[caption caption="Peta Negara Palestina"][/caption]Palestina kembali bergolak. Secara brutal, Israel menyerang Jalur Gaza yang dikuasai faksi Hamas pada tanggal 14 November 2012 atau sehari menjelang Tahun Baru Islam 1434 Hijriyyah. Sedikitnya 38 warga Palestina di Gaza tewas dalam serangan udara Israel, termasuk Komandan Militer Hamas, Ahmad Al-Jabari yang menjadi target utama serangan.
Syahidnya Al-Jabari, kehilangan besar bagi Hamas. Al-Jabari merupakan pejabat Hamas paling senior yang dibunuh, sejak Israel menyerbu Gaza empat tahun lalu. Ahmad Al-Jabari hanya salah satu nama dalam daftar panjang pemimpin Palestina yang dibunuh oleh Israel. Sebelumnya petinggi gerakan Fatah/PLO, Abu Jihad, Yaseer Arafat, dan Petinggi Hamas, Yahya Ayyas serta Syaikh Ahmad Yassin telah dibunuh oleh Israel.
Serangan Israel atas Jalur Gaza langsung di respon sekutu dekat Hamas yang sedang berkuasa di Mesir, Mohamed Mursi. Dengan tegas Mursi menarik duta besarnya dari Tel Aviv sebagai bentuk protes.
Seperti dilansir eramuslim.com, Presiden Mesir Mohamed Mursi mengatakan, bahwa Mesir tidak akan meninggalkan Gaza sendirian, dan menggambarkan apa yang terjadi di Gaza sebagai “Agresi Militer terang-terangan terhadap kemanusiaan, saya katakan atas nama rakyat Mesir bahwa Mesir saat ini berbeda dari Mesir kemarin dan Arab saat ini berbeda dengan Arab kemarin". ungkap Mursi dalam pidato singkat setelah sholat Jumat di Kairo.
Sikap tegas Pemimpin Arab seperti Mursi sangat diharapkan oleh Rakyat Palestina di Gaza, untuk mengakhiri krisis kemanusiaan dan blokade Israel. Gerakan Arab Spring, khususnya di Mesir tidak akan ada maknanya jika Rakyat Palestina di Jalur Gaza masih diblokade, kekurangan pangan, air bersih, obat-obatan, dan penunjang kehidupan lainnya. Pembukaan perbatasan Rafah adalah langkah pertama yang harus dilakukan Mursi. Memang sulit bagi Mursi mengambil tindakan tegas jika tidak didukung oleh Militer Mesir dan Pemimpin Arab lainnya. Apalagi Pemimpin Suriah yang selama ini mendukung Palestina sedang bersebrangan dengan Mursi, dan berkonfrontasi dengan Turki . Kemudian Jordania yang berbatasan langsung dengan palestina sedang dilanda demonstrasi besar-besaran untuk menurunkan monarki.
Bahkan menurut Kantor Berita Arab Saudi, Raja Abdullah bin Abdul Azis menyerukan, dalam percakapan telpon dengan Muhammad Mursi, untuk tetap tenang dan berpikiran jernih dalam masalah tersebut.
Liga Arab dan OKI bisa dikatakan tidak solid untuk mengambil sikap terhadap Israel saat ini.
Kemudian sikap mengecewakan datang dari Barack Obama, yang baru terpilih kembali menjadi Presiden Amerika. Pihak Gedung Putih sudah mengeluarkan dukungan mereka atas hak Israel untuk membela diri, atas serangan roket yang dilakukan pejuang Palestina di Gaza. Kondisi kali ini menimbulkan konflik antara AS dengan Mesir, Yordania dan Otoritas Palestina dari faksi Fatah yang selama ini menjadi sekutu AS di Timur Tengah. Demikian diberitakan The Washington Post, Jumat (16/11/2012).
Sikap memihak Obama terhadap Israel, dipastikan karena mendapatkan tekanan dari dalam negeri. Selama ini, Obama terus dikritik dengan sikapnya yang dianggap tidak bersahabat dengan Israel. Meskipun dalam beberapa kesempatan dirinya menegaskan akan tetap mendukung Israel.
Bagi Obama yang berkomitmen untuk menyelesaikan masalah Palestina dengan damai, serangan militer Israel ke Perbatasan Gaza akan mempersulit posisi dan kebijakan luar negerinya di Timur Tengah.
Bila Obama bisa melepaskan diri dari bayang-bayang lobi Yahudi di Gedung Putih, dan mampu menyelesaikan secara bermartabat masalah Timur Tengah, dengan membuka peluang kemerdekaan Palestina, Obama akan dikenang sebagai Presiden Amerika yang lebih humanis oleh masyarakat Muslim Internasional. Namun jika kebijakan luar negeri Amerika tetap tidak berubah terhadap Palestina dan tetap mendukung Israel, Obama akan menghadapi rintangan yang berat dalam hubungan luar negerinya di Timur Tengah dalam periode keduanya sebagai Presiden Amerika.
Referensi : Dari berbagai sumber.
Tulisan terkait :
1. Pan-Islamisme, Nasionalis Sekuler dan Kemerdekaan Palestina http://politik.kompasiana.com/2012/11/18/pan-islamisme-nasionalisme-sekuler-dan-kemerdekaan-palestina-509277.html
2. Konsep Self Defense : Untuk Israel atau Palestina? http://politik.kompasiana.com/2012/11/19/konsep-self-defense-untuk-israel-atau-palestina-509534.html
3. “Hattrick” Kemenangan Rakyat Palestina http://politik.kompasiana.com/2012/12/02/hattrick-kemenangan-rakyat-palestina-512892.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H