[caption id="attachment_391316" align="aligncenter" width="420" caption="KH Zezen menerima tamu dari berbagai organisasi Islam"][Ki Jejen Saat Menerima Tamu)
Penulis : Ridwan Hartiwan Raharusun*
Berkunjung ke Pondok Pesantren Az-Zainiyyah kampong Nagrog Desa perbawati Jalan Pondok Halimun Selabintana Sukabumi Jawa-Barat serasa berada di negeri yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata, keindahan suasana alam yang meletakkan pesantren di kaki gunung tempat Ki Jejen  yang lahir Pada tanggal 17 Pebruari tahun 1955 ini menghabiskan masa kecilnya. Sengaja memanggil beliau dengan sebutan Ki yang identik untuk panggilan seorang Tokoh seperti Ki Sunda walaupun Kyai Jejen memang lebih akrab dipanggil dengan nama Ajengan Jejen
Tempat Tinggal Ki Jejen yang berada di tengah tengah kompleks Pondok Pesantren yang beliau dirikan terletak di kaki gunung dengan suasana nan asri dan cocok di gunakan sebagai tempat mencari ilmu
Kampong Nagrog adalah tempat dimana Pondok Pesantren Az-Zainiyyah berada tempat Kyai jejen tinggal bersama keluarga dan para santrinya. Pesantren Salafiyah yang entah secara maknawi bertentangan atau tidak  mengingat definisi pesantren salafiyah menurut Kementrian Agama adalah pesantren yang tidak memiliki pola pendidikan formal, namun di Pesantren Az-Zainiyyah ini diselenggarakan pula selain pengajian kitab-kitab kuning pendidikan formal tingkat SD, SMP & SMA
Ajengan Zezen Abazul adalah sosok rendah hati, Penerang umat  panutan jama’ah tareqat naqsabandiyah, Ulama yang dengan ketinggian ilmunya dihormati pemerintahan dan tokoh umat Islam lainnya dan merupakan deklarator penegakan Syari’ah Islam di kabupaten Sukabumi, Beliau seorang guru yang sangat di segani oleh semua santri, seorang pemimpin dalam organisasi, tokoh yang sangat di cintai di tengah masyarakat, seorang imam yang pemikirannya di terima oleh semua kalangan,semua kelompok, dan semua tingkatan masyarakat. Dan tidak lupa beliau merupakan seorang ayah yang sangat sayang terhadap keluarganya
Sosok mulia dan terhorm at ini ternyata tetap rendah hati, berjiwa sederhana layaknya para santri pesantren dan tetap mau tinggal dan tidur di Masjid apa adanya. Suatu saat saya yang ada disamping beliau memperhatikan kegiatan malamnya di Masjid Pesantren Pagelaran I Cimeuhmal Kecamatan Tanjungsiang. Walau terlihat lelah setelah pulang dari ke luar negeri dan langsung menuju Subang memenuhi undangan Pimpinan pesantren Pagelaran I Subang beliau. Makan bersama jama’ah lainnya mengikuti tata cara yang diajarkan nabi Muhammad SAW serta tutur kata yang selalu santun dengan panggilan khas kepada setiap anak-anak muda dengan panggilan khas ‘Ucu’ atau ‘cu’. Ajengan jejen pun memilih tidur di Masjid padahal tuan rumah yang mengundangnya meminta Ajengan Jejen untuk berkenan beristirahat di kamar yang disediakan tuan rumah dengan alas an memang sudah menjadi kebiasaannya.
Salah satu ajaran yang sering penulis dengar adalah ajaran soal keihlasan dan penghambaan yang harus semata-mata karena Alloh dengan tidak segan beliau menceritakan pengalaman beliau ketika menjadi kyai amplop, sesekali pembicaraanya di potongnya sendiri sekedar menceritakan kekurangan dirinya.
Sikap dan gaya hidupnya memberikan inspirasi kepada penulis betapa ketinggian ilmu Ajengan Jejan jauh dari kebiasaan gaya para kyai, ustadz dan ulama yang kerap tampil di media. Tutur kata yang handap asor serta alur pemikiran yang penuh ilmu dan kemampuan beliau memahami setiap permasalahan yang dihadapi umat akhir zaman ini, Ajengan Jejen pun berbicara apa adanya, kritis terhadap setiap hal yang berpotensi memecah belah umat dan merugikan umat Islam
Sunnah menurut Kyai Jejen
Kyai Jejen yang juga wakil Talqin thareqat Qadariyah Naqsabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya yang didirkan abah Anom ini juga punya pemikiran soal Sunnah, umat Islam di Indonesia sudah biasa mendengar Sunnah itu adalah apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan Tidak adapa, apa, sambil menganalogikan cerita ‘rahasia’ yang meminta jama’ah tidak menirukan cerita tersebut Ki Jejen menyimpulkan bahwa ketika seseorang mati timbangan amal akan sangat berperan dan ketika timbangan amal kebaikan kita kurang maka amal-amal sunnah kita yang akan memberatkannya sehingga kita kelak layak masuk surga