik di keyboard atau keypad (jika Anda mobile) dan mulai menuangkannya berupa tulisan. Memang lebih mudah bercakap-cakap dengan diri sendiri, ya, daripada repot-repot menata ulang kosakata hingga membentuk kalimat yang rapi jali dan enak di baca.

Dan ketiga, tulis ide/gagasan baru Anda. Tidak perlu kalian tampik dan janganlah berbohong, pasti setiap Anda membaca tulisan entah itu Anda merasa "wah" atau bahkan kecewa, Anda selalu mendapatkan hal baru dari tulisan itu. Iya, hal baru! Ah, dan ini masalahnya sama dengan paragraf yang saya tulis sebelumnya, kita terlalu malas "menggerakkan tangan". Namun jika Anda bukan tergolong orang yang malas untuk menggerakkan tangan tapi tidak kunjung menulis juga, berarti Anda terlalu pelit untuk berbagi.

Toh sama-sama bayar bandwidth, kenapa harus pelit? Apa takut diklaim oleh yang bersangkutan padahal itu ide Anda? Hmm.. kalau boleh saya jawab, itu tergantung dari mental Anda, seberapa besar Anda menghargai hak intelektual seseorang dan seberapa besar pula integritas Anda.

Sekian.

Semoga bermanfaat, ya, Kakaaaak ^_^/

Dan selamat menjalankan ibadah puasa (bagi yang menjalankan) :D

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun