Mohon tunggu...
Raden Ridwan Hasan Saputra
Raden Ridwan Hasan Saputra Mohon Tunggu... -

Presiden direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM). Tentang KPM, bisa kunjungi website www.kpmseikhlasnya.com. Selain itu, berbagai pemikiran saya, juga saya tuangkan dalam ridwanhs.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi Hari Bhayangkara Ke-70: Solusi Mencegah Menurunnya Kualitas Polisi dan Calon Anggota Polisi

2 Juli 2016   09:26 Diperbarui: 2 Juli 2016   10:01 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini merupakan bentuk kepedulian terhadap Kepolisian, karena saya sudah menemukan banyak polisi yang baik dan banyak anak muda potensial yang berminat menjadi polisi. Semoga polisi-polisi baik ini dan calon polisi baik tetap terpelihara dan semakin bertambah jumlahnya sehingga Kepolisian Republik Indonesia semakin baik di masa depan.

Di akhir bulan Juni 2016, menjelang Hari Bhayangkara ke-70, saya dikunjungi oleh seorang sahabat yang merupakan seorang polisi baik yang tinggal di Bandung. Sahabat saya menceritakan tentang pengalamannya ketika mendaftarkan putranya untuk mengikuti seleksi calon anggota Brigadir Polisi. Putranya merupakan lulusan dari sebuah SMA favorit di Bandung dan masuk SMA nya pun melalui jalur prestasi di bidang olahraga. Beberapa hari sebelum tes kesehatan, sahabat saya memeriksakan kesehatan putranya dan putra temannya di tempat pemeriksaan kesehatan di daerah Tegalega yang merupakan tempat untuk memeriksa calon polisi. 

Hasilnya adalah putranya sehat dan layak untuk menjadi anggota POLRI sedangkan putra temannya masih ada beberapa masalah dengan kesehatan. Setelah pemeriksaan tersebut, beberapa hari kemudian di tempat yang sama, putranya mengikuti pemeriksaan kesehatan dari panitia seleksi untuk menjadi anggota POLRI. Hasilnya adalah putranya tidak lolos tes kesehatan sedangkan putra temannya lolos tes kesehatan. Sahabat saya berkata penyebab kegagalannya karena tidak mau mengeluarkan “uang” agar anaknya lolos menjadi anggota POLRI, sementara orang tua lain berdasarkan “obrolan” ketika menunggu seleksi, saling terbuka menceritakan besaran uang yang dikeluarkan agar lolos seleksi. Bagi sahabat saya, ketika menjadi polisi saja sudah menyogok, maka sulit untuk menjadi polisi yang jujur. Sehingga sahabat saya tidak mau melakukan itu, walaupun mampu mengumpulkan sejumlah uang yang dibutuhkan agar anaknya lolos seleksi menjadi anggota polisi.

Perekrutan dan Pendidikan Kepolisian yang mengandung “Kolusi-Korupsi-Nepotisme” Penyebab Menurunnya Kualitas Anggota POLRI

Berdasarkan cerita sahabat saya tersebut, ternyata penerimaan anggota POLRI dengan memberikan sejumlah uang masih tetap terjadi di Indonesia hingga menjelang peringatan Hari Bhayangkara ke-70. Padahal selama ini sering kita dengar, penerimaan anggota polisi tidak dipungut biaya. Efek penerimaan dengan cara menyogok, sudah pasti akan membuat kualitas anggota POLRI menurun. Hampir bisa dipastikan orang-orang yang kurang ideal secara fisik, kurang cerdas secara intelektual, kurang matang secara emosional, kurang pas secara karakter, dan kurang taat secara spiritual, menurut standar yang dibuat oleh POLRI bisa tetap masuk menjadi anggota POLRI dengan bantuan sejumlah uang. 

Bagaimana masa depan Kepolisian Republik Indonesia jika orang-orang yang tidak standar ini ada di Kepolisian bahkan jadi para pemimpin di Kepolisian? Bisa jadi di masa depan kejahatan semakin sulit terungkap karena para penjahat lebih lihai dari polisi. Belum lagi secara logika, orang-orang yang sudah mengeluarkan uang untuk menjadi anggota POLRI, pasti akan berpikir untuk mengembalikan “modal” yang sudah dikeluarkan untuk menjadi anggota POLRI. Efeknya yang pasti akan terjadi korupsi baru yang bisa menghasilkan KKN baru. Perekrutan anggota POLRI yang jujur dan transparan merupakan PR besar bagi KAPOLRI yang tentunya dibantu KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL (KOMPOLNAS).

Jika perekrutan menjadi calon anggota polisi bermasalah akan meyebabkan kualitas calon anggota polisi yang akan masuk menjadi menurun. Efeknya pendidikan selama menjadi anggota POLRI seperti Pendidikan Brigadir Polisi, Tamtama Polisi, Sekolah Inspektur Sumber Sarjana dan Akademi Kepolisian, akan memberikan toleransi dalam rangka mempertahankan jumlah lulusan. Sehingga hampir bisa dipastikan kualitas hasil lulusan Pendidikan Polisi akan menurun. Penurunan ini diperparah jika terjadi intervensi dari orang tua siswa selama proses pendidikan. 

Intervensi ini tentunya dilakukan oleh orang tua yang punya posisi kuat atau pangkat tinggi yang tidak yakin anaknya bisa menempuh pendidikan di Kepolisian dengan baik. Intervensi ini membuat takut para dosen atau pelatih di Pendidikan Kepolisian yang pangkatnya jauh lebih rendah daripada orang tua peserta Pendidikan Kepolisian, sehingga penegakkan kedisiplinan akan tidak berjalan dengan baik. Hal ini sangat mungkin terjadi dengan melihat realita pendidikan kita saat ini, dimana banyak orang tua yang mengancam guru bahkan sampai memenjarakan karena menghukum anaknya. Padahal hukuman tersebut bertujuan untuk mendidik dan menegakkan disiplin.

