Mohon tunggu...
Raden Ridwan Hasan Saputra
Raden Ridwan Hasan Saputra Mohon Tunggu... -

Presiden direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM). Tentang KPM, bisa kunjungi website www.kpmseikhlasnya.com. Selain itu, berbagai pemikiran saya, juga saya tuangkan dalam ridwanhs.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenapa Indonesia Sulit Menjadi Negara Maju?

26 Februari 2016   13:23 Diperbarui: 26 Februari 2016   13:56 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah itu kekuasaan, pangkat atau jabatan yang diperoleh, masih ada yang digunakan untuk berbagai kepentingan terutama dalam mengumpulkan harta tanpa memikirkan caranya halal atau tidak. Fenomena ini pun terjadi di berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap tahun, ada saja terpidana Korupsi baik hasil penyidikan KPK, Polri atau Kejasaan.

Dari poin (1) dan poin (2) di atas, apakah layak jika dikatakan banyak orang Indonesia yang masih tidak cerdas?

Orang-orang cinta dunia membuat negara tidak maju

Berikut ini sebuah contoh nyata kalau orang yang cinta dunia, dalam hal ini orang yang suka mengumpul-ngumpul harta dan mengejar-ngejar jabatan bisa membuat Indonesia tidak maju. Saat ini sudah sangat lumrah jika ingin menjadi seorang wakil rakyat atau menjadi Kepala Daerah harus mempunyai cukup uang. Oleh karena itu masih ada juga orang yang ingin menjadi wakil rakyat atauKepala Daerah akan berlomba-lomba untuk mengumpulkan harta untuk persiapan mencapai tujuan tersebut.

Cara atau proses untuk mendapatkannya, sepertinya sudah tidak lagi dipikirkan apakah halal atau haram, apakah merugikan orang lain atau tidak. Setelah kekuasaan diperoleh pun, proses mengumpul-ngumpulkan harta kembali dilakukan. Pengumpulan harta ini ada beberapa tujuan, bisa jadi untuk mengganti modal kampanye, atau untuk modal kampanye  berikutnya, atau untuk bekal ketika sudah tidak menjabat lagi.

Di era otonomi daerah ini proses pengumpulan harta bisa dilakukan dengan berbagai cara tanpa memperhatikan lagi nasib rakyat. Bisa jadi fenomena kabut asap, dikuasainya tambang oleh asing, “dijualnya” pulau sehingga menjadi milik perorangan, korupsi yang merajalela dan kerusakan lainnya adalah hasil dari perbuatan orang-orang yang memegang kekuasaan untuk mengumpulkan harta dengan tujuan seperti di atas, walaupun tidak semua yang berkuasa seperti itu.

Orang-orang yang memegang kekuasaan tersebut dalam mengumpulkan hartanya bekerjasama dengan orang yang berpangkat, para politisi, orang yang mempunyai jabatan dan para pengusaha besar tanpa memikirkan lagi dampak yang ditimbulkan bagi masyarakat. Itulah fakta-fakta yang sepertinya masih banyak terjadi di Indonesia saat ini. Sehingga, sudah sangat banyak oknum Kepala Daerah, oknum orang-orang berpangkat, para oknum politisi, para oknum pejabat dan para oknum pengusaha, yang terjerat hukum karena terlibat kasus Korupsi dari tahun ke tahun. Orang-orang cinta dunia seperti ini lah yang membuat negara tidak maju.

Mengumpulkan harta dan mengejar jabatan tidak akan pernah ada hentinya

Mengumpulkan harta adalah pekerjaan yang tidak akan pernah selesai. Ketika seseorang sudah punya uang jutaan, tentu ia ingin mengumpulkan uang ratusan juta, kemudian mengumpulkan uang sampai miliyaran, kemudian triliyunan dan seterusnya. Hanya kematianlah yang menghentikan keinginan  untuk mengumpulkah harta. Fenomena ini sudah diterangkan oleh Nabi Muhammad dalam hadistnya.

“Seandainya manusia diberi lembah penuh dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6438)

Fenomena ini juga terjadi pada kekuasaan, pangkat dan jabatan. Masih terlihat orang ketika sudah menjadi Kepala Daerah di tingkat kota/kabupaten, ingin menjadi menteri atau gubernur, setelah itu ingin menjadi dilingkaran kekuasaan dekan dengan Presiden/Wakuil Presiden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun