Mohon tunggu...
Ridwan Prayogi
Ridwan Prayogi Mohon Tunggu... Lainnya - Statistisi Ahli Pertama BPS Kabupaten Kepulauan Sula

Sanana

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cegah Stunting Itu Penting

10 Agustus 2021   20:24 Diperbarui: 10 Agustus 2021   21:11 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kesadaran untuk memberikan ASI eksklusif di Indonesia masih perlu untuk ditingkatkan. Hasil Susenas menunjukkan pada tahun 2019, hanya 67 dari 100 anak usia 0-5 bulan yang diberikan ASI eksklusif, padahal dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif disebutkan bahwa setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya. 

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan (2014) menyebutkan bahwa ASI eksklusif dianjurkan pada beberapa bulan pertama kehidupan karena ASI tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan anak pada umur tersebut.

Pada tahun 2019, hanya 55 dari 100 anak usia 12-23 bulan yang telah menerima imunisasi dasar lengkap. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah mengingat dampak imunisasi terhadap status kesehatan masyarakat tidak terbantahkan. World Health Organization (2019) menyebutkan beberapa alasan dibalik pentingnya pemberian vaksin yang digunakan dalam program imunisasi, yaitu vaksin dapat menjaga kesehatan, menghemat biaya perawatan dan pengobatan, bahkan dapat menyelamatkan jiwa.

Berbeda dengan pemberian ASI eksklusif dan imunisasi dasar lengkap, baik persentase perempuan pernah kawin usia 15-49 tahun yang melahirkan anak lahir hidup dalam 2 (dua) tahun terakhir dan anak yang terakhir dilahirkan di fasilitas kesehatan maupun yang ditolong oleh tenaga kesehatan sudah tinggi, yaitu masing-masing sebesar 85,94 persen dan 94,71 persen. 

Dengan melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, komplikasi ataupun masalah yang terjadi baik sebelum, saat, maupun pasca persalinan dapat segera ditangani. 

Keberadaan tenaga kesehatan dan ketersediaan fasilitas pendukung seperti alat-alat kesehatan di fasilitas kesehatan tersebut memegang peranan penting bagi keselamatan ibu dan bayinya.

Penyebab tak langsung ialah kondisi lingkungan. Misalnya, kekurangan akses air bersih, sanitasi yang buruk, lingkungan kumuh dan kotor, terisolir karena tak ada akses yang bagus untuk menghubungkan dengan wilayah luar, dan seterusnya. Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sumber air minum layak sudah cukup tinggi, yaitu sebesar 89,27 persen, begitu pula dengan yang memiliki akses terhadap layanan sanitasi layak (77,39 persen).

Stunting memang disebabkan oleh faktor multi dimensi. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi pravalensi stunting, perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Pencegahan stunting dapat dilakukan antara lain dengan cara pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil.

Selain itu solusi lainnya adalah dengan memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya, memantau pertumbuhan balita di posyandu, dan meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan.

Stunting bukan sekadar persoalan keluarga inti yang kurang gizi, namun bagaimana peran serta masyarakat menyelamatkan masa depan bangsa Indonesia. Semua pihak perlu bergandeng tangan mengurai masalah ini.

UUD 1945 Pasal 28 B ayat (2) menyatakan bahwa "Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi." Oleh karena itu, sudah menjadi tanggung jawab kita bersama, baik pemerintah maupun masyarakat untuk mencegah dan mengatasi permasalahan stunting Indonesia, sebagai implementasi dari amanat UUD 1945 tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun