[caption caption="Para Pemimpin Negara G-20 di Turki (Sumber: FB Usi Karundeng)"][/caption]Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-10 negara-negara anggota G-20 tahun 2015 di gelar di Antalya, Turki, pada 15-16 November. KTT G-20 tahun ini digelar di tengah suasana duka Eropa pasca Tragedi Paris, sehingga dilaksanakan di bawah pengamanan ektra ketat.
Menarik untuk di analisa pelaksanaan KTT G-20 tahun ini dengan peristiwa Tragedi Paris 13/11, walaupun belum tentu ada korelasinya, insiden Paris yang terjadi berselang 2 hari sebelum pelaksanaan KTT-G20 di Turki, menarik untuk dicermati.
Sebagaimana diketahui G-20 atau Kelompok 20 ekonomi utama adalah kelompok 19 negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa. Anggotanya antara lain Amerika Serikat, Russia, Tiongkok, Jerman, Perancis, Turki, Arab Saudi dan Indonesia.
Berkumpulnya 20 Pemimpin Dunia terkuat di Turki, tentu memiliki nilai prestisius tersendiri. Isu mainstream yang di bahas dalam KTT G-20 adalah bidang ekonomi dan bisnis global. Namun, isu politik bisa dibahas jika disepakati oleh pemimpin negara-negara anggota G-20.
Isu permasalahan ekonomi global tidak akan lepas dari isu geo-politik. Seperti di Asia Pasifik, pembangunan Jalur Sutra Maritim Tiongkok dan pembentukan Trans Pasifik Partnership (TPP) selalu dihubungkan dengan konflik Laut China Selatan serta semakin kuatnya pengaruh ekonomi dan politik Tiongkok di Asia. (Baca : Proyek Tol Laut dan Trans Sumatera dalam Cetak Biru Jalur Sutra Tiongkok)
Begitupun dengan geopolitik Timur-Tengah. Konflik di Irak, Suriah, Yaman, Libya dan Palestina sering dikaitkan bagian dari Proxi War negara-negara adidaya dalam perebutan sumber daya Migas dan Mineral Turki sebagai tuan rumah KTT-G20, adalah negara yang berbatasan langsung dengan Suriah. Tak pelak konflik Suriah secara tidak langsung menyeret Turki. Mulai dari masalah pengungsi Suriah, penyeludupan senjata, menjadi wilayah transit para Jihadis yang akan masuk ke Suriah, sampai menjadi sasaran pemboman pihak ISIS.
Konflik Suriah menjadikan situasi global seperti kembali ke era perang dingin. Terjadi polarisasi antara negara pendukung oposisi Suriah yang di motori Amerika Serikat, Arab Saudi, Turki, Inggris dan Perancis yang semuanya anggota G-20, dengan pendukung Presiden Bashar Assad yang di motori Rusia dan Tiongkok (juga anggota G-20).
Tentu sangat menarik ketika para pemimpin yang berseberangan terkait Suriah duduk satu meja dalam forum G-20, apakah mereka hanya fokus membicarakan masalah ekonomi? Saya yakin tidak.
Eropa baru saja diguncang serangkaian serangan brutal yang di klaim oleh kelompok ISIS. Tentu isu ini bisa masuk dalam pembicaraan tingkat tinggi para pemimpin G-20. Diprediksi akan ada diskusi hangat menyikapi insiden Paris dan masa depan Suriah di tengah forum G-20.
Apa Misi Indonesia di KTT G-20 Turki?
Indonesia akan membawa misi ekonomi dan politik di KTT G-20 Turki. Di bidang ekonomi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menekankan reformasi arsitektur keuangan global serta pemberdayaan lembaga pembiayaan untuk proyek infrastruktur dunia. (Baca : Presiden Jokowi Bawa 2 Poin Ini di KTT G20 Turki)