Mohon tunggu...
Ridzki Januar Akbar
Ridzki Januar Akbar Mohon Tunggu... -

-Alumni Perencanaan Wilayah dan Kota ITB angkatan 2008\r\n-Peserta Program Pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada 2010-2011\r\n-Project Supervisor Program Pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada 2013-2014

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menikmati Pesona Sumatera: (3) Sejuknya Alam Bukittinggi

29 Januari 2015   03:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:10 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_348456" align="aligncenter" width="448" caption="Berasa Ada di Tiongkok (Great Wall of Koto Gadang)"]

14224518541069463363
14224518541069463363
[/caption]

Setelah puas manikmati suasana Ngarai Sianok, Lobang Jepang, dan Tembok Raksasa Bukittinggi, kami memutuskan untuk makan sore. Kali ini saya mendapat informasi bahwa makanan yang sedang terkenal di Bukittinggi adalah Itiak Lado Mudo, sehingga kami tertarik untuk mencobanya. Lokasi rumah makannya berada di bawah lembah Ngarai Sianok. Itiak lado mudo adalah bebek dengan bumbu sambal hijau, tetapi berbeda dengan sambal hijau biasanya. Makanan ini harus dicoba bagi wisatawan yang mengunjungi Bukittinggi. Jangan lupa juga untuk mencoba Kopi Kawa Daun, yaitu daun kopi yang diseduh menyerupai teh. Proses pengolahannya yang sedemikian rupa menghasilkan aroma asap (smoke) pada Kopi Kawa Daun.

[caption id="attachment_348457" align="aligncenter" width="504" caption="Itiak Lado Mudo dengen Cita Rasa Pedas"]

14224519921544997569
14224519921544997569
[/caption]

Setelah kenyang bersantap sore kami mengunjungi lokasi wisata paling wajib di Bukittinggi : Jam Gadang. Menara Jam Gadang ini merupakan ikon dari Bukittinggi, yang menarik adalah angka pada jam yang menggunakan angka romawi, tetapi pada angka 4 tertulis IIII, bukan IV.  Jam Gadang berlokasi sangat dekat dengan Komplek Wisata Ngarai Sianok dan Lobang Jepang. Puncak menara Jam Gadang ini mengalami perubahan sesuai dengan  masa pemerintahan di Indonesia. Sewaktu didirikan di zaman Hindia Belanda, atap Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan, sedangkan pada masa pendudukan Jepang, atap Jam Gadang berbentuk pagoda. Kini sejak Indonesia Merdeka, atap Jam Gadang menyerupai atap Rumah Tradisional Minang. Kondisi taman Jam Gadang sangat penuh oleh pedagang kaki lima. Harap berhati - hati juga dengan badut yang tiba - tiba ikut berpose ketika wisatawan akan berfoto, karena badut tersebut akan meminta imbalan karena fotonya diambil.

[caption id="attachment_348458" align="aligncenter" width="448" caption="Di Menara Jam Gadang"]

1422452203841917370
1422452203841917370
[/caption]

Kami kemudian mengunjungi kerabat dari Om nya Julian sambil menunggu travel yang akan membawa kami ke Parapat, Sumatera Utara. Travel ini sudah kami book sebelumnya saat kami masih di Padang. Pada awalnya kami berencana untuk menggunakan bus, tetapi saat itu akhir pekan, sehingga Bus Bukittinggi - Parapat sudah penuh. Tetapi untungnya dengan menggunakan travel kami bisa diantar menuju Pelabuhan Tiga Raja, tempat kami akan menyeberang menuju Pulu Samosir. Kami sudah mempersiapkan fisik dan mental untuk menempuh perjalanan sekitar 17 jam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun