[caption caption="Ki Bagus Hadikusumo (Sumber: sangpencerah.com)"][/caption]Ki Bagus Hadikusumo, salahsatu anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), akhirnya mendapat anugerah gelar Pahlawan Nasional dari Pemerintahan Presiden Joko Widodo.Â
Informasi ini saya dapatkan dari Ma'mun Murod Al-Barbasy, tokoh muda Muhammadiyah, melalui akun Facebook yang diposting Rabu (04/11/2015) Malam.
"Alhamdulillah. Setelah kami perjuangkan bertahun-tahun, lewat seminar ke beberapa kampus, audensi dengan Menkopolhukam, ke Mensos, dsb, besok siang (Kamis, 05 November 2015-red), Presiden di Istana Negara umumkan nama nama Pahlawan, diantaranya yang kami perjuangkan, mantan Ketua Pengurus Besar (sekarang Pengurus Pusat) Muhammadiyah, Anggota BPUPKI dan pengusul perubahan dari Teks Piagam Jakarta menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa", Ujar Ma'mun Murod yang juga dikenal sebagai juru bicara Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI).Â
Ki Bagus Hadikusumo merupakan anggota BPUPKI  dari unsur Muhammadiyah  yang gigih memperjuangkan Sila Pertama : "Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan Kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" agar tetap tertuang dalam "Mukadimah" Undang-undang Dasar (UUD) 1945 yang juga dikenal dengan PIAGAM JAKARTA.Â
Dalam catatan sejarah Indonesia, sidang BPUPKI yang dilaksanakan berbulan-bulan diwarnai dengan perbedaan  pendapat yang sengit.
Isu paling krusial dalam perdebatan tersebut ialah pembicaraan tentang ideologi negara Indonesia yang bakal lahir. Isu politis-ideologis ini yang kemudian berdampak panjang dalam perjalanan sejarah modern Indonesia. Â Â Â
Perbedaan  pandangan politik di BPUPKI ini dicatat dengan baik dalam buku "Islam dan Politik: Teori Belah Bambu Dalam Masa Demokrasi Terpimpin", karya Buya Syafii Maarif yang diterbitkan Gema Insani Press (1996).
Menurut Buya Syafii Maarif, seandainya Dr. Rajiman tidak mengajukan pertanyaan tentang Philosofiishe Grondslag (landasan filofis) bagi negara yang hendak didirikan, mungkin situasinya menjadi lain.Â
Apalagi menurut kesaksian Bung Hatta, sebagian besar anggota BPUPKI tidak mau menjawab pertanyaan itu karena khawatir akan mengundang perpecahan dan memakan waktu lama.
Barangkali disamping khawatir, sebagian besar memang tidak siap berfilsafat dalam situasi yang sangat mendesak tersebut.
Kemudian, Buya Syafii Maarif menjelaskan berdasarkan kesaksian Bung Hatta, yang paling siap menjawab pertanyaan DR. Rajiman adalah Bung Karno dan Muhammad Yamin dari golongan nasionalis dan Ki Bagus Hadikusumo yang mewakili golongan Islam.