Mohon tunggu...
Rifan Ardianto
Rifan Ardianto Mohon Tunggu... Lainnya - ASN

ASN

Selanjutnya

Tutup

Money

"Kang Ujang" dan "Ceu Ati", Strategi dan Dampak Nyata Tertib Ukur bagi Slogan 75 tahun Indonesia Maju

15 September 2020   16:39 Diperbarui: 15 September 2020   16:44 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faktanya, kaum ibu-ibu secara tidak langsung memiliki tingkat resiko yang tinggi sebagai korban penyalahgunaan ukuran, takaran, dan timbangan di pasar tradisional atau pasar modern yang dikunjunginya. 

Tentu saja inovasi ini dirasakan cukup efektif dilihat dari karakteristik ibu-ibu yang kritis ketika melakukan transaksi perdagangan, sehingga lebih mudah untuk menyerap informasi dan mengubah perilaku menjadi konsumen yang lebih berdaya.  

Di satu sisi, program Kang Ujang (Tukang Uji Timbangan) yang diluncurkan oleh Kementerian Perdagangan dan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung pada tahun 2019, juga memberikan sebuah terobosan dengan memberdaya para pengelola pasar tradisional dan pasar modern untuk secara aktif melakukan pemantauan terhadap penggunaan alat ukur, takar dan timbang yang digunakan dalam transaksi perdagangan.

Walaupun jumlah Ceu Ati dan Kang Ujang yang masih sedikit berdasarkan data Kementerian Perdagangan yaitu 18 Ceu Ati dan 218 Kang Ujang, namun jumkah tersebut dapat terus bertambah. Dengan kolaborasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang sinergi, sebanyak 2,5 juta kader PKK dan 18 ribu pengelola pasar tradisional dan pasar modern dapat diberdayakan untuk membentuk Ceu Ati dan Kang Ujang.

Di sinilah masyarakat konsumen menjadi bagian dari solusi untuk membangun budaya tertib ukur dan menciptakan pelaku usaha yang bertanggungjawab. Ceu Ati dan Kang Ujang menjadi bagian dari solusi mewujudkan Indonesia Tertib Ukur. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi fasilitator untuk memastikan bahwa alat ukur, takar, dan timbang yang digunakan di masyarakat telah sesuai dan kesalahan pengukuran dapat dijaga pada titik nol dimana tidak ada pihak yang dirugikan.  

Sebuah strategi people-to-people yang kohesif dengan impact yang cukup besar dan dapat dianalisa secara cermat dan akurat. Strategi membantu menyederhakan kerumitan dan memutus rantai penyalahgunaan alat ukur yang berdampak pada ketidaksesuaian ukuran, takaran, dan timbangan.

Tertib Ukur salah satu indikator negara maju

Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tersurat dalam Undang-Undang dasar 1945 adalah memberikan perlindungan terhadap segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta memajukan kesejahteraan umum. 

Ketika pemerintah baik pusat maupun daerah mampu memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi segenap masyarakatnya melalui kebenaran hasil pengukuran, maka disitulah negara berhasil mengangkat peradabannya menjadi lebih maju, satu langkah kedepan.

Bantjana Patakaran, Pralaya Kaparadanan. Memberdaya ukuran mengurangi kepercayaan merupakan moto penggerak untuk mewujudkan tertib ukur cermin budaya jujur sebagai indikator Indonesia maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun