Peneliti PVMBG, Athanasius Cipta, dalam webinar PVMBG 2 Tahun Gempa Palu yang digelar hari ini menyebutkan bahwa wilayah Kota Palu dan sekitarnya sebenarnya telah dipotong-potong oleh berbagai jenis patahan, meskipun tidak semua aktif, tapi keberadaannya menyebabkan deformasi batuan sehingga menyebabkan tanah menjadi lebih lunak.
Dari peristiwa ini, kita belajar tentang perlunya mitigasi bencana. Hal ini secara tidak langsung juga menjadi tamparan bagi pemerintah dalam penataan suatu wilayah. Pemerintah dan masyarakat sudah semestinya memahami wilayahnya sendiri dan tidak asal membangun bangunan 'yang penting berdiri'.
Selain itu, pentingnya mitigasi tanggap tsunami terlihat jelas dari kejadian ini, masyarakat di wilayah pantai sudah semestinya tidak perlu menunggu arahan petugas. Mereka sudah harus paham tentang tanda-tanda akan terjadinya tsunami dan cara evakuasinya.
Selain itu, yang terpenting adalah lakukan evakuasi diri dengan tidak panik dan tetap waspada. Bersama-sama kita rawat alat deteksi bencana dan terus lakukan simulasi bencana yang sangat diperlukan untuk keselamatan saat bencana benar-benar terjadi. Salam Tangguh dari Saya.
#Peringatan Dini Tsunami di SULTENG,SULBAR, Gempa Mag:7.7, 28-Sep-18 17:02:44WIB, Lok:0.18LS,119.85BT,Kdlmn:10Km#BMKG pic.twitter.com/V9FLnJbdhs— BMKG (@infoBMKG) September 28, 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H