Mohon tunggu...
Ridwan Sank
Ridwan Sank Mohon Tunggu... Konsultan - Ridwan Sank Hipnovator

Ridwan Sank adalah seorang Penulis Buku, Public Trainer & Hipnoterapis, juga Founder TEH (The Ethnic Hypnoaura) yaitu Mesmerisme Aura Ala Sunda . Silahkan kunjungi web saya www.ridwansank.co.id, WA/Telp. 081310831118

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

3 Siklus Usia Rentan Perubahan pada Anak

15 Desember 2016   08:26 Diperbarui: 15 Desember 2016   08:40 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 by: Ridwan Sank "Hipnovator"

Ada fakta menarik berdasarkan pengalaman dan hasil dari penelitian yang saya lakukan melalui  pelayanan hipnoterapi terhadap para siswa yang bermasalah di sekolahnya. Info ini pasti bermanfaat, silahkan share kepada teman-teman Anda yang sudah memiliki anak.

 Hasil dari pengamatan dan penelitian yang dilakukan terhadap lebih dari 100 anak dalam kurun 3 tahun, saya menyimpulkan ada 3 siklus usia rentan terhadap perubahan perilaku yang menyebabkan anak menjadi bermasalah, yaitu: 

 • Siswa kelas 4 SD
 Pada umumnya anak yang berada dalam siklus ini memiliki masalah dalam hal konsentrasi dan mood belajar, malas, kecanduan game online, dan lain-lain.
 Sebagian anak mengaku  stress dengan pelajaran di kelas 4,  karena materi pelajaran lebih menguras otak dan membuat pusing kepada. Hal ini ditambah oleh  perubahan  cara guru dalam menyampaikan materi  pelajaran di kelas,  yang berubah menjadi lebih serius dan mulai  berorientasi kepada Ujian Nasional. Si anak biasanya masih belum beradtasi dengan kondisi ini, karena mereka beranggapan bahwa kondisi ini berbeda saat mereka masih duduk di kelas 1 sampai dengan kelas 3 SD, di mana gaya mengajar dan pola komunikasi guru di kelas lebih bersahabat, terlebih bila diselingi dengan dengan musik dan permainan, sehingga mereka bisa belajar dengan mudah dan menyenangkan. Namun kondisi ini  berubah saat mereka mulai menginjak kelas 4 SD, inilah salah satu fakto yang menyebabkan anak menjadi stress dan merasa jenuh dalam belajar.

Hal penting yang harus diketahui oleh orang tua dan guru adalah, saat di usia ini hingga SMP adalah masa kritis untuk memasukkan informasi ke pikiran bawah sadar anak, jadi mereka akan menyimpan setiap detil kejadian, peristiwa di memori mereka.

Saat anak masih kecil dan orangtua atau guru memberi label “bandel” maka anak benar-benar jadi bandel. Ini adalah sugesti yang menjadi self fulfilling prophecy. Anak dikatakan bandel tentu tidak hanya sekali atau dua kali. Biasanya orangtua atau guru akan terus mengulangi, lebih tepatnya memperkuat, label ini di berbagai kesempatan. Dan ini semakin diperparah lagi dengan orangtua yang sibuk membawa anaknya ke banyak ahli atau pakar untuk membantu mengatasi masalah anak yaitu bandel. 

Bisa Anda bayangkan apa yang terjadi di pikiran anak? Anak yang semula tidak tahu apa-apa, bisa jadi sebenarnya tidak ada masalah dengan konsentrasinya, akhirnya benar-benar yakin dan percaya bahwa benar ia memang bandel. Dan demikianlah yang terjadi seterusnya. 

 Solusinya? 

Orangtua atau guru perlu berhenti total mengatakan anak bandel dan mulai lah menggunakan kalimat (sugesti) positif seperti: Semakin hari …….. (nama anak) semakin baik dan patuh kepada orang tua dan guru di sekolah, mama/percaya kamu bisa menjadi anak yang baik.

Ada kisah nyata dari salah satu klien hipnoterapi saya beberapa tahun yang lalu, sebut saja nama nya Doni, dia adalah siswa kelas 6 SD di salah satu sekolah swasta. Orang tua nya kerap dipanggil oleh pihak sekolah karena dianggap bermasalah, sering mengganggu teman sekelas, pernah “menjaili” guru, dan diperparah oleh hasil nilai ujiannya pun di bawah standard  semua....Masalah Doni di sekolah membuat orang tuangnya pusiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing !!!.
Tapi anehnya, prestasi belajar Doni justru menonjol di tempat dia mengikuti les bimbingan belajar,  informasi ini berdasarkan pengakuan dari guru dan teman-teman les nya, Doni justru terlihat sangat antusias dalam belajar dan hasil assessement nya pun tidak mengecewakan.
Dan ada 1 masalah lagi yang lebih besar, pihak sekolah mengirimkan surat untuk orang tua Doni yang menyatakan  bahwa Doni tidak lulus Ujian Nasional, pada hal surat tersebut dilayangkan pada bulan Desember, artinya ujian baru akan di laksanakan di tahun depannya ? 

Loh kok bisa ? 

Belakangan diketahui bahwa cara ini terpaksa ditempuh oleh pihak sekolah untuk menjaga predikat sekolah yang telah berstatus akreditasi A, sehingga mereka khawatir dengan kualitas akedimisi Doni yang rendah  akan berakibat buruk terhadap kredibilitas sekolah di masa depan, memang terlihat tidak adil tapi itulah realitas yang ada.
Orang tuanya Doni semakin khawatir karena dihadapkan oleh dilema, bila anaknya tetap berada di sekolah tersebut, sudah pasti hasilnya Doni tidak akan lulus ujian, namun bila dipindahkan ke sekolah lain, Doni sekarang sedang duduk di kelas 6 SD pertengahan bulan Desember, jadi beberapa bulan lagi akan  menghadapi ujian dan kelulusan SD.

Di tengah kebimbangan orang tua Doni ini lah, mereka datang ke tempat saya  untuk berkonsultasi mencari solusi. Saat proses hypnoanalyisis melalui   wawancara dengan Doni, hasilnya saya menemukan akar masalah yang menjadikan dia bermasalah di sekolah, yaitu peristiwa yang dia alami saat duduk di kelas 2 SD.  Dia merasa tidak dihargai oleh wali kelasnya, bahkan disebut bodoh saat dia tidak mampu menjawab pertanyaan guru saat dia berdiri di depan kelas, dia juga menuturkan bahwa  latihan soal yang dikerjakannya di kelas, jarang diberi nilai oleh guru dengan alasan bentuk tulisan Doni sulit untuk dibaca. Semakin lama dia merasa tidak di anggap oleh gurunya sendiri, sehingga dia berpikir “untuk apa saya belajar, untuk apa saya mengerjakan tugas, toh juga nanti diacuhkan oleh guru”. Agar tidak merasa sendirian menjadi anak bermasalah di kelasnya, dia sering mengganggu dan menghasut teman-temannya agar menjadi anak yang bermasalah. 

Dari cerita di atas, ada pelajaran berharga yang bisa Anda pelajari. Pengalaman yang dialami manusia dicatat oleh pikiran bawah sadar dan tersimpan dalam memori, secara spesifik, pengalaman ini dikategorikan menjadi dua jenis yaitu memori biasa dan program yang bersifat dorman (tidur)  hingga terjadi reaktivasi, ini bisa terjadi bila ada pemicu 

Sumber awal terjadinya simpton atau yang disebut ISE (Initial Sensitizing Event), berasal dari peristiwa paling awal yang dialami oleh seseorang. ISE ini diperkuat oleh beberapa rentetan kejadian lanjutan yang biasa disebut SSE (Subsequent Sensitizing Event), dengan konten emosi yang sejenis, hingga akhirnya muncul menjadi  simtom dan simtom yang terjadi pada manusia, berupa aspek fisik dan  mental/emosi. 

Dalam kasus Doni ini sumber masalahnya adalah dia  merasa tidak dihargai oleh gurunya, sehingga dia berontak, dengan cara mengganggu teman, malas belajar, acuh terhadap pelajaran. Semua orang pasti ingin dihargai, termasuk Anda kan ?

