Mohon tunggu...
Muhammad Ridwan
Muhammad Ridwan Mohon Tunggu... Relawan - Fungsionaris DPP Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES)

Orang biasa saja, seorang ayah, sejak tahun 2003 aktif dalam kegiatan community development. Blog : mediawarga.id e-mail : muh_ridwan78@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Driver Gojek itu Ternyata Kandidat Doktor

7 Desember 2015   20:05 Diperbarui: 8 Desember 2015   04:18 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Muhammad Armand, seorang penulis produktif di Kompasiana itu, menceritakannya dengan lengkap, tanpa simbol “smile” atau terkekeh dan tanpa berpretensi mengacuhkan pertanyaan-pertanyaan saya. Ia  sampaikan semuanya dengan serius.

Dari obrolan via BBM hampir dua jam itu, terungkap kenapa seorang Dosmand tertarik berkiprah di Gojek.

Awalnya, Dosmand mengenal dunia Gojek dari keluarga dekatnya. Ada dua alasan kenapa Dosman bergabung ke Komunitas Gojek.

Pertama, alasan ekonomi. Saat ini Dosmand sedang menempuh pendidikan S-3 di Prodi Antropologi Unhas. Karena tidak mendapat beasiswa dari Unhas, Dosmand harus membiayai sendiri untuk meraih gelar Doktor di bidang Antroplogi.

Ini bukan yang pertama seorang Dosmand harus “banting setir” menjajal profesi lain untuk membiayai kuliahnya. Sewaktu menepuh pendidikan S-2 di Universitas Indonesia (UI), seorang Dosmand harus rela berjualan souvenir di Jakarta. Tidak hanya itu ia  juga berjualan pakaian dan memberikan kursus Bahasa Inggris kepada Mahasiswa S-1 UI.

“Untuk menambah biaya kuliah di UI, selain menjual souvenir di Jakarta berupa hiasan kupu-kupu dari Bantimurung Sulawesi Selatan. Saya juga memberikan English Course kepada Mahasiswa UI dan berjualan pakaian. Beli pakaiannya di Tanah Abang, kalau liburan,  saya jual di Makassar”. Ungkap Dosmand.

Dosmand bercerita, sikap pantang menyerahnya dalam menuntut ilmu itu berkat didikan sang ayah. Ayahnya pernah memberikan nasehat, bahwa orang yang menuntut Ilmu tidak akan pernah miskin, selalu ada jalan.

Ayah Dosmand hanya seorang Petani, berasal dari Sulawesi Barat dari Suku Mandar. Dosmand juga mengaku, intelejensia dan bakat menulisnya diturunkan dari ayahnya. Walaupun tidak berpendidikan tinggi, ayahnya sangat cerdas dan pandai menulis. Sedangkan dari Ibunya, yang juga dari Mandar, mengalirkan jiwa seni kepada Dosmand. Tak heran jika sudah banyak puisi yang ditulis Dosmand dan di posting di Kompasiana.

Kemandirian Dosmand dalam menuntut Ilmu, terlihat sejak menginjak kaki pertama kali di Makassar sebagai Mahasiswa di era 80-an. Untuk membiayai kuliah di Makassar, Dosmand merangkap menjadi “Guide” turis-turis luar negeri yang mengunjungi Sulawesi Selatan. Berkat keahliannya "cas cis cus" dalam Bahasa Inggris, sering dipercaya menjadi "Guide" para Bule.

[caption caption="Dosmand Saat Muda Bersama "Gadis Bule" Dari Jerman (Sumber: Dosmand)"]

[/caption]

Untuk meyakinkan saya bahwa dia pernah menjadi "Guide", Dosmand kirimkan foto-foto masa mudanya bersama “Gadis-Gadis Jerman” via BBM. Saya sempat terkekeh-kekeh melihat foto-foto Dosmand tersebut. Namun, aktivitasnya menjadi "guide"  ini tidak mengganggu kegiatan kuliah, bahkan Dosmand menjadi lulusan terbaik diangkatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun