Kelompok Wahabi selalu dicurigai memiliki agenda-agenda tersembunyi oleh pemerintah dan ormas-ormas Islam lainnya seperti NU yang cenderung moderat. Organisasi Islam yang selalu terkena “Fitnah” bagian kelompok wahabi adalah Muhammadiyah, Persis, DDII dan berbagai Ormas Islam modernis lainnya.
Saat ini, ada upaya kampanye mendikotomikan kelompok Islam di Indonesia manjadi dua, yakni Kelompok Islam Nusantara yang identik dengan Islam tradisional NU dan kelompok Islam Wahabi. Tentu, hal ini merupakan kampanye yang tidak baik, karena bertujuan untuk memecah-belah ummat Islam Indonesia.
Dikotomi ini dimunculkan karena isu radikalisme global terkait konflik di Suriah, Irak, dan Yaman yang dituding ditunggangi oleh kelompok salafi radikal yang juga berimbas ke Indonesia. Mengenai perkembangan kelompok salafi di Indonesia ini akan dibahas dalam tulisan lainnya.
3. Publikasi, Internet dan Media Sosial
Saluran utama penyebaran Ide-ide Islamis lainnya di Indonesia didapatkan dari berbagai literatur Timur-Tengah yang sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dan dipublikasikan secara luas.
Publikasi literatur ini disebarkan dalam beragam bentuk seperti buku, jurnal, famplet, surat kabar bahkan melalui media online.
Jarigan Internet menjadi vektor yang sangat berpegaruh dalam penyebaran ide-ide Islamisme di Indonesia khususnya melalui media sosial seperti Facebook, Twitter dan Youtube.
Bahkan saat ini kelompok-kelompok radikal di Suriah dan Irak menggunakan media sosial sebagai alat utama untuk propaganda dan perekrutan anggotanya.
4. Perang di Timur-Tengah
Vektor lain yang sangat berpengaruh menyemaikan radikalisme Islam di Indonesia adalah perang Afghanistan di era 1980-an.
Ratusan orang Indonesia menjadi Mujahidin di Afghanistan. Sebagian besar orang Indonesia yang ke Afghanistan dikirim oleh jaringan eks Darul Islam (DI).