Melihat situasi pasar dan juga pasokan, Agus menyarakan kepada masyarakat untuk menanam kelapa kopyor karena dengan permintaan yang tinggi bisa meningkatkan kesejahteraanya. Kuncinya adalah menggunakan bibit yang berasal dari kultur embrio PPKS yang 100% kopyor.
Adapun masalah utama budidaya kelapa adalah kumbang Oryctes . Banyak orang menanam kelapa dan hancur karena hama ini. “Maka dalam hal ini kita PPKS sudah menyediakannya teknologi yang bisa mengatasinya yaitu penggunaan feromon.
Bertanam kelapa kopyor 1 ha itu sudah sangat bagus sekali. Pada luas lahan 1 rante atau 400 m2 bisa menanam 9 batang pohon. Karena harga bibit yang mahal biaya awal investasi tahun pertama sampai Rp 12 juta, dengan komponen terbesar untuk bibit sedang sisanya untuk penanaman, perawatan, pupuk organik dan juga feromon.
Tahun ke empat kalau menggunakan kopyor genjah sudah bisa berbuah banyak. Dengan harga kelapa kopyor sebesar Rp 25.000/butir maka setiap tahun bisa menghasilkan sebanyak Rp 12.150.000, maka dalam lima tahun total pengeluaran Rp 17.580.000 sedang pendapatan Rp 24.300.000, sehingga keuntungannya bisa mencapai sebesar Rp 6.720.000.
Kemudian untuk tahun ke enam total pendapatan sebesar Rp 12.150.000 sedang pengeluaran Rp 1.700.000, maka keuntuntungannya bisa mencapai Rp10.450.000/tahun atau perbulan bisa menghasilkan sebesar Rp 870.833,33.
“Dengan begitu tahun ke 7 sudah bisa mendaftar haji. Ini dengan luas lahan sebesar hanya 20 x 20 m saja . Kalau punya 1 hektar maka keuntungan per bulan mencapai sekitar Rp20 juta,”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H