Jadi bila Anda memang seorang guru, hargailah diri Anda sendiri dan juga anak didiknya, berilah pujian saat mereka melakukan kebaikan, karena pada dasarnya manusia adalah mahluk yang senang dipuji, meski secara sadar dia terlihat tidak senang dipuji, tapi alam bawah sadar mengatakan hal yang sebaliknya, percayalah !

 • Siswa kelas 8 SMP

Siklus ini yang paling rentan terhadap perubahan psikologi anak menuju remaja, karena pada usia ini (14-15 tahun) adalah masa masa di  mana fungsi critical factor pikiran sadar anak menjadi cukup kuat dan akan menjadi sangat kuat saat nanti  di usia 17 tahun. 

 Masalah yang biasa dilakukan di usia ini antara lain:

  •   Membolos
  •   Kecanduan game online
  •   Mencoba untuk merokok
  •   Mencoba   minuman ber-alkohol
  •   Melawan orang tua, bahkan dalam beberapa kasus, anak sudah berani terhadap orang tuanya, hingga nekat memukul mereka
  •   Nongkrong dan begadang dengan teman hingga larut malam, sehingga keesokan pagi harinya, malas untuk berangkat  sekolah dengan alasan masih ngantuk.
  •   Pacaran
  •   Masturbasi
  •   Pornografi
  •   Malas belajar
  •   Tawuran pelajar

 • Siswa kelas 11 menjelang 12 SMA

Siklus ini boleh dikatakan cukup berat, karena pada usia 17 tahun dan seterusnya, fungsi critical factor pikiran sadar anak menjadi sangat kuat. Kuatnya critical factor disebabkan anak sudah punya banyak data atau informasi sebagai pembanding atau filter terhadap informasi yang ia terima dari lingkungan. Selain itu, anak sudah mulai merasa memiliki “power”, karena  ukuran tubuhnya kini sama atau bahkan lebih tinggi dari guru dan orang tuanya. Akibat dari kedua faktor tersebut, anak  sudah mulai berani berdebat, membantah, bersebrangan dan bertentangan dengan orang tua maupun guru, bahkan bisa berujung pada “pemberontakan”.

Karena mereka merasa sudah punya power, banyak diantara mereka berusaha “balas dendam’ kepada pihak yang sebelumnya membatasi, mengekang, bahkan menindasnya, diantaranya adalah guru dan orang tua.

 Masalah yang biasa dilakukan di usia ini antara lain:

  •   Free sex
  •   Mencoba narkoba
  •   Membolos
  •   Kecanduan game online
  •   Mencoba untuk merokok
  •   Mencoba   minuman ber-alkohol
  •   Melawan orang tua, bahkan dalam beberapa kasus, anak sudah berani terhadap orang tuanya, hingga nekat memukul mereka
  •   Kabur dari rumah
  •   Kecanduan pornografi
  •   Pornografi
  •   Nongkrong dengan genk nya di jalan atau base camp hingga larut malam bahkan pagi
  •   Tindakan yang mengarah kepada tindakan kriminal

 Terkait dengan temuan permasalahan di atas, sudah seharusnya orang tua dan guru lebih berperan aktif untuk menciptakan komunikasi 2 arah dengan anak ataupun peserta didik. Tidak ada kata terlambat untuk merubah karakter dan perilaku anak, masih banyak cara dan jalan untuk mengarahkan mereka kepada “jalan yang benar”. 

Ada baiknya guru-guru di sekolah di seluruh Indonesia menguasai teknik untuk menangani permaslah siswa, yang semakin hari semakin kompleks, bahkan tak jarang sudah mengarah kepada kriminalitas. Untuk itu sudah sudah saatnya  guru-guru sekolah, khususnya para guru BK untuk belajar teknik Hipnoterapi, dan menguasainya guna memberikan solusi kepada siswa. Atau bisa jadi teknik Hipnoterapi yang dikuasainya, bisa juga dipraktekkan di luar sekolah untuk membantu masyarakat luas, bahkan tiak menutup kemungkinan praktek hipnoterapi menjadi pekerjaan sampingan, dengan penghasilan yang cukup lumayan.

 Dan kunjungi official web saya Ridwan Sank

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun