Tingginya tensi politik akhir – akhir ini telah menyeret sifat intoleransi dan diskriminasi merebak kemana - mana. Gelombang isu SARA menghempas ruang – ruang publik dan memecah dinding tebal optimisme keragaman anak bangsa. Rakyat indonesia terfragmentasi (terkotak – kotak) dalam identitas kesukuan, agama, dan golongan. Menggadaikan historitas kebhinnekaan demi kepentingan global yang tidak kita pahami.
Padahal, para leluhur tidak pernah berhenti mengingatkan kita dalam kutipan – kutipan sejarah bahwa bangsa ini adalah bangsa yang bulat, suatu Negara semua untuk semua. Bangsa yang hadir setelah tumpah darah semua golongan rakyat Indonesia. Bangsa yang berdiri atas kerelaan rakyat indonesia bersama – sama bahu membahu memikul derita pra kemerdekaan. Apa yang kita nikmati hari ini sudah sepantasnya kita rawat dan pelihara agar tidak tercedarai isu – isu murahan.
Demikian kuatnya klaim mayoritas, ronrongan sejarah pun dalam kutipan – kutipan Soekarno tidak mampu lagi melelehkan gumpalan intoleransi di hati anak negeri. Eforia politik menggiring rakyat Indonesia kepada permainan tingkat tinggi yang ia tidak pahami. Mengendapkan optimisme keindonesian rakyat Indonesia jauh di dalam lumpur kekuasaan yang ia sama sekali tidak nikmati.
Virus mayorokrasi dan ideologi liberal kini menyerang jantung kehidupan bangsa Indonesia. Memutus sendi – sendi aliran darah sebangsa dan setanah air. Kita larut dalam pertikaian agama tanpa tahu skenario seperti apa di belakangnya.
Bukan tidak mungkin, jika sifat - sifat intoleransi masih tertancap di hati anak – anak negeri, penulis meyakini bahwa semangat persatuan akan semakin tergerus dan berimbas pada diskriminasi kaum minoritas.
Radikalisasi Pancasila
Untuk menghidupkan moral pancasila dalam kehidupan yang plural dibutuhkan pendalaman sejarah dan penghayatan nilai - nilai Pancasila agar pancasila dapat lebih operasional dan turut serta menjadi sumber etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks ini, yang diperlukan adalah apa yang disebut Kuntowijoya (Latif 2012) dengan proses “radikalisasi Pancasila”. Radikalisasi dalam arti ini adalah revolusi gagasan, demi membuat pancasila tegar dan menjadi petunjuk bagaimana Negara ini ditatakelola dengan benar.
Radikalisasi pancasila yang dimaksudkannya ialah 1) Mengembalikan pancasila sebagai ideologi Negara. Jika pancasila sebagai idiologi Negara, konsekuensinya adalah Negara (pemerintah) dan warga negara wajib menjunjung tinggi kesatuan dalam keragaman. Jika terjadi konflik horizontal yang menjadikan SARA sebagai pasal pertikaian, maka pemerintah wajib mengambil tindakan yang tegas demi membuat pancasila tegar. Negara tidak boleh didikte pemodal apalagi takut terhadap kelompok radikal. 2) Mengembangkan pancasila sebagai ideologi menjadi pancasila sebagai ilmu. Ilmu yang tidak hanya berorientasi pada nilai – nilai akademik melainkan ilmu yang teraplikasi dalam wujud perilaku yang menyayangi. Di institusi pendidikan, moral pancasila tenaga pendidik menjadi faktor utama. Dengan moral yang baik, secara tidak langsung para guru berpenetrasi dengan melakukan transfer nilai kepada peserta didik yang kemudian dapat membentuk karakter yang penyayang.
3) mengusahakan pancasila mempunyai konsitensi dengan produk – produk perundangan, koherensi antarsila, dan korespondensi dengan realitas sosial. Pancasila hadir sebagai filter potensi – potensi konflik. Pancasila mejadi hakim dari setiap pertikaian. Oleh karena itu, gesekan yang terjadi di tengah – tengah masyarakat, pancasila menjadi alat pemersatu melalui seperangkat perundang – undangan yang dapat memaksa masyarakat untuk menghormati keragaman. 4) Pancasila yang semula hanya melayani kepentingan vertical (Negara) menjadi pancasila yang melayani kepentingan horizontal, dan 5). Menjadikan pancasila sebagai kritik kebijakan Negara. Pancasila menjadi sumber kebaikan. Kebijakan Negara yang tidak mengandung unsur keadilan, kemanusiaan, dan tidak demokratis segera dievaluasi.
Radikalisasi Pancasila diharapkan dapat menghidupkan moral pancasila serta menjadi perisai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila adalah instrumen pemersatu yang menjadi simpul persaudaraan dari sabang sampai merauke.
Semoga Peringatan hari lahir pancasila menjadi momentum rakyat indonesia kembali bangkit dan berpegang teguh pada simpul persatuan yang melebur satu dalam semboyan nasional Bhinneka Tunggal Ika.