CEBONG dan kampret adalah sebuah istilah politik yang dinisbatkan kepada para pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menhan Prabowo Subianto kala keduanya ikut dalam kontestasi pilpres 2014 -- 2019 saat itu.
Oleh Surya Palo selaku Ketua Umum Partai NasDem, istilah ini kembali diungkapkan secara verbal dalam pidato politiknya saat deklarasi pasangan capres dan cawapres, Anies Rasyid Baswedan dan Abdul Muhaimin Iskandar di Subarabaya, Sabtu, 3 September 2023.
"Selamat tinggal politik cebong dan kampret," ungkap Surya Palo.
Dia kemudian melengkapi pernyataannya dengan mengatakan, "Selamat datang politik Bhineka Tunggal Ika," tegas Palo.
Menarika untuk dicermati, pernyataan Palo tersebut oleh penulis merupakan sebuah pernyataan yang 'menggelegar' atmosfer politik di Tanah Air yang lebih dari sembilan tahun terakhir ini telah membelah masyarakat bangsa ini dalam dua kutub politik 'ekstrim', cebong dan kampret.
Harapan Palo, tentunya harapan kita semua selaku anak bangsa ini, agar politik adudomba dan pembelahan yang lakukan oleh pihak-pihak tertentu untuk merusak tata nilai kebangsaan ini harus segera diakhiri.
Dimana bagi Palo, koalisi partai yang terdiri dari Partai NasDem, Partai Kesatuan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dikenal dengan nama Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) dapat bersama-sama membangun tradisi politik yang saling menghargai perbedaan di antara kalangan anak bangsa sendiri.
Kembali pada, istilah politik cebong dan kampret. Menurut Drone Emprit and Media Kernels Indonesia, istilah muncul berbarengan dengan istilah BuzzerRp, juga kadrun yang terekam dari percakapan di Twitter selama beberapa tahun terakhir.
Drone Emprit melakukan perekaman percakapan di Twitter sejak 1 Juli 2015-16 April 2022. Dengan menggunakan istilah terkait yaitu, cebong, kecebong, kecebonger, kampret, kampretos, BuzzerRp, kadrun, kadal gurun, dan BuzzeRp.
Dari temuan Drone Emprit, akun pertama yang menyebut cebong itu adalah @Kage_yatsu pada 14 Mei 2015 yang mengomentari unggahan terkait tautan membahas Jokowi dan putranya Gibran Rakabuming Raka.
"Lebih detail, penelusuran di Twitter dengan QUERY 'cebong jokowi since:2015-4-1 until:2015-8-31", ditemukan asosiasi 'cebong' dengan pendukung Jokowi pada bulan Mei 2015. Bulan Juni 2015 mulai digunakan, dan Agustus 2015 makin banyak ditemukan," jelas Pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi dikutip dari akun Twitternya, Senin (18/4).
Ismail menjelaskan, temuan ini juga memperlihatkan bahwa penggunaan istilah cebong jauh sebelum pemberitaan Presiden Jokowi melepas kodok di kolam Istana Bogor pada 3 Januari 2016. Peristiwa itu kerap dianggap sebagai inspirasi penggunaan cebong sebagai sebutan pendukung Jokowi.
"Pelepasan kodok oleh Jokowi di Istana Bogor (3 Januari 2016) bukanlah awal atau asal-usul sebutan 'cebong'. Saat itu sebutan ini sudah sangat popular, sehingga Kaesang pun membuat joke tentang 'kecebong' (1 Januari 2016)," jelas Ismail.
Setelah Pilpres 2019, peta social network analysis (SNA) memperlihatkan penggunaan cebong banyak dipakai kontra Jokowi. Namun, ada juga klaster kecil pro Jokowi yang menggunakan panggilan tersebut.
Drone Emprit menemukan penggunaan kampret untuk merujuk pendukung Prabowo digunakan sejak Oktober 2015. Sebagai bentuk balasan panggilan cebong yang ditujukan kepada pendukung Jokowi. Namun, baru populer digunakan istilah kampret ada pertengahan 2018.
"Istilah 'kampret' sebagai balasan atas panggilan 'cebong' muncul bulan Oktober 2015. Kalau 'cebong' hidup di air, kebalikannya 'kampret' hidup di pepohonan secara terbalik. Awalnya istilah kampret belum banyak digunakan. Baru pertengahan 2018 ramai digunakan," papar Ismail.
Namun, temuan Drone Emprit istilah kampret ini banyak digunakan oleh akun-akun pecinta K-Pop atau Korean pop.
"Panggilan 'kampret' ternyata bukan monopoli klaster Pro Jokowi kepada klaster kontra, meski dari peta SNA tampak yang paling aktif. Panggilan ini juga banyak digunakan oleh netizen umum dan K-poppers," jelas Ismail.
Kadrun Muncul Setelah Pilpres
Sebutan pihak yang kontra terhadap Jokowi bergeser setelah Pilpres 2019. Dari kampret menjadi kadrun alias kadal gurun.
Ismail mengatakan, istilah kadrun awalnya dibuat oleh dua akun yaitu @kebo_mangkrak dan @Manuputty1101 pada Januari 2018. Namun baru ramai digunakan setelah dipopulerkan oleh influencer Denny Siregar @Dennysiregar7 pada Agustus 2019.
Pada November 2018 akun @SiharMHSitorus banyak menggunakan istilah tersebut. Namun, belum banyak digunakan akun lain. Setelah diramaikan oleh Denny Siregar pada Agustus 2019, kadrun banyak dipakai untuk merujuk pihak kontra terhadap Jokowi.
"Baru setahun setelah itu, bulan Agustus 2019, akun @Dennysiregar7, tegas menggunakan nama 'Kadal Gurun' untuk merujuk ke klaster kontra. Lalu followernya mengusulkan istilah 'Kadrun'" jelas Ismail.
Munculnya BuzzeRp
Sementara istilah BuzzeRp dipopulerkan oleh @Dhandhy_Laksono dan @HokGie_ pada 2 Agustus 2019. Istilah ini digunakan ketika menyoroti serangan buzzer terhadap dokumenter Sexy Killers terkait industri batu bara yang disutradarai Dhandhy Dwi Laksono.
"Di Twitter dengan QUERY 'buzzerp since:2017-1-1 until:2019-8-10 -from:buzzeRp_COSPLAY' ditemukan akun @Dandhy_Laksono pertama kali memention 'buzzeRp' pada 2 Agustus 2019. Pada hari yang sama @HokGie_ juga menggunakan untuk konteks yang sama," jelas Ismail.
Dalam satu tahun terakhir, hanya satu klaster yang aktif memention buzzeRp dan variasinya buzzerRp. Digunakan dari kalangan oposisi dan aktivis.
"Klaster yang dipanggil 'buzzeRp', yang dianggap dibayar jadi buzzer, tidak tampak dalam SNA," jelas Ismail.
Akhiri Politik Pembelahan
Menyadari akan dampak negatif dari politik pembelan yang terjadi akibat perbedaan sikap politik para pendukung capres dan cawapres dalam dua periode Pilpres berturut-turut, 2014 -- 2019. Maka, ajakan Surya Palo tersebut, patut disambut dengan penuh suka cita oleh semua elemen bangsa ini, agar negara dengan luas wilayah yang terbendatang dari Sabang -- Papua dengan jumlah penduduk 280 juta ini dapat hidup dengan tenang, saling menghargai, tepo seliro, wabil khusus dalam menjelang pesta demokrasi limatahunan pada awal tahun 2024, dan menerima hasil kontestasi tersebut dengan lapang dada untuk kemajuan dan kejayaan bangsa ini.
(Dari berbagai sumber)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H