Mohon tunggu...
Ridwan Hasyimi
Ridwan Hasyimi Mohon Tunggu... Seniman - Pekerja Seni

Berteater, nari, dan nulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asik (Meski Asing) The Proposal Versi Sunda

6 Maret 2021   22:42 Diperbarui: 6 Maret 2021   23:26 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

The Proposal sedemikian bertaut dengan memori kolektif orang Rusia prihal bangsawan, kepemilikan tanah, buruh tani, perburuan, dan tentu saja anjing pelacak hewan buruan. Chekov memainkan hal-hal yang sekilas remeh namun justru merupakan simbol harga diri bangsawan Rusia. Karenanya ia menjadi komedi-satire. Hal yang demikian melekat itu, sampai sejauh mana ia tetap menjadi komedi-satire ketika dicangkokan ke dalam memori kolektif urang Sunda hari ini?

Baik bangsawan, kepemilikan tanah, berburu dan anjing pelacak hewan buruan, bukan hal yang tidak ada sama sekali dalam memori kolektif urang Sunda. Yang menjadikan bangsawan Sunda dan Rusia berbeda, boleh jadi, salah satunya, asal muasal gelar bangsawan itu diperoleh.

Sejak diberlakukannya politik etis di Hindia Belanda pada awal abad ke-20, ménak atau priyayi bergelar raden bukan cuma mereka yang keluarga, kerabat, dan keturunan raja. Asalkan ia pegawai pemerintah Hindia Belanda lulusan sekolahan, meski bukan dari darah biru, disebut juga sebagai ménak. Dalam beberapa catatan, misalnya dalam Tetralogi Buru-nya Pram, gelar raden bahkan bisa dibeli.

Dan meski ménak-ménak itu, katakanlah, gemar berburu, statusnya tidak sampai jadi seremoni kerajaan yang mengandung prestise tertentu sebagaimana di Kekaisaran Rusia. Oleh karenanya, anjing pelacak hewan buruan tidak sampai dijadikan sesuatu yang terlalu signifikan mengdongkrak harkat dan martabat seseorang. Dalam hal ini, ayam jago dan burung jenis tertentu boleh jadi lebih “bernilai” ketimbang anjing.

Soal cekcok kepemilikan tanah gara-gara perjanjian peminjaman tanpa uang sewa, agak jarang terdengar jadi bahan perdebatan kaum ménak. Yang umum adalah cekcok tanah warisan atau soal batas kepemilikan tanah.

Terkait perbedaan-perbedaan itu, Abuy menyadari betul. Demi mencangkokan The Proposal ke memori kolektif masyarakat Sunda, pada salah satu adegan percekcokan soal tanah, Agus menyebut bahwa yang menjadi batas Lapang Dage adalah “tangkal kadu (pohon durian)”. Hal ini cukup ditekankan. Namun, hanya sekali saja disebut. Yang lebih lanjut diperdebatkan bukan soal batas tanah, melainkan latar belakang kepemilikan tanah itu sebagaimana yang dituliskan Chekov, sesuatu yang tidak terlalu menancap kuat dalam memori kolektif masyarakat Sunda, kaum ménak sekali pun.

Demikian pula soal anjing dan berburu, Abuy tidak banyak memberi sentuhan adaptasi. Lakon dibiarkan mondar-mandir antara Rusia dan Sunda. Tetapi, meski orang Rusia dan Sunda punya memori kolektif yang berbeda terkait hal-hal tersebut, soal martabat dan harga diri, tak hanya Rusia dan Sunda, hampir semua umat manusia di muka bumi ini mengimaninya sebagai sesuatu yang patut dipertahankan dan dihormati. Sejauh mana seseorang mempertahankannya, tepat hal itulah yang abadi dan universal dari The Proposal.

Dalam konteks saduran, satire-nya The Proposal besutan Abuy bukan terletak pada olok-oloknya terhadap tingkah laku para pemilik tanah dan segala tradisinya, namun lebih pada hal yang lebih universal, yaitu harkat, martabat, dan harga diri manusia secara umum. Haruskah manusia mempertahankan semua itu sekonyol-seabsurd Agus, Ratna, dan Rukmana?

Catatan ini tentu penuh cela dan jauh dari memadai. Boleh jadi terlalu serampangan dan gegabah. Namun, lepas dari semua itu, The Proposal-nya Ngaos Art asik sebagai komedi-satire. Asik meski asing. Asing tapi asik.  

Panjalu, 3-6 Maret 2021 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun