Mohon tunggu...
Ridzki Januar Akbar
Ridzki Januar Akbar Mohon Tunggu... -

-Alumni Perencanaan Wilayah dan Kota ITB angkatan 2008\r\n-Peserta Program Pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada 2010-2011\r\n-Project Supervisor Program Pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada 2013-2014

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menikmati Pesona Sumatera: Wisata di Km 0 Indonesia (6)

23 Juli 2015   22:20 Diperbarui: 24 Juli 2015   11:08 1334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan Binjai-Banda Aceh memakan waktu semalaman. Kami berangkat dari Binjai pukul 19.30 WIB menggunakan Bus. Bus ini sangat nyaman, dengan kursi tebal, jarak antar kursi berjauhan, serta terdapat selimut sehingga perjalanan semalaman terasa tidur di hotel. Kami sampai teminal Banda Aceh pada pukul 06.00 keesokan paginya. Di Banda Aceh saya bertemu teman saya yang langsung mengantarkan menuju pelabuhan, karena kami hendak langsung pergi ke Sabang terlebih dahulu. Saat itu kami harus menaiki kapal ferry selama 2 jam, karena speedboat tidak dapat berlayar yang disebabkan oleh ombak yang cukup besar. Ongkos ferry dari Pelabuhan Ulee Lheue - Pelabuhan Balohan adalah sebesar Rp 23.000,00. Ferry yang kami tunggu tiba pukul 10.00. Sambil mengantre masuk, saya secara tidak sengaja bertemu dengan seorang Bapak-Bapak yang ternyata hendak pulang ke Sabang. Kami berbincang-bincang sampai pada akhirnya Bapak tersebut menawarkan diri untuk mengantarkan kami keliling Pulau Weh.

Sesampainya di Pulau Weh, Bapak tersebut kembali mengajak kami untuk berkeliling bersama menggunakan mobilnya yang ternyata diparkir di tempat parkir pelabuhan. Kami sangat beruntung! Pertama-tama Bapak tersebut mentraktir kami makan Soto Mie Ikan Krapu, yang katanya adalah makanan khas dari Sabang. Selalu nikmat untuk mencoba makanan khas daerah yang dikunjungi, apalagi saat lapar. :D

Setelah itu kami diantarkan oleh Si Bapak ke Pantai Sumur Tiga, pantai ini cantik sekali, dengan pasir putih dan lautan yang biru. yang lebih eksotis adalah jumlah pengunjung yang sedikit, hanya rombongan kami dan satu rombongan wisatawan lokal, serta dua rombongan wisatawan asing. Di sana kami hanya berjalan-jalan cantik dan mengambil foto karena kondisi tubuh yang sangat lelah. Kami menghabiskan waktu di sana dengan bersantai di kantin yang menghadap pantai yang kata Si Bapak tanah itu adalah tanah miliknya. Setelah hari agak sore dan turun hujan kami pun segera pulang. Kami juga diajak Si Bapak untuk menginap di rumahnya, karena di memiliki kamar yang kosong. Alhamdulillah, kami mendapat kemudahan dan kelancaran dalam perjalanan di Sabang ini.

[caption caption="Pantai Sumur Tiga"][caption caption="Pantai Sumur Tiga"][/caption]

Keesokan harinya kami mengunjungi lokasi wisata wajib di Sabang, yaitu Monumen Km 0 Indonesia dan Pantai Iboih serta Pulau Rubiah. Kami men-carter mobil, dengan biaya total Rp 300.000,00, karena kedua lokasi wisata tersebut berada di ujung barat Pulau Weh dan sulit diakses oleh kendaraan umum. Jarak antara rumah Si Bapak dan Monumen 0 Km Indonesia adalah sekitar 45 menit perjalanan menggunakan mobil. Sayangnya saat itu Monumen Km 0 Indonesia sedang dalam renovasi, tetapi tulisan "0 KM INDONESIA" tetap bagus untuk dijadikan latar foto. Kami juga tidak lupa untuk membuat sertifikat, dengan biaya Rp 30.000,00 yang tentunya sangat berharga sebagai kenang-kenangan dari Sabang.

[caption caption="Berfoto di Kilometer 0 Indonesia"]

[/caption]

 

[caption caption="Group Photo di Km 0 Indonesia"]

[/caption]

Setelah puas berfoto di Monumen Km 0 Indonesia, kami bergegas menuju Pantai Iboih untuk snorkeling. Kami menyewa perlengkapan snorkeling dengan membayar Rp 40.000,00 per orang, dan menaiki perahu Rp 25.000,00 per orang, untuk mendekat ke Pulau Rubiah, lokasi snorkeling kami. Pemandangan bawah laut Pantai Iboih sangat indah. Keunggulan dari Pantai Iboih ini menurut saya adalah air yang jerhin berwarna biru dan ikan-ikan yang bergerombol bagus diajak berfoto.

[caption caption="Naik Perahu Bersiap Snorkeling"]

[/caption]

 

[caption caption="Snorkeling di Pantai Iboih"]

[/caption]

Kami snorkeling hingga pukul 12.00 karena kami harus kembali ke Banda Aceh dengan menaiki ferry pada pukul 14.00. Ketika sedang menyeberang dari Sabang ke Banda Aceh. Kami disuguhi pemandangan yang bengitu indah dan langka. Air laut dari Pulau Weh dan Pulau Sumatera terlihat berbeda warna dengan batas yang sangat jelas, seperti tertulis dalam Surat Ar-Rahman: 19-20 yang artinya "Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing"

[caption caption="Pertemuan Dua Lautan"]

[/caption]

Fenomena itu seolah-olah menyambut kami ke Tanah Serambi Mekkah, Banda Aceh.

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun