Mohon tunggu...
Ridwan Agung Nugroho
Ridwan Agung Nugroho Mohon Tunggu... -

Seorang remaja pegiat literasi yang berasal dari Sukoharjo, Jawa Tengah. Saat ini tengah menduduki jenjang SMK namun masa-masa yang orang bilang masa paling indah itu akan berakhir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Orang-orang Kaya

24 Maret 2019   07:00 Diperbarui: 24 Maret 2019   07:09 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika aku sedang khusyuk dengan 'pekerjaan'-ku ini, tiba-tiba Tejo menghampiriku. Dia pun mencolek bahuku.

"Mas, aku nemu sesuatu," ucapnya dengan sangat pelan seolah-olah dia menemukan dokumen rahasia negara yang sangat penting.

Kuikuti langkah Tejo yang berjalan cepat. Dia tampak sangat tergesa-gesa, khawatir entah pada apa. Kuharap dia tak menemukan bom seperti yang ada dalam berita-berita itu. Tiba-tiba Tejo berhenti dan memperlihatkanku sebuah tas plastik yang terikat. Dia pun memintaku untuk mendekat dan membuka ikatan tas plastik itu.

Mataku terbelalak. Kepalaku tiba-tiba pusing. Pantas saja Tejo sampai berbisik-bisik untuk memberitahuku. Ternyata dia menemukan sebuah tas plastik dengan penuh uang kertas di dalamnya. Warna merah uang itu menyakiti mataku. Sebuah benda yang membuatku hingga menjadi seperti ini.

"Jo, kita ke kantor polisi saja. Pusing kepalaku liat uang sebanyak itu," usulku pada Tejo.

"Tapi Mas, rugi kita. Dengan uang segini banyaknya, kita bisa kaya," Tejo membantah.

"Kamu mau sama kayak aku dulu? Dipenjara hanya gara-gara uang? Mau? Nanti kalau ditanya dapat darimana uang segitu kamu mau ngomong apa? Mau dituduh pencuri?"

Tejo pun akhirnya menyerah. Semau-maunya dia pada uang, nyalinya akan ciut ketika mendengar penjara. Bagaimana tidak? Dia juga pernah dipenjara dan disiksa habis-habisan oleh orang-orang berseragam itu. Dengan sedikit terpaksa, ia berjalan menuju kantor polisi terdekat dan aku mengikutinya dari belakang.

Setibanya di kantor polisi, Tejo masuk dengan langkah dan ekspresi yang takut. Aku tahu dia masih trauma akan kejadiannya dulu. Aku pun pernah masuk bui gara-gara dituduh mencuri padahal aku hanya difitnah. Tapi aku masih beruntung daripada Tejo yang disiksa habis-habisan.

Begitu kami masuk ruangan sepenuhnya, tubuh kami diterpa oleh suhu ruangan yang dingin. Kami pun disambut oleh seorang polwan cantik. Kami pun mengatakan ingin membuat laporan penemuan. Polisi cantik itu lantas mempersilahkan kami duduk di kursi yang empuk.

"Ingin melaporkan apa, Pak?" tanya Ibu Polwan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun