Humaniora-Ada semacam ketertarikan yang luar biasa bagi kaum muslimin mrmasuki waktu waktu menjelang usainta bulan ramadhan kaum muslimin ada yang menghabiskan waktunya di masjid masjid untuk sekedar mengejar keberkahan 1000 Bulan yang disebutkqn Alloh SWT didalan Al Quran. Atau yang disebut sebagai malam Lailatul Qadr dengan segala riwayat tentang kehebatan malam tersebut lailatul Qadr disebut dalam Al Quran Surat Al Qadr adalah malam dimana para malaikat turun ke dunia dengan ijin Alloh SWT
Secara harfiah, Lailatul Qadar berarti “Malam Penentuan” atau “Malam Kepastian”, jika kata-kata qadr dipahami sebagai sama asal dengan kata-kata taqdîr. Tetapi ada juga yang mengartikan Lailatul Qadar dengan “Malam Kemahakuasaan”, yakni kemahakuasaan Tuhan, jika kata-kata qadr dipahami sebagai sama asal dengan kata-kata al-Qâdir, yang artinya “Yang Maha Kuasa”, salah satu sifat Tuhan. Sudah tentu kedua pengertian itu tidak bertentangan-meskipun pengertian yang pertama lebih umum dianut orang. Kedua pengertian itu saling melengkapi. Sedang dalam pengertian umum, Lailatul Qadar dimaknai sebagai “malam kemuliaan”.
Dalam al-Quran penyebutan dan gambaran ringkas tentang Lailatul Qadar itu dikaitkan dengan malam diturunkannya al-Quran, yaitu dalam Surat al-Qadr (QS 97: 1-5):
“Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan[1]. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”
Jadi disebutkan bahwa Allah menurunkan al-Quran pada Lailatul Qadar yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan atau lebih dari delapan puluh tahun (kurang lebih umur maksimal manusia). Karena pada malam itu para malaikat turun, begitu juga Rûh (yang dalam hal ini ialah Rûh Qudus atau Jibril, malaikat pembawa wahyu Tuhan). Mereka turun dengan membawa ketentuan tentang segala perkara bagi seluruh alam, khususnya umat manusia. Malam itu dinyatakan sebagai malam yang penuh kedamaian, hingga terbit fajar di pagi hari.
Pengertian seperti di atas itu adalah yang paling umum dipegang kaum muslim. Tetapi untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam, kita harus meneliti pengertian masing-masing ungkapan atau istilah dalam Surat al-Qadr itu.
Ungkapan bahwa Allah menurunkan al-Quran pada Lailatul Qadar itu. Menurut Ibn Abbas — sebagaimana dikutip dalam Tafsir Ibn Katsir — yang dimaksud ialah diturunkannya al-Quran itu dalam bentuk keseluruhannya secara utuh dan sempurna dari al-Lauh al-Mahfûzh (Lauh Mahfûzh – Papan Yang Terjaga) ke Bait al-‘Izzah (Rumah Kemuliaan) di langit terendah (samâ’ al-dunyâ – langit dunia), lalu diturunkan kepada Nabi s.a.w. secara rinci menurut kejadian-kejadian historis masa beliau selama dua puluh tiga tahun. Malam diturunkannya al-Quran juga disebutkan di bagian lain dalam al-Quran sebagai malam yang diberkati (Lailah Mubarakah) dan malam itu ada dalam bulan Ramadhan.
Bulan Ramadhan, yang padanya diturunkan al-Quran, sebagai petunjuk bagi umat manusia, dan sebagai penjelasan-penjelasan tentang petunjuk (yang telah lalu) dan pembeda (antara mana yang benar dan yang salah)
Kaitan Lailatul Qadr Dan Perintah Zakat
Dan didalam Al Quran yang merupakan pedoman petumjuk manusia dan diturunkan pada malam lailatul qadr ini juga memili perintah zakat fitrah yang dilakukan pada bulan ramadhan yang sangat erat kaitannya dengan ibadah berdimenai sosial, kepedulian umat dan keadilan.
Adapun letak kesamaan Lailatul Qadr dan zakat fitrah adalah waktu pelaksanaanya yanh masuk pada 10 Hari terakhir (Asyru Awahir) sebagaimana Rosululloh SAW memberikan pandangan soal tersebut
Zakat Sendiri adalah salah satu rukun Islam yang lima, wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat mulai diwajibkan pada tahun kedua Hijriah. QS (2:43) ("Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'"). “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,yaitu orang-orang yang khusyu’dalam sembahyangnya,dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna ,dan orang –orang yang mengeluarkan zakat( QS. Almu’minun 23:1-4)
“Sesungguhnya Allah mewajibkan zakat atas kaum muslimin dari harta-harta mereka, diambil dari orang-orang kaya mereka dan diserahkan kepada orang-orang miskin dari kalangan mereka.” (HR. Al-Bukhari dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma).
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.
Memahami makna zakat fitrah dilihat dari komposisi kalimat yang membentuknya terdiri dari kata “zakat” dan “fitrah”. Zakat secara umum sebagaimana dirumuskan oleh banyak ulama’ bahwa dia merupakan hak tertentu yang diwajibkan oleh Allah terhadap harta kaum muslimin menurut ukuran-ukuran tertentu (nishab dan khaul) yang diperuntukkan bagi fakir miskin dan para mustahiq lainnya sebagai tanda syukur atas nikmat Allah swt. Dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, serta untuk membersihkan diri dan hartanya (Qardhawi, 1996:999). Dengan kata lain, zakat merupakan kewajiban bagi seorang muslim yang berkelebihan rizki untuk menyisihkan sebagian dari padanya untuk diberikan kepada saudara-saudara mereka yang sedang kekurangan.
Konteks penangan kerawanan sosial pada saqt Idul Fitri telah diperhitungkan Rosulullih SAW agar manusia ketik beridul fitri ada dalam kebahagiaan lahir dan batin. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan al-Baihaqi dan ad-Daraquthni dari Ibnu Umar, Rasulullah Saw bersabda, ”Cukupkanlah (kebutuhan) mereka (orang miskin) pada hari itu (yakni lebaran)”. Dalam riwayat lain dari al-Baihaqi, ”Cukupkanlah mereka dari meminta-minta pada hari ini”. Hadits yang juga diriwayatkan dari ’Aisyah oleh Abu Ibnu Sa’d dalam Thabaqat-nya tersebut memberikan gambaran dimensi sosial dan penanganan kerawanan sosial dengan zakat fitrah. Dengan berbagi kepada sesama, terjalinlah hubungan kasih sayang, terjembatani kesenjangan dan kecemburuan sosial menjadi redam.
Lailatul Qadr dan Zakat Fitrah memang momen yang berbeda namun upaya melebur dosa dan meminta kepada Alloh SWT untuk penyucian diri adalah letak kesamaanya dam yang terpenting hal tetdebut ada dalam tatatan ujian ketaqwaan yang merupakan spirit utama bulan ramadhan@ dari berbagai Sumber
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI