Hari kedua kami di Wonogiri di desa Ngluwur, setelah 2 hari dalam perjalanan, akupun melintas kesawah tetapi hari ini berbeda dengan hari sebelumnya, karena ayah subuh-subuh sudan menyuruhku bersiap2 air minum, stamina dan kamera, karena kami akan ketempat saudara, perlu diketahui ketika aku melihat jendela atap rumah saudara sudah terlihat di lereng gunung,, tapi aku pikir aaah itu paling dekat santai saja aaah… namun dugaan saya salah besar pukul 08.15 aku berangkat dari rumah menuju tempat saudara, ayahku memanggilnya Kang Saiman, namun aku memanggilnya embah Saiman, 20 menit perjalanan berlalu baru saja melintasi jembatan yang dari batu alam dan dibawahnya ada kali kecil langsung dari mata air gunung… jembatan itu kata warga sekitar “Jembatan Londo” alias jembatan belanda.. karena sudah ada sejak ayah kecil…
Lingkungan disini saat aman, waktu berangkat nanjak ke gunung, di tepi jembatan ada lapor dan plastik hitam kecil,, tapi tidak ada orangnya, karena hari sabtu ini bertepatan dengan pembagian lapor diwilayah Wonogiri, dan saya pastikan 100% tidak ada yang mengambil barang tersebut, oke kita lanjutkan saya perjalanan ini.. sekitar pukul 09.00 aku mulai mendaki jalan setapak yang menuju lereng gunung GeDe,, nampaknya sungguh melelahkan namun salut dengan orang yang berada di kampung ini karena naik tanjakan curam membawa kayu bakar, padi dan hasil panen seperti jalan biasa tidak ngos-ngosan,, bahkan akupun sempat di tertawakan J
Ahirnya selama 45 menit jalan sampai juga sekitar pukul 09.50 akupun sampai kerumah Mbah Saiman, daerahnya memang tinggi, terlihat jelas hamparan sawah yang luas, air terjun banyu nibo juga terlihat jelas disana… aku melihat-lihat pohon kelapa banyak sekali kelapa muda disana, aku ingin sekali meminumnya. Ternyata kebetulan sekali salah satu ponakan mbah Saiman yang baru pulang dari alas tak panjang lebar beliau langsung memanjat pohon tersebut dengan gapahnya lalu memetik 6 buah kelapa muda… tak lama kemudian ayahku langsung mengambil 4 buah kelapa dan kelapa2 tersebut dituangkan langsung ke dalam rantang, sedangkan aku langsung meminumnya di degan tersebut, setelah hampir habis aku buka kelapa tersebut dengan menggunakan golok dan ku tuangkan ke rantang. Tak lama kemudian sekitar pukul 10.40 mbah memberikan gula merah kedalam doger… pokoknya lain banget rasanya dibanding dengan doger yang pernah ku icip J
Karena dugan tersebut banyak dan tidak habis, aku bawa dan airnya ku masukkan kedalam botol. Siang harinya sekitar pukul 13.05 aku istirahat daro jam 13 – 15.30. lalu sorenya aku melanjutkan jalan-jalan dari rumah aku berjalan, rute awal aku mengunjungi sekolahan SDN 1 Kepuhsari (dahulu dinamakan sekolah rakyat [SR]), namun dahulu masih geribik dan hanya 1 kelas. Lalu aku melihat anak-anak asyik bermain bola di lapangan belakang sekolah, disana ada sumber air yang digunakan oleh 2 desa, sumber air tersebut di sedot dengan mesin yang 24 jam tidak mati, lalu ditampung kedalam bak penampungan air yang ada di dataran tinggi dekat kuburan, jaraknya kurang lebih 1,2 KM dari sumber air, dalam bak tersebut air dari sumber dicampur dengan air dari pegunungan yang ke2nya telah disaring, jadi benar-benar bersih.. dan diatas bak tampung ada sensor / sakelar yang berfungsi untuk mematikan pompa ketika air sudah penuh.