Mohon tunggu...
Muhammad Ridwan
Muhammad Ridwan Mohon Tunggu... Relawan - Fungsionaris DPP Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES)

Orang biasa saja, seorang ayah, sejak tahun 2003 aktif dalam kegiatan community development. Blog : mediawarga.id e-mail : muh_ridwan78@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dibalik Sikap Anti-Syiah Bima Arya dan Teori Konspirasi di Bogor

30 Oktober 2015   22:48 Diperbarui: 8 Juli 2017   14:53 6075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Walikota Bogor, Bima Arya (Sumber: muslimdaily.net)"][/caption]Belum selesai kasus Gereja Yasmin-Bogor, seminggu terakhir di lini-masa, baik di Twitter maupun Facebook  ramai dibicarakan sepak terjang Bima Arya Walikota Bogor yang melarang kegiatan Syiah di Hari Asyuro. Banyak pihak menuding Walikota Bogor tersebut sangat intoleran.

Saya sebenarnya ingin menahan diri soal kasus ini. Tapi ini terkait "lembur kuring", saya harus bicara.

Sebagai orang Bogor, saya bisa memahami tindakan Walikota Bogor tersebut. Bukan berarti membela Bima Arya, namun tindakan beliau menurut saya sudah tepat. Kenapa?

Bogor, dikenal sejak dulu sebagai basis Islam Sunni, khususnya kaum Nahdiyin  dan terdapat banyak Pesantren. Bogor melahirkan banyak ulama-ulama  besar seperti dari Empang, Cibogo (Cipayung), Leuwiliang, dan Tanah Baru. Bisa dikatakan, Bogor adalah pintu gerbang di sebelah utara menuju wilayah Santri lainnya di Jawa Barat seperti Cianjur dan Sukabumi.

Namun, karena berbatasan langsung dengan ibukota negara, Bogor sebagai daerah Santri, tidak bisa menghindar dari pengaruh modernisasi, mobilitas sosial, urbanisasi, asimilasi budaya, dan penyebaran agama beserta faham-fahamnya.

Kerukunan beragama di Bogor sebenarnya cukup baik termasuk Ukhuwwah Islamiyah. Namun toleransi yang baik oleh warga Bogor ini dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok  tertentu. Contoh, tiba-tiba  Ahmadiyah membangun pusat dakwahnya di Parung-Bogor. Padahal Ahmadiyah sudah diputuskan sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Selanjutnya, banyak rumah-rumah doa didirikan secara ilegal disepanjang Jalan Raya Jakarta-Bogor dan tempat lainnya, kemudian berubah menjadi Gereja permanen tanpa ada persetujuan warga sekitar.

Dan terakhir ada migrasi tokoh-tokoh Syiah dan  berdomisili di Bogor (termasuk imigran Timur Tengah),  kemudian  meyebarkan ajaran Syiah di wilayah yang mayoritas Sunni. Awalnya mereka merekrut kalangan intelektual seperti Mahasiswa,  namun warga Bogor lainnya juga banyak diracuni dengan ajaran-ajaran Syiah.

Tentu hal ini meresahkan warga Bogor termasuk para Ulama. Ini bisa menimbulkan gesekan di akar rumput. Terbukti terjadi penyerbuan Masjid Ad-Zikra Sentul oleh sekelompok "Preman" yang mangaku penganut Syiah. Wajar jika Bima Arya sebagai pengayom warga kemudian mengambil tindakan tegas terhadap kegiatan Syiah di Bogor untuk mencegah terjadinya bentrokan horizontal ditengah masyarakat.

Ini mengingatkan kepada masyarakat Indonesia agar tidak amnesia (lupa ingatan), bahwa ajaran syiah menyimpang dari agama Islam; sebagaimana tertuang dalam Putusan Mahkamah Agung No.1787 K/Pid/2012 terkait kasus Tajul Muluk di Sampang beberapa tahun lalu.

Bogor sebagai "Benteng Akidah Islam" di utara Pasundan memang sedang di obok-obok. Mulai kasus Sentul Internasional Convention Center, Miss World, Kasus Bukit Sentul, Bukit Hambalang, Penyerbuan Masjid Ad-Zikra, Sengketa Gereja Yasmin, Ahmadiyah Parung dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun