Mohon tunggu...
M RIDWAN RADIEF
M RIDWAN RADIEF Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Aku adalah tanda tanya untuk sesuatu yang bernama "ILMU"..

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Penderitaan di Tanah Merdeka

12 Mei 2016   04:36 Diperbarui: 12 Mei 2016   04:53 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Tanah ini, tempat kita bersorak “MERDEKA”, kini hanya tinggal tanda Tanya besar. “MERDEKA”? 71 tahun kehidupan bangsa ini justru berjalan dengan tragis, dramatis, dan penuh dengan penderitaan. Negara Indonesia tanpa nilai keindonesian dan bangsa yang hampa kemanusiaan. Anomali

Ini karena pemikiran kita terlalu sempit sehingga memandang kemerdekaan sebagai suatu kondisi tanpa penjajah . Akhirnya, sebagian orang merasa bahwa penjajah telah habis di muka bumi Indonesia dan perjuangan bangsa ini telah selesai. Sebagiannya lagi termasuk penulis merasa bahwa kita masih berada dalam tekanan kejiwaan manusia – manusia biadab. Lalu, Sampai kapan pertentangan ini berakhir ? haruskah menunggu nyawa dicabut anak negeri sendiri sehingga kita menyadari bahwa penjajahan tersebut masih tampak ? Drama ini harus segera diakhiri dan menyatakan perang atas jiwa – jiwa yang binal.

Kita tahu bersama bahwa negeri ini berhasil melenyapkan komunis dan penjajah dengan segala keterbatasannya. Tapi satu hal yang perlu kita sadari bahwa sampai saat ini kita belum mampu mengusir sifat – sifat komunis dan penjajah dari dalam diri anak – anak negeri. Akibatnya, kejahatan kemanusiaan santer terdengar mewarnai perjalanan bangsa ini. Tewasnya YY adalah salah satu pil pahit di antara banyaknya pil yang kita telah telan di negara ini. Kasus tersebut seharusnya tidak lagi menjadi “klakson” melainkan “tamparan keras” buat pribadi, keluarga dan negara ini bahwa perjuangan menegakkan kemanusiaan belum berakhir.

Kita biarkan bangsa ini hancur atau bangkit bertempur ? saatnya menyeret bangsa ini ke rel yang benar yakni pancasila dan menggaungkan nilai – nilai ketuhanan yang menciptakan kedamaian, kemanusiaan yang adil dan beradab.

Lalu, bagaimana kita menyikapi kejahatan kemanusiaan ? Krisis sesungguhnya bukanlah kirisis ekonomi melainkan krisis moralitas yang berpotensi melahirkan serigala bagi manusia lainnya. Oleh karena itu, bersama negara, masing – masing kita punya peran penting yakni bagaimana menjaga dan merawat bangsa ini agar memiliki pribadi yang bermoral dan beretika sejalan dengan ideologi pancasila.

Hal – hal sederhana bisa kita lakukan mulai dari lingkungan keluarga. Misalnya menghidupkan majelis spiritual sebagai pencerahan bagi anak cucu kita tentang bagaimana memuliakan dan memanusiakan manusia, menghargai hak hidup orang lain, menghargai orang tua, menghargai guru. Keluarga harus mampu menghancurkan dinding pemisah antara anak dan orang tua sehingga tercipta suasana yang harmonis dalam keluarga. Dengan begitu, perilaku anak dapat kita pantau.

Peran keluarga merupakan pondasi awal untuk membentuk karakter anak. Apa yang kita lakukan menjadi cerminan anak kita di masa depan. Sehingga, perlu bagi orang tua memperlihatkan pola perilaku yang berketuhanan dan berkebudayaan. Kita berharap, peran keluarga lebih optimal agar kasus YY tidak terulang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun