Alturisme dan egosentrisme ini merupakan unsur yang ada dalam diri manusia. Menurut clayton dan mercer “alturisme ialah Tindakan menolong yang tidak mementingkan diri sendiri dan di dorong oleh keinginan untuk berguna kepada orang lain”. Dan egosentrisme dalam kamus psikologi (Kartono dalam Chaplin, 2008;160) didefinisikan sebagai menyangkut diri sendiri, keasyikan terhadap diri sendiri. Alturisme dan egosentrisme akan mempengaruhi kehidupan individu dalam interaksi sosial, karena individu menjadi hal yang fundamental dalam berinteraksi sosial dan menjalankan hubungan fungsional yang sehat.
Jika individu tendesi kepada alturisme maka kebutuhan individu ini bisa saja terhapuskan dikarenakan pemanipulasian sifat alturisme itu dari suatu oknum untuk kepentingannya sendiri. Begitupun juga sebaliknya Ketika seorang individu cenderung dalam sifat egosentrisme maka akan membuat dirinya kehilangan rasa empati dalam kehidupan interaksi sosialnya, sehingga hal tersebut dapat merubah struktur sosial dan stratifikais sosial. Maka dari itu perlua adanya ekuilibrium antara alturisme dan egosentrisme agara terciptanya suatu interaksi sosial yang memainkan peran secara sehat.
Alturisme dan egosentrisme ini akan berpengaruh kepada kekuasaan dalam kehidupan sosial, pada Lembaga Masyarakat, pada stratifikasi sosial sehingga bahkan menggangu juga terhadap aktivitas sehari-hari manusia secara individual, sifat alturisme yang berlebihan akan mengakibatkan keburukan jika tidak ditompang skill yang mumpuni, dan begitupun juga dengan sikap egosentrisme dapat merusak citra dan harkat seorang manusia dalam sudut pandang Masyarakat terhadap dirinya dalam kehidupan interaksi sosial
Individu tentunya sebagai wadah yang mewadahi alturisme dan egosentrisme harus bisa menyeimbangkannya sehingga ia bisa mencapai derajat individuation. individuation menurut Dr. Beni Ahmad Saebani, M.Si. ialah proses untuk mencapai kepribadian yang integral dan sehat, karena semua system atau aspek kepribadian harus mencapai taraf diferensiasi dan perkembangan yang optimal melalui proses pembentukan diri atau penemuan diri (Dr. Beni Ahmad Saebani, 2023). Manusia sebagai makhluk indvidu dan makhluk sosial harus bisa menempatkan dan menyeimbangkan alturisme dan egosentrisme pada waktu dan tempat yang tepat, agar tidak terjadinya dampak negative dari kedua komponen sifat tersebut dalam kehidupan interaksi sosial dan individual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H