Mohon tunggu...
Ridwan Abraham
Ridwan Abraham Mohon Tunggu... Marketing Engineer -

Semoga seluruh umat berbahagia

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Wajah Baru PKL Jakarta

25 Desember 2016   08:44 Diperbarui: 25 Desember 2016   08:47 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sih yang gak suka jajan? Apalagi jajanan-jajanan  tradisional. Mulai tua, muda, lelaki, perempuan, si kaya atau si miskin hampir semuanya doyanjajan. Masalahnya, kita semua pasti sadar yang jajan maskanan-makanan tradisional gitu pasti PKL (Pedagang Kaki Lima) yang sering berjualan di pinggir jalan alias tidak tertib. Banyak sekali PKL-PKL yang berjualan jadi sumber kemacetan. Lapak-lapak berjualannya memenuhi trotoar sehingga pejalan kaki harusngungsike bahu jalan, belum lagi pengendara yang parkir sembarangan demi ngantri beli makanan. Semrawut deh pokoknya.

Tapi tenang, masalah ini ada pemecahannya agar kita semua bisa menikmati wisata kuliner tanpa menyebabkan kemacetan atau merusak ketertiban. Pemda (Pemerintah Daerah) DKI jakarta membuka ‘Lenggang Jakarta’ di beberapa titik, seperti Monas dan Kemayoran. Lenggang Jakarta berkonsep unik dan sederhana; mengumpulkan PKL-PKL di titik tertentu agar tidak berantakan dan memajukan usaha mereka lewat program UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah).

Para pedagang PKL binaan Pemda akan mendapatkan pinjaman modal dan pelatihan kewirausahaan. Lapak berjualan mereka pun diatur dan dijamin perijinannya sehingga tidak usah takut akan mengalami penggusuran atau pembongkaran paksa. Pemerataan ekonomi dan menjaga tradisi makanan tradisional menjadi tujuan utama program ini. Kuliner tradisional merupakan kebudayaan khas dari berbagai daerah di Indonesia yang memiliki daya tarik tersendiri.

Daya tarik inilah yang diserap maksimal oleh ‘Lenggang Jakarta’. Selain dibentuk menjadi semacam Food Court,Lenggang Jakarta juga dihiasi oleh ornamen-ornamen khas daerah-daerah di Indonesia. Peran Pemda dalam membina ekonomi dan tata ruang kota patut diacungi jempol.

Lenggang Jakarta menurut saya sesuai sama peribahasa ‘Menyelam Sambil Minum Air’, karena selain membantu ekonomi para pedagang PKL, Lenggang Jakarta juga menjadi Trademarkbaru kota Jakarta yang layak kita kunjungi. Kalau soal biaya pembangunannya, Lenggang Jakarta menggunakan dana CSR (Corporate Social Responsibility). Dana ini dianggap mendukung transparansi dan memaksimalkan anggaran-anggaran yang ada di kas Provinsi. Tunggu apa lagi, nyokkita ke Lenggang Jakarta!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun