Mohon tunggu...
Rie Rie
Rie Rie Mohon Tunggu... -

Saya itu, bisa jadi nyleneh dan membosankan. Atau bisa pula menyenangkan, peduli dan mau mengerti. Entahlah, itu semua tergantung bagaimana Anda mengenal dan menilai saya. Tapi yang pasti saya itu orangnya realistis dan straight forward. Saat ini saya adalah TKW Hong Kong, saya tidak mempunyai mimpi untuk menjadi terkenal atau bos sekembali saya nanti, saya hanya ingin orang lain masih mengenang dan mengingat saya setelah saya mati. Oiya, kalau Anda sempat, kunjungi rumah maya saya di www.babungeblog.blogspot.com Salam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Helvy Tiana Rosa di Hong Kong

27 Februari 2012   06:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:55 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meningkatnya minat tulis Buruh Migran Indonesia (BMI-TKW) Hong Kong sudah diketahui oleh penulis-penulis handal di Indonesia. Beberapa penulis sekaliber Pipiet Senja, Habiburrahman El Shirazy, Kang Romel pun sudah acap kali datang ke Hong Kong untuk menginspirasi sekaligus memberi bimbingan menulis bagi TKW Hong Kong. Pada Minggu (25-26 Februari 2012) pendiri Forum Lingkar Pena, Helvy Tiana Rosa (HTR), juga tampak hadir di tengah-tengah BMI Hong Kong. Kedatangannya tersebut selain untuk memberikan workshop "Menulis & Membaca Puisi dan Drama" juga sebagai ajang peluncuran buku kumpulan puisinya, Mata Ketiga Cinta. Acara yang dimulai dari Sabtu hingga Minggu (25-26) Februari tersebut meski hanya dihadiri oleh 40 BMI yang tengah gencar-gencarnya menggeluti dunia kepenulisan dan akting, namun tampak gayeng.Hal ini dikarenakan metode pembelajaran yang diberikan oleh HTR terkesan berbeda dan mengena bagi peserta workshop. Peserta dituntut untuk bisa menulis puisi dalam waktu lima belas menit. Tak hanya itu, peserta juga dipaksa untuk membuat puisi dengan dua belas kata pilihan yang diberikan oleh HTR.

"Kedua belas kata-kata itu walau kayaknya enggak ada hubungannya tapi bisa jadi satu kesatuan puisi. Karena puisi itu adalah akrobatik kata-kata. Jadi pinter-pinternya merangkai. Tapi ingat, jangan sampai tidak ada maknanya," kata HTR. Para peserta yang dibagi menjadi enam kelompok pun berhasil membuat puisi. Ada yang dinilai menarik, ada pula yang dinilai kurang menarik. Puisi-puisi yang telah ditulis itu kemudian dibacakan di hadapan peserta yang lain. Hal ini sebagai salah satu cara untuk langkah selanjutnya, belajar drama/akting. HTR juga sempat memberikan contoh tehnik pembacaan puisi. Penulis yang juga dosen dan pendiri dari Teater Bening Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI) ini membacakan salah satu puisinya dari buku Mata Ketiga Cinta yang berjudul Puisi Seorang Ibu Yang Mendobrak Pulazi. Hal ini terang saja langsung mendapat sambutan yang meriah karena HTR tak hanya membaca puisi tapi juga menyanyikan puisi tersebut, ini merupakan pelajaran baru bagi BMI Hong Kong. Dalam sesi drama, hampir semua peserta mempunyai andil dalam memperagakan akting yang dinilai dan dibenahi secara langsung oleh HTR. HTR yang juga dosen di FSUI ini acap kali mengapresiasi antusias para peserta. "Ini pelajaran buat satu semester lho, tapi saya mengajarkan sama kalian satu setengah jam saja dan kalian bisa nangkep," ujar HTR. Ibu dari dua anak ini juga menyarankan kepada peserta untuk terus berlatih menulis dan akting di waktu liburnya. . Acara yang disponsori oleh Tabloid Apakabar, bank Mandiri dan Telkom Indonesia-Hong Kong itu berjalan hingga pukul lima sore dan berakhir dengan foto bareng peserta workshop.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun