Mohon tunggu...
Mochamad RidzkyPratama
Mochamad RidzkyPratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (20107030065)

Wazzup dude. A melancholy pragmatis. Sleepy head with slanted eyes.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kumpulan Peribahasa tentang Filosofi Kehidupan

12 Juni 2021   11:23 Diperbarui: 12 Juni 2021   11:28 1843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peribahasa sangat erat kehadirannya di antara kehidupan masyarakat Indonesia. Sejak sekolah dasar kita diajarkan mengenai peribahasa. Hampir setiap kejadian selalu ada peribahasanya, terutama tentang filosofi kehidupan. Banyak sekali peribahasa yang mengisyarakatkan mengenai makna-makna kehidupan, seperti "ada asap ada api", "ada bukit di balik pendakian", ada ubi ada talas, ada budi ada balas", dan masih banyak lagi.

Orang-orang zaman dahulu, sering sekali menasihati anak-anaknya menggunakan peribahasa, selain mudah diingat dan mudah dipahami, peribahasa membuat nasihat yang disamaikan menjadi sesuatu yang unik. Dengan keanekaragaman suku dan budaya yang ada di Indonesia, tiap-tiap daerah memiliki keunikan dan kearifan dalam berperibahasanya masing-masing. Keunikan dan kearifannya mengandung berbagai macam petuah dan nasihat kehidupan yang sarat akan makna. Maka, tidaklah heran banyaknya peribahasa yang beredar baik berbahasa Indonesia, maupun berbahasa daerah.

Berikut kumpulan peribahasa baik bahasa Indonesiai maupun bahasa daerah yang mengajarkan filosofi-filosifi kehidupan yang sarat akan makna nasihat kehidupan.

  • Ada asap ada api

Peribahasa berbahasa Indonesia ini memiliki arti ada sebab tentu ada akibatnya. Peribahasa ini mengajarkan bahwa segala hal yang terjadi pada kehidupan, pasti ada akibatnya, pemicunya, awal mula terjadinya. Tidak mungkin suatu hal bisa terjadi tanpa ada penyebabnya. Begitu pula dalam melakukan suatu tindakan, kita harus memahami bahwa segala hal yang kita lakukan akan memiliki konsekuensi atau akibat. Tindakan yang kita lakukan akan memiliki dampaknya. Peribahasa ini mengingatkan untuk selalu berhati-hati dalam bertindak, sebab segala tindakan kita pasti memiliki suatu akibat.

  • Ada bukit di balik pendakian

Peribahasa ini memiliki arti akan muncul sebuah kesulitan atau tantangan lagi setelah kita menyelesaikan suatu kesulitan atau tantangan. Peribahasa ini mengjarkan bahwa wajar bila setelah kita menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas, akan muncul kesulitan-kesulitan baru, atau tugas-tugas baru. Selalu berjuang menyelesaikan tugas-tugas berikutnya. Peribahasa ini mengajarkan untuk tidak menyerah dalam menghadapi berbagai persoalan yang ada dalam hidup. Kita diajarkan untuk terus semangat dalam menyelesaikan tugas, kewajiban, dan persoalan yang ada, sebab selalu ada persoalan-persoalan baru setelah kita menyelesaikan suatu persoalan, begitulah sewajarnya kehidupan. Kita dituntut untuk terus semangat dan pantang menyerah.

  • Ada ubi ada talas, ada budi ada balas

Peribahasa ini memiliki arti percayalah bahwa setiap perbuatan baik akan selalu mendatangkan hal yang baik juga untuk kita. Peribahasa ini mengajarkan bahwa jangan takut untuk berbuat baik, sebab kita juga akan merasakan hal-hal baik pula. Namun, jangan diartikan bahwa hal baik yang datang pada kita selalu datang dari orang lain, kemudahan-kemudahan yang kita rasakan juga merupakan hal baik. Sudah menjadi kodrat manusia untuk selalu berbuat pada pada siapa pun, kapan pun, dan di mana pun.

  • Tidak ada harimau memakan anaknya

Peribahasa ini memiliki arti setiap orang tua pasti dan selalu  menyayangi buah hatinya dan tidak ada orang tua yang ingin mencelakai anaknya. Peribahasa ini mengajarkan bahwa orang tua akan selalu menyayangi, mencintai, dan menjaga anak-anaknya. Tidak akan ada orang tua yang dengan kesadaran penuh dan dengan tega melukai, mencelakai, dan menyakiti anak-anaknya. Dapat diartikan juga, segalak apa pun orang tua kita, perilaku galak itu memiliki arti kasih sayang pada kita, hanya saja tiap orang tua memiliki cara yang berbeda-beda dalam menunjukkan rasa kasih sayang pada anaknya.

  • Adat pasang berturun naik

Peribahasa ini memiliki arti tidak akan ada yang kekal di duniai ni, terutama nasib dan keberuntungan seseorang. Maksudnya adalah, di dunia ini tidak ada yang kekal abadi, semuanya bisa sirna, hilang, atau lenyap sewaktu-waktu. Peribahasa ini mengingatkan untuk tidak mudah puas diri terhadap suatu pencapaian. Sebab, segala yang ada di dunia ini adalah fana. Dalam memiliki harta berharga, mobil mewah, rumah megah, perlu diingat bahwa semua itu adalah titipan dan hanya benda semata, tidak akan kekal abadi. Maka, janganlah terlalu puas terhadap diri sendiri akan suatu pencapaian dan janganlah jumawa akan pencapaian yang telah dilalui.

  • Aja rumangsa bisa, nanging bisa rumangsa

Peribahasa berbahasa jawa ini artinya adalah jangan merasa bisa, tetapi biasalah merasa atau menggunakan perasaan. Maknanya, merasa bisa adalah sifat yang tidak terpuji karena dinilai sebagai manifestasi kesombongan dan hasil kerjanya pun sering tidak sebaik yang dikatakan. Sedangkan, dapat merasa atau menggunakan perasaan adalah sifat yang terpuji karena merupakan landasan sikap tenggang rasa antar sesama. Secara kesuluruhan, peribahasa berbahasa Jawa ini menasihatkan untuk jangan merasa bisa, seperti sok tahu, egois, bisa segalanya sendiri, bahkan sampai meremehkan orang lain. Akan tetapi , kita harus menggunakan rasa dalam kehidupan bersosial. Tidak sekadar berempati pada orang lain, tetapi juga berjiwa besar, bisa menerima masukan, dan tidak angkuh.

  • Dalas jadi harang, manyarah makaam kada

Peribahasa berbahasa Banjar ini artinya janganlah menyerah, meskipun akhirnya kalah. Maksudnya adalah, kita harus mengeluarkan kemampuan terbaik kita dalam melakukan setiap usaha, meskipun pada akhirnya tujuan tersebut tidak tercapai atau kalah dalam mengupayakannya. Peribahasa ini mengajarkan bahwa kita harus memiliki semangat yang amat tinggi dan kita tidak boleh menyerah sedikit pun.

Dengan adanya kumpulan peribahasa dari berbagai bahasa ini, diharapkan kita menjadi lebih paham mengenai filosofi-filosofi kehidpan sesuai dengan makna-makna yang disampaikan peribahasa di atas. Kita bisa menjadi lebih arif, bijak, pantang menyerah, dan terus semangat dalam menyelesaikan berbagai persoalan dalam hidup dan senantiasa menjadi manusia yang gemar berbuat pada siapa pun, kapan pun, dan dimana pun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun