Mohon tunggu...
Ridzki Januar Akbar
Ridzki Januar Akbar Mohon Tunggu... -

-Alumni Perencanaan Wilayah dan Kota ITB angkatan 2008\r\n-Peserta Program Pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada 2010-2011\r\n-Project Supervisor Program Pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada 2013-2014

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menikmati Pesona Sumatera: (3) Sejuknya Alam Bukittinggi

29 Januari 2015   03:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:10 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan dari Padang ke Bukittinggi dapat dijangkau dalam waktu tempuh 3 jam, tetapi hal ini tergantung pada kondisi jalan, jika macet perjalanan akan semakin lama. Kami berangkat dengan mengunakan mobil yang dipinjamkan oleh keluarga Julian, Om nya sangat baik mau mengantarkan kami ke Bukittinggi plus berkeliling kota Bukittinggi. Untuk menghindari kemacetan kami berangkat pada pukul 08:00.

Perjalanan menuju Bukittinggi saat itu cukup lancar. Di tengah perjalanan kami berhenti sejenak untuk membeli kue Bika, kue manis yang terbuat dari kelapa, lalu dibakar dengan alas daun pisang, rasanya mengingatkan saya pada Bandros. Di perjalanan banyak sekali pedagang yang menjual bika.

Di perjalanan Padang  - Bukittinggi, terdapat suatu lokasi wisata air terjun yang tidak boleh dilewatkan karena air terjun ini berlokasi tepat di pinggir jalan, sehingga dengan hanya memarkirkan mobil di rumah makan (rest area), air terjun ini sudah dapat terlihat dengan jelas. Air terjun yang indah ini bernama Air Terjun Lembah Anai. Untuk dapat berfoto lebih dekat, kami masuk dan membayar biaya retribusi yang sangat terjangkau. Udara sejuk langsung dapat kami rasakan karena di sekeliling air terjun, terdapat pepohonan yang sangat rimbun. Kami memanfaatkan keindahan Air Terjun Lembah Anai dengan berfoto.

[caption id="attachment_348452" align="aligncenter" width="448" caption="Air Terjun Lembah Anai"][/caption]

Kemudian kami melanjutkan perjalanan. Kami berhenti untuk makan siang di Sate Padang Mak Syukur yang sangat terkenal itu, di Padang Panjang, kebetulan waktu sudah menunjukkan jam makan siang. Cita rasa Sate Padang terdapat pada bumbunya, dan bumbu di Mak Syukur ini sangat pas, wajib dikunjungi bagi yang hendak menuju Bukittinggi. Dengan Rp 22.000 saya dapat menikmati satu porsi Sate Padang.

[caption id="attachment_348643" align="alignnone" width="560" caption="Sate Padang Mak Syukur yang Menggugah Selera"]

1422584700202065469
1422584700202065469
[/caption]

Setelah melanjutkan perjalanan, akhirnya sekitar pukul 12 kami sampai di Bukittinggi. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Ngarai Sianok dan Lobang Jepang yang berlokasi di satu komplek wisata. Ngarai Sianok adalah bentuk muka bumi yang sangat indah, yang merupakan dua tebing tinggi dengancekungan di tengahnya. Pemandangan yang ditawarkan pun sangat indah, penuh dengan rindangnya pepohonan. Pemandangan Ngarai Sianok ini dapat dinikmati dari menara pandang yang terdapat di taman. Di komplek wisata ini juga terdapat banyak penjual yang menjajakan aksesoris Bukittinggi, cocok untuk membeli oleh - oleh.

[caption id="attachment_348453" align="aligncenter" width="448" caption="Pemandangan Indah di Ngarai Sianok"]

1422451342131088425
1422451342131088425
[/caption]

[caption id="attachment_348454" align="aligncenter" width="448" caption="Lorong di Lobang Jepang"]

1422451569139963689
1422451569139963689
[/caption]

Kemudian kami juga masuk ke dalam Lobang Jepang, yaitu goa peninggalan Jepang pada masa penjajahan. Goa ini dulunya merupakan tempat persembunyian tentara Jepang dan penjara tawanan serta tempat menghukum mati para tawanan. Sat ini kondisi Lobang Jepang dalam keaadaan yang sangat baik. Wisatawan tidk perlu khawatir akan tersesat, karena terdapat peta, penunjuk arah, di mulut goa dan juga lampu di sepanjang goa. Terdapat guide yang menawarkan bantuan jika takut tersesat. Lobang Jepang ini menghubungkan dengan Tembok Raksasa Bukittinggi, yang bentuknya menyerupai Tembok Raksasa China.

Kami masuk ke Lobang Jepang tanpa tersesat, dan keluar menuju arah Tembok Raksasa Bukittinggi. Di Tembok Raksasa Bukittinggi kami berjalan menyusuri menuju puncak. Sepanjang jalan yang kira - kira memakan waktu selama 45 menit, kami disuguhi pemandangan Ngarai Sianok yang sangat indah. Tak lupa juga kami foto di setiap titik yang indah.

[caption id="attachment_348456" align="aligncenter" width="448" caption="Berasa Ada di Tiongkok (Great Wall of Koto Gadang)"]

14224518541069463363
14224518541069463363
[/caption]

Setelah puas manikmati suasana Ngarai Sianok, Lobang Jepang, dan Tembok Raksasa Bukittinggi, kami memutuskan untuk makan sore. Kali ini saya mendapat informasi bahwa makanan yang sedang terkenal di Bukittinggi adalah Itiak Lado Mudo, sehingga kami tertarik untuk mencobanya. Lokasi rumah makannya berada di bawah lembah Ngarai Sianok. Itiak lado mudo adalah bebek dengan bumbu sambal hijau, tetapi berbeda dengan sambal hijau biasanya. Makanan ini harus dicoba bagi wisatawan yang mengunjungi Bukittinggi. Jangan lupa juga untuk mencoba Kopi Kawa Daun, yaitu daun kopi yang diseduh menyerupai teh. Proses pengolahannya yang sedemikian rupa menghasilkan aroma asap (smoke) pada Kopi Kawa Daun.

[caption id="attachment_348457" align="aligncenter" width="504" caption="Itiak Lado Mudo dengen Cita Rasa Pedas"]

14224519921544997569
14224519921544997569
[/caption]

Setelah kenyang bersantap sore kami mengunjungi lokasi wisata paling wajib di Bukittinggi : Jam Gadang. Menara Jam Gadang ini merupakan ikon dari Bukittinggi, yang menarik adalah angka pada jam yang menggunakan angka romawi, tetapi pada angka 4 tertulis IIII, bukan IV.  Jam Gadang berlokasi sangat dekat dengan Komplek Wisata Ngarai Sianok dan Lobang Jepang. Puncak menara Jam Gadang ini mengalami perubahan sesuai dengan  masa pemerintahan di Indonesia. Sewaktu didirikan di zaman Hindia Belanda, atap Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan, sedangkan pada masa pendudukan Jepang, atap Jam Gadang berbentuk pagoda. Kini sejak Indonesia Merdeka, atap Jam Gadang menyerupai atap Rumah Tradisional Minang. Kondisi taman Jam Gadang sangat penuh oleh pedagang kaki lima. Harap berhati - hati juga dengan badut yang tiba - tiba ikut berpose ketika wisatawan akan berfoto, karena badut tersebut akan meminta imbalan karena fotonya diambil.

[caption id="attachment_348458" align="aligncenter" width="448" caption="Di Menara Jam Gadang"]

1422452203841917370
1422452203841917370
[/caption]

Kami kemudian mengunjungi kerabat dari Om nya Julian sambil menunggu travel yang akan membawa kami ke Parapat, Sumatera Utara. Travel ini sudah kami book sebelumnya saat kami masih di Padang. Pada awalnya kami berencana untuk menggunakan bus, tetapi saat itu akhir pekan, sehingga Bus Bukittinggi - Parapat sudah penuh. Tetapi untungnya dengan menggunakan travel kami bisa diantar menuju Pelabuhan Tiga Raja, tempat kami akan menyeberang menuju Pulu Samosir. Kami sudah mempersiapkan fisik dan mental untuk menempuh perjalanan sekitar 17 jam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun