Sebagai contoh, teman-teman yang gagal masuk Fakultas Kedokteran biasanya punya nilai bagus, tetapi karena persaingannya juga ketat, maka nilai bagus tersebut akan tergeser oleh nilai yang lebih bagus lagi. Lain program studi yang dipilih akan lain lagi persaingannya.
Jadi, sebaiknya hasil seleksi SBMPTN atau seleksi mandiri jangan dijadikan patokan untuk mengukur kemampuan seseorang.
Saya gapyear karena gagal seleksi, gagal karena kurang persiapan, gagal karena salah strategi (mungkin). Meskipun gapyear identik dengan kegagalan, tetapi gapyear sebenarnya tentang sebuah keputusan.
Saya memilih gapyear untuk berusaha meraih cita-cita melalui prodi yang saya inginkan, memang tidak ada jaminan tercapai, tetapi apa salahnya berjuang dan mencoba? Andaipun belum juga berhasil, setidaknya sudah mendapatkan pengalaman.
2. Kesendirian
Inilah yang sehari-hari dirasakan. Saat kalian memutuskan untuk gapyear, maka kalian juga harus bersiap 'kehilangan' teman. Hal ini, karena teman-teman kalian yang enggak gapyear pasti akan memiliki kesibukan sendiri dan kawan yang baru di kampus atau tempat kerjanya.
Mungkin ada yang berkata "walau tidak punya teman, tetapi masih punya Tuhan". Ini memang benar, selama masa gapyear juga akan terasa lebih banyak waktu untuk beribadah dan berdoa.
Namun, saya menyarankan kamu yang akan gapyear untuk mencari teman. Kendatipun tidak bisa menemani sehari-hari, teman yang kamu percayai bisa menjadi tempat untuk "ya semacam berkeluh kesah".
Lebih disarankan lagi kalau teman sesama gapyear, kalian bisa cari di twitter atau media sosial lain. Selain karena sefrekuensi, teman sesama gapyear bisa saling berbagi ilmu atau belajar bersama untuk seleksi di tahun depan.
3. Memanfaatkan Waktu
Satu tahun itu waktu yang cukup lama. Pada waktu inilah kamu bisa memanfaatkan dengan baik, sehingga gapyear tidak melulu tentang kesedihan. Kalian bebas memakai waktu ini, untuk menekuni hobi, untuk memahami diri, untuk bepergian ke sana kemari.