[caption caption="Penulis Bersama Kompasianer of The Year 2015 Muhammad Armand (Dosmand) di #Kompasianival2015, Gandaria City, Minggu, 13/12/2015 (Dokumentasi Pribadi)"][/caption]Tulisan kedua dari Tetralogi perjalanan menuju #Kompasianival2015 sudah aku publish dengan judul “Anak Urban itu Akhirnya Dapat Tandatangan Pepih Nugraha”.
Dalam tulisan tersebut aku menceritakan di ajang #Kompasianival2015 bisa bertemu langsung dengan Idolaku Pepih Nugraha. Bahkan, bisa mendapat tandatangan di dua buku Karya Kang Pepih, Citizen Journalism dan Menulis Sosok. Aku juga sisipkan cerita perjalanan ke Kampung Halamanku di Bogor.
Berikut tulisan ketiga ku dari Tetralogi catatan perjalanan menuju #Kompasianival2015.
Gagal ke Cimande Untuk “Reparasi” Kaki
Awalnya aku tidak akan menghadiri acara #Kompasianival2015 hari kedua, Minggu (13/12/2015). Pasalnya, sebelum berangkat ke Jakarta aku sudah cerita ke Bapak ingin diantar ke Kakak Sepupu yang berdomisili di Cimande, Caringin-Bogor untuk memeriksakan kakiku yang cedera.
Kebetulan Kakak Sepupu itu seorang “Guru Silat” sekaligus ahli patah tulang yang terkenal di Cimande bahkan memiliki “klinik patah tulang”.
Namun, karena waktu yang sempit dan kadung janji dengan seorang Kompasianer untuk bertemu di acara #Kompasianiva2015, aku batalkan rencana ke Cimande.
Sebenarnya kaki kiriku yang cedera sudah agak mendingan, tapi karena perjalanan panjang, Bandar Lampung-Jakarta-Bogor, membuat kaki kiriku kembali bengkak.
Kaki kiriku yang cedera memang sudah diurut di Bandar Lampung sampai dua kali, namun belum pulih 100 persen. Harapannya kalau diperiksa langsung oleh Kakak Sepupu, kaki kiriku bisa pulih lebih cepat.
”Pak, untuk ke Cimande kayaknya tidak memungkinkan. Apalagi ini hari Minggu, pasti macet total di jalur Ciawi-Cigombong-Sukabumi, Sayapun kadung janji dengan teman di Jakarta,” Ujarku kepada Bapak.
Lalu Bapak bertanya, apa perlu dipanggilkan tukang urut yang dekat saja? Aku jawab tidak usah.