Waktu membungkamku,
membekukan udara juga.
Menghentikan aliran nafasku,
hingga aku terus terjaga.
Menatap sendu pada waktu,
bertanya kapan entitasku diakui.
Mempertanyakan sembilu
di batin yang tak kunjung tercerabut tak terperi.
Menatap kosong pada senja,
yang tak kunjung malam.
Entah kapan aku 'kan berhenti mengeja
luka walau kau tak kunjung menyulam.
Jika memang sudah waktunya, beritahu aku yang tertidur dari kepiluan..
-Riefka-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!