"Penemuan uang. Kurang tahu isinya berapa," jawabku. "Ini uangnya, Bu."
Kuserahkan uang itu lengkap dengan plastiknya. Kemudian, polwan itu menerima dan menghitungnya.
"Ini penemuan besar, Pak," kata Ibu Polwan. "Total uangnya 250 juta rupiah. Bapak berdua ini mulia sekali mau menyerahkannya ke kantor polisi."
Kemudian Ibu Polwan menanyai kami macam-macam. Mulai dari kronologis kami menemukannya --tentu saja Tejo yang banyak bercerita karena dialah yang menemukannya pertama kali, hingga dimana kami tinggal dan usia kami.
Beberapa hari kemudian, seperti biasa kami pergi mencari-cari barang loak. Dan ketika kami melewati toko elektronik itu, aku kaget bukan kepalang. Penemuan Barang Bukti Kasus Korupsi, judul berita di televisi itu. Dan lebih kagetnya lagi, berita itu berasal dari kota kami. Tapi seperti biasanya, Tejo tak peduli.
Ketika kami sampai di tempat pembuangan akhir, banyak polisi yang ada disana berbincang-bincang pada tetangga-tetanggaku. Kemudian, salah seorang tetanggaku yang sedang berbincang-bincang dengan polisi menunjuk kami. Dia pun mendekati kami bersama salah seorang polisi.
"Dengan Pak Tejo dan Pak Bagas?" sapa polisi itu. Kami hanya mengangguk-angguk membalas pertanyaan itu.
Petugas itu menjelaskan situasi yang ada kemudian dia memanggil beberapa orang yang memegang kamera. Rupanya mereka adalah wartawan. Mereka mewawancarai kami macam-macam. Setelah itu mereka pergi begitu saja.
"Oalah, ternyata mereka cuma mau tanya-tanya terus pergi gitu saja. Kirain ada uangnya," keluh Tejo sambil meringis.
"Yah, setidaknya beberapa hari ke depan wajah kita masuk koran, Jo."
Kami pun tertawa.