Ikhlas Menerima jika doa tidak dikabulkan
Jika di siang hari langit sudah mendung. Ada seorang tukang es dan seorang tukang ojeg payung (orang yang menawarkan bantuan payung untuk orang yang kehujanan). Di situasi tersebut tukang es akan berdo’a: “ Ya Allah jangan KAU turunkan hujan agar jualan es saya tetap laku”, tetapi tukang ojeg payung, akan berdoa:”ya Allah segeralah KAU turunkan hujan agar banyak orang bisa memakai jasa ojek payung saya”. Doa siapakah yang akan dikabulkan ? jawabannya adalah terserah Allah. Jika hari hujan maka yang gembira adalah tukang ojeg payung. Tukang es harus Ikhlas Menerima kondisi tersebut dan jangan berprasangka buruk kepada Allah. Jika ikhlas menerima maka Allah akan memberikan “upah” dalam bentuk rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka.
Di dalam kehidupan ini harus ada yang Ikhlas Menerima jika doa-doanya tidak dikabulkan oleh Allah. Mari kita bayangkan jika semua doa dikabulkan, misalnya semua orang yang berdoa meminta kaya dikabulkan, apakah yang akan terjadi jika semua menjadi orang kaya? siapa yang akan jadi tukang sampah? siapa yang akan menjadi tukang membetulkan genting jika bocor? siapa yang akan jadi buruh? yang cukup penting siapa yang akan menerima zakat?. Jika semua orang menjadi kaya, maka sistem kehidupan tidak berjalan dan kehidupan dunia sudah waktunya berakhir atau kiamat. Seperti hadist nabi.
Belum akan tiba kiamat sehingga harta banyak dan melimpah, dan orang ke luar membawa zakat hartanya tetapi tidak ada yang mau menerimanya, dan negeri-negeri Arab kembali menjadi rerumputan hijau dengan sungai-sungai mengalir. (HR. Muslim)
Penutup
Musibah itu harus ada dalam kehidupan kita agar sistem kehidupan tetap berjalan. Orang yang terkena musibah harus Ikhlas Menerimawalaupun itu sangat sulit tetapi harus kita lakukan agar kita mendapat “upah” berupa rezeki yang tidak disangka dari Allah SWT atas sikapnya tersebut. Termasuk menjadi orang miskin, Jika sudah berusaha dan berdoa masih juga tetap miskin. Maka orang miskin tersebut harus Ikhlas Menerima.Sehingga nanti akan mendapat “upah” dari Allah SWT. Jika “Upah” tersebut tidak diberikan langsung di dunia akan diberikan nanti di Akhirat.
Oleh : Raden Ridwan Hasan Saputra
Penulis adalah Pendiri dan Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM) dan pelatih Olimpiade Matematika Internasional.
http://www.kpmseikhlasnya.com/home