Berkat hobinya di bidang desain, Daffa memberanikan diri untuk membuka brand kaos agar desain-desainnya tidak hanya dinikmati seorang diri, tetapi bisa dinikmati dan digunakan oleh masyarakat luas.
Awal mulanya, Daffa hanya menjadi seorang reseller kaos-kaos polos yang ia impor dari luar. Ia bergeriliya keliling Jogja untuk menjual kaos polosnya dari satu pelanggan ke pelanggan lainnya. “Tahun 2016, saya jualan kaos polos. Saya ambil lusinan dari luar, saya unggah di Facebook terus saya COD (cash on delivery) sama pembeli,” ujar Daffa.
Hasil keuntungan dari jualan kaos polosnya selama beberapa waktu, ia kumpulkan secara berkala hingga ia bisa memproduksi kaosnya sendiri. Ia memang memiliki keinginan untuk memproduksi kaosnya sendiri karena ia ingin desainnya bisa dipasarkan secara luas. “Saya ini suka desain sejak dulu, tapi kok saya rasa-rasa desain saya ini cuma saya yang menikmati. Makanya, saya pengen banget punya brand kaos biar orang-orang tahu kalo ini hasil desain saya,” lengkap Daffa.
Kemudian, pada tahun 2018 dari hasil akumulasi keuntungan reseller kaos polosnya, Daffa memberanikan diri untuk membuka brand kaosnya sendiri. Ia mempelajari semuanya secara mandiri, mulai dari survey harga pasar, trend yang sedang diminati, dan sistem penjualan secara online. “Saya pantau terus trend di sosial media, orang-orang baru suka dengan apa, yang baru trending apa. Saya juga pantau akun-akun besar yang jualan baju, biar saya bisa tahu harga pasarnya,” tutur Daffa.
Daffa menceritakan, bahwa brand kaosnya ia mulai dari nol dan dilakukan secara mandiri. Ia melakukan semua sendiri, mulai dari desain, pelayanan, hingga distribusi. Akan tetapi, untuk foto produk dan produksi, Daffa meminta bantuan temannya yang ahli pada bidang tersebut. “Karena saya bisanya desain, jadi saya minta bantuan teman saya untuk foto produk saya. Terus kalau produksi, saya ke vendor, vendornya juga punya teman saya,” ujarnya.
Setelah berhasil membuka toko di daerah Wirobrajan, Yogyakarta, Daffa tidak hanya memasarkan kaos hasil desainnya. Akan tetapi, Daffa juga memasarkan aneka jenis clothing lainnya, seperti celana chinos, celana cargo, jaket dan kaos polos. “Pokoknya kalau ada pasarnya atau pelanggan yang minat, ya saya sikat semuanya, saya jual semuanya,” ucap Daffa.
Ia juga menceritakan mengenai perbedaan yang sangat signifikan antara sebelum pandemi dan saat masa pandemi. “Saat sebelum pandemi, pelanggan itu datang ke toko banyaknya, saya juga COD sama pelanggan di berbagai tempat, lebih banyak yang offline atau ketemuan. Kalau sekarang – masa pandemi – lebih banyak yang online. Yang datang ke toko sedikit, yang COD juga sedikit. Lebih banyak yang beli dari online shop,” ujar Daffa.
Pada masa pandemi, Daffa juga mengalami hambatan yang membuat trend bisnisnya menurun. Ia menceritakan, saat pandemi waktu produksi dari vendor lebih lama dari biasanya. Hal ini mengakibatkan terlambatnya produksi beberapa kaosnya. “Biasanya produksi di vendor itu 7-10 hari dah jadi, sekarang sampai dua kali lipat, 14-20 hari,” ucap Daffa.
Lamanya proses produksi dari vendor, membuat Daffa harus memutar otak untuk terus memasarkan barangnya yang lain. “Daripada menunggu kaos yang jadinya lama, mending saya mempromosikan yang lain, seperi celana chinos, celana kargo, atau kaos polos. Yang penting tiap hari ada yang diupload di media sosial,” ujarnya.
Daffa selalu konsisten untuk mempromosikan dagangannya di berbagai platform media sosial, baik Instagram maupun Facebook. Ia juga memasarkannya di e-commerce, seperti Shopee dan Tokopedia.
Sementara itu, ketika ditanya perihal omzet, Daffa mengatakan sudah lebih dari cukup. Omzet perbulannya 2-3 juta. “Angka segitu sudah sangat lumayan. Saya sudah cukup senang dengan angka segitu, soalnya saya gak punya target harian ataupun target tertentu yang harus dicapai,” lengkap Daffa.
Saat ditanya mengenai banyaknya kompetitor yang membuka bisnis pada bidang yang sama, Daffa menyikapinya bukan sebagai suatu hambatan. Akan tetapi, Daffa menyikapi sebagai kawan yang suatu saat bisa diajak kolaborasi. “Semua itu sudah memiliki pasarnya masing-masing, jadi saya ga perlu takut. Malahan, kalau bisa diajak kolaborasi biar makin berkembang,” ucapnya.
Daffa juga menuturkan, untuk setiap brand harus memiliki signature atau ciri khas yang karismatik dari brand itu sendiri. Maka dari itu, ia tidak pernah cemas dengan banyaknya kompetitor pada bidang yang sama. Sebab, ia berkeyakinan bahwa setiap brand memiliki signaturenya masing-masing dan biarlah pelanggan yang memilihnya.
Bisnis klothing yang dikelola Daffa masih bertahan sampai sekarang karena Daffa tidak memiliki target tertentu untuk dicapai. Sebab, awal mula ia membuka bisnis klothing sebagai kepuasan batinnya saat mendesain kaos. Ditambah lagi kaos hasil desainnya dipakai orang banyak, Daffa sudah sangat bahagia.
Daffa juga selalu memerikan pelayanan terbaik pada pelanggannya. Ia selalu melayani pelanggan dengan sepenuh hati, jujur, dan sebaik mungkin. Semua itu dilakukan agar pelanggan merasa nyaman dan ingin kembali lagi. “Saya selalu jujur sama pelanggan, kalau produksinya telat ya saya jujur, restock barangnya kapan juga saya katakan jujur. Saya itu apa adanya ke pada pelanggan,” ucap Daffa.
Ia juga berpesan pada anak-anak muda yang ingin membuka bisnis untuk dicoba saja dan jalani saja. “Pokoknya coba saja, jangan takut rugi. Rezeki, pasar, semuanya itu sudah ada yang mengatur. Yang penting konsisten dan total sama usaha yang dibangun sendiri,” ucap Daffa.
Ia juga mengatakan lebih baik menjual barang yang disukai terlebih dahulu. Seperti Daffa yang menjual kaos karena ia suka desain. Ia juga menuturkan untuk jangan lupa memberikan ciri khas atau signature pada brand yang memberikan perbedaan dengan brand-brand lainnya. “Konsisten, total, dan berani menjadi kunci penting untuk orang-orang yang mau buka usaha,” tutup Daffa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H