Lingkungan Tempat Bekerja yang Mempengaruhi Kualitas Polisi

Setelah polisi yang baru lulus tersebut bergabung di lingkungan kerjanya yang baru, maka pengaruh dari polisi yang lebih senior akan menentukan kualitas polisi muda ini berikutnya. Lingkungan dimana polisi seniornya terbiasa untuk melakukan kesalahan prosedur akan membuat polisi muda ini akan terbawa untuk terbiasa melakukan kesalahan prosedur (menjadi polisi tidak baik yang tidak dicintai rakyat). 

Apalagi ketika polisi ini adalah hasil rekrutan dengan jalan “menyogok”, maka lingkungan yang terbiasa melakukan kesalahan prosedur ini akan mempermahir cara polisi muda untuk mengembalikan “modal” yang sudah dikeluarkan untuk menjadi polisi. Bisa jadi polisi senior yang terbiasa melakukan kesalahan prosedur di lingkungan tempat polisi muda ini bekerja, terpengaruh oleh polisi yang lebih senior di atasnya. Hal ini seperti lingkaran setan yang sangat sulit diputus mata rantainya. Oleh karena itu perlu ada gerakan yang ekstrim untuk memperbaiki kondisi ini.

Usulan Solusi Masalah Kualitas Anggota Polisi

a. Perekrutan anggota polisi diserahkan pada tim independen

Sebaiknya Kapolri membentuk tim independen dalam perekrutan anggota POLRI. Tim ini dipimpin oleh anggota polisi yang punya track record baik. Kemudian pilih anggota-anggota tim independen ini dari polisi-polisi yang juga punya track record baik di tiap Polda dan anggota masyarakat yang diakui kredibilitas dalam bidang yang berhubungan dengan perekrutan dan kejujuran. Tim ini harus mendapat pembinaan khusus terlebih dahulu, kemudian tim inilah yang akan melakukan penyeleksian. 

Anggota Tim Independen yang berasal di suatu Polda A atau B akan menjadi penyeleksi calon polisi di Polda C atau Polda lain yang bukan Polda daerah asalnya. Tujuannya untuk mengurangi interaksi dengan polisi Polda setempat yang bisa membuka peluang KKN. Tes tahap awal semuanya dilakukan di Polda oleh tim indipenden. Tidak ada lagi seleksi tahap awal calon anggota polisi yang dilakukan di Polsek atau di Polres. Jika seleksi di Polda terlalu banyak pesertanya, maka hal ini bisa diatur dengan memperpanjang hari penyeleksian disesuaikan dengan jumlah kota dan kabupaten di Polda tersebut. Pendaftaran calon anggota polisi harus dilakukan dengan cara online.

b. Lembaga Pendidikan Kepolisian yang menitik beratkan pada kualitas

Kapolri harus bisa memilih Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian yang peduli dengan kualitas polisi dan mempuyai track record yang baik. Pendidikan yang dilakukan polisi harus menitikberatkan pada kualitas. Oleh karena itu diperlukan para dosen dan pelatih yang punya dedikasi tinggi dengan pendidikan. 

Negara harus memberikan gaji yang sangat besar bagi dosen dan pelatih di Pendidikan Kepolisian. Dosen dan pelatih ini pun harus mendapat perlindungan ketika menjalankan profesinya terutama dalam hal menegakkan disiplin. Tidak boleh ada intervensi dari orang tua siswa yang bisa mengubah keputusan para dosen atau pelatih agar pendidikan bisa berjalan dengan baik. Pimpinan lembaga pendidikan pun harus memberikan sanksi keras kepada dosen dan pelatih yang melanggar etika atau kepatutan (bisa disuap atau meminta sogokan).

c. Memilih Kepala Kepolisian yang jujur dan reformis di tiap tingkatan

Kapolri, Kapolda, Kapolres dan Kapolsek harus orang-orang yang jujur dan berjiwa reformis yang mampu mengubah lingkungan kerja yang awalnya banyak melakukan kesalahan prosedur menjadi sesuai prosedur. Tidak semua polisi berprilaku buruk, pasti ada polisi yang baik. Polisi-polisi yang baik inilah yang harus ditempatkan sebagai pimpinan. Jika ingin Kepolisian Republik Indonesia ini menjadi lebih baik, sudah bukan masanya pemilihan pejabat di Kepolisian karena melihat adanya kedekatan angkatan kelulusan, kedaerahan, hubungan saudara, dan lainnya. Pilihlah pimpinan-pimpinan polisi berdasarkan profesionalisme. Tentunya hal ini harus dimulai dari Kapolri terlebih dahulu.

Penutup

Ide-ide di atas adalah usulan dari anggota masyarakat yang peduli dengan polisi dan mencintai polisi dengan kekurangan dan kelebihannya. Bisa jadi para petinggi Kepolisian mempunyai ide-ide yang lebih baik dan semoga ide-ide tersebut bisa diterapkan agar bisa membuat Kepolisan menjadi lebih baik. Ada harapan besar dari masyarakat kepada Kapolri yang baru, yaitu Bapak Jendral Tito Karnavian untuk bisa membuat polisi di Indonesia menjadi lebih baik dan dicintai rakyat. Jika melihat track record beliau, saya melihat harapan itu sangat mungkin terwujud. Semoga!!! Aamiin !!!

Bumi Allah, 30 Juni 2016

Raden Ridwan Hasan Saputra

Pembuat Permainan Matematika Kepolisian

Pembuat Permainan Matematika Lalu Lintas